14. Good Night, Bocil

258 54 4
                                    

Rena

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rena

"Kak kenapa kulitnya disisain?" tanyaku ketika Kak Regal menyisihkan kulit di pinggir piring.

Kita singgah di McD setelah tes Drive berkedok jalan-jalan.

Mataku menatap kulit yang tampak menggiurkan itu. Aku ingin sekali menyomot kulit ayam punya Kak Regal. Biasanya kalau aku makan di McD atau KFC sama Kak Sera, aku bakal rebut kulit ayam dia sampai Kak Sera marah-marah. Aku emang adek ngeselin di mata Kak Sera. Tapi kan itu bukan salah aku. Yang mau punya adik dulu kan Kak Sera. Harusnya setelah aku dibuat, Kak Sera bahagia, bukannya marah-marah.

"Ambil saja," kata Kak Regal dan aku tersenyum senang, "Beneran Kak?"

"Ya, saya tidak terlalu suka kulit," lanjutnya.

"Kenapa nggak suka, Kak?" tanyaku sembari mengambil kulit ayam punya dia.

"Karena kamu suka," jawabnya membuat aku mengernyitkan keningku.

"Apa hubungannya kalau aku suka?"

Dia tidak menjawab lagi dan melanjutkan memakan makanannya tanpa ada niatan menjawab pertanyaan terakhirku barusan. Berbicara dengan dia memang mahal.

Kak Regal menatapku cukup lama. Aku jadi takut.

"Kenapa lihatin, Kak? Aku takut kalau dilihatin gitu," jujurku.

Tangannya terangkat dan mengambil satu butir nasi dari sudut bibirku menggunakan jarinya.

"Anak kecil," ucapnya.

Jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat. Aku kira aku cuma bisa baca momen-momen ini di Wattpad atau novel. Ternyata aku mengalaminya sendiri. Kalau di cerita, tokoh utama perempuan akan mleyot dan pipinya panas.

Ya! Sekarang kayaknya pipi aku udah merah gara-gara Kak Regal. Luar biasa.

Aku menunduk dan buang muka dari tatapannya. Malam ini Kak Regal juga tampan sekali, astaga.

"Saya sudah selesai."

Aku kini mengangkat kepala dan meminum cola yang ada di cup.

"Aku juga udah. Tapi jangan pergi dulu ya kak. Aku mau menurunkan nasi. Kalau kekenyangan terus jalan-jalan, nanti aku muntah," jelasku dan mendapat anggukan darinya.

Kak Regal berdiri dan berjalan keluar dari McD. Aku lihat dia ngeluarin satu putung rokok dan korek api. Aku baru tau kalau Kak Regal merokok. Untuk lelaki disiplin seperti dia aku cukup terkejut tau dia merokok.

Karena, aku tidak suka lelaki yang suka merokok.

Kakek dan Omku meninggal gara-gara rokok. Mereka perokok aktif dan berdampak pada paru-paru.

Tetapi, untuk menjelaskan pada Kak Regal aku sedikit takut. Tidak mungkin jika Kak Regal tidak tau akibat merokok itu apa. Dia kan pintar. Tapi, kenapa Kak Regal merokok? Sebenarnya bukan masalah besar bagi kebanyakan orang. Hanya saja aku yang tidak suka dan anti dengan lelaki perokok.

Regal & Rena Where stories live. Discover now