26. Kamu Cantik

184 49 3
                                    

Regal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Regal

Saya mengikuti lokasi di maps yang Zora kirimkan lewat pesan WA. Rumah Zora tidak terlalu jauh dari perumahan saya ternyata. Saya pikir akan sangat jauh.

Di depan rumahnya, saya memarkirkan motor dan berjalan masuk karena pagar terbuka. Tampak Zora berdiri di depan pintu rumahnya. Ia mendekat ke arah saya dan menunduk. “Maaf, Gal. Ibu aku sebenarnya nggak pingsan.”

Kedua alis saya berkerut mendengar penuturannya. Saya tidak menyangka bahwa Zora berbicara seperti itu.

“Aku di rumah sendirian. Ayah sama Ibu aku pergi ke Medan kemarin. Aku mau minta bantuan kamu. Kamu mau kan? Ini penting.”

Saya benar-benar tak habis pikir dengan apa yang dikatakan Zora. Perasaan khawatir saya sungguhan ketika dia berkata bahwa Ibunya pingsan. Saya tulus ingin membantunya, karena saya juga memiliki seorang Ibu. Tapi, ia menggunakan alasan tidak baik itu hanya untuk bertemu saya?

“Kamu seharusnya nggak boleh bilang kalau ibu kamu pingsan kalau hanya untuk ketemu sama aku, Ra. Kamu bisa bilang keperluan kamu yang jelas,” balas saya. Saya menahan emosi saya dan berusaha untuk tetap bersikap tenang.

Demi Zora, saya meninggalkan Rena yang meminta bantuan untuk mengerjakan tugas. Setelah saya sampai, Zora malah membohongi saya.

“Maaf, aku nggak bisa mikir jernih lagi, Gal. Mantan aku minta buat ketemuan di tempat ini.” Zora memberi sebuah lokasi yang berada di daerah atas yang biasanya sudah sepi jika malam-malam begini.

“Kalau aku nggak datang sampai jam sepuluh nanti. Dia bakal ke rumah aku, atau bakal datengin aku ke kontrakan. Makannya aku pergi ke rumah karena nggak mau ganggu yang lain di kontrakan,” jelasnya.

“Kamu memberi alamat kontrakan ke mantan kamu?” tanya saya pada Zora. Zora mengangguk pelan. “Aku minta maaf. Waktu itu aku pikir dia cuma tanya aja. Tapi, lama kelamaan dia sering chat aku buat ketemu dan ancam-ancam aku. Aku nggak mau balikan sama dia, Gal.”

Zora memegang tangan saya dengan wajah penuh harap. “Tolong aku, Gal. Aku nggak tau harus minta tolong ke siapa. Aku takut kalau dia apa-apain aku,” tuturnya dengan suara yang bergetar ketakutan.

“Tolong kamu telpon dia dan bilang kalau kamu pacar aku. Aku pengen dia berhenti ngejar aku. Aku nggak nyaman,” minta Zora dengan matanya yang berkaca.

Saya melepas pegangan tangan dia dan saya menghela napas. “Nggak bisa, Ra. Aku nggak bisa bantu kamu.”

“Gal, kenapa?”

“Nggak sebagai pacar. Aku nggak bisa.”

Ia tampak menunjukkan wajah kecewa. Saya tidak bisa berpura-pura menjadi pacar dia karena saya tidak memiliki perasaan apapun. Dan saya juga tidak terlalu dekat dengan Zora.

“Maaf, aku pergi. Aku nggak bisa bantu kamu, Ra.” Saya berbalik dan berjalan menjauh, namun seorang laki-laki menghentikan langkah saya dan Zora berlari ke belakang punggung saya. “Itu dia orangnya, Gal. Tolong aku.”

Regal & Rena Where stories live. Discover now