33. Kora - Kora

196 48 4
                                    

“Berhenti,” suruh Rena pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Berhenti,” suruh Rena pelan.

“Aku jompo, Ren,” keluh Fandi sambil terengah.

Sebuah tangan memegang bahu Rena. Ya, tangan siapa lagi kalau bukan.

“PAPA?!!!” kaget Rena hampir copot jantungnya ketika melihat Papa dan Mama berdiri di belakangnya. Terlebih Mama yang sudah menyuguhkan tatapan menelisik. Apalagi ketika wanita itu menatap Fandi.

“Lah, katanya tadi mau kerkom? Ini siapa, dek?” tanya Papa sambil menunjuk Fandi. Rena menggigit bibir dalamnya dan dia mati kutu. Kenapa Papa ada di tempat ini sih?

Tempat itu seperti pasar malam. Dan ramai sekali. Ah, sulit sekali memiliki orangtua bucin yang juga ngedate. Harusnya Rena berpikir sejauh itu kalau Papa dan Mama akan datang ke sana.

“Ini? Temen, iya temen aja kok,” jawab Rena kikuk.

“Kok lari-lari ada apa?” tanya Mama Nita.

“Rena?” suara Regal yang datang menghampiri membuat Papa Sendy terkekeh. “Bilang aja kalau mau jalan-jalan sama biskuit. Jangan pakai alasan pergi sama temen,” goda Papa Sendy membuat Mama Nita geleng-geleng kepala.

“Iya, kamu tuh.”

Rena hanya bisa menyengir.

“Yaudah, Papa sama Mama mau jalan ke sana lagi. Biskuit, nanti pulangnya jangan kemaleman,” pesan Papa Sendy. Kemudian ia kembali mengajak istrinya berjalan menjauh.

“Hati-hati adek. Regal, jagain Rena ya!” pesan Mama Nita dari kejauhan.

“Kamu ke sini?” tanya Regal membuat Rena menggaruk kepalanya.

“Dia siapa?” tanyanya lagi.

Fandi tetap memakai masker dan menunduk. Dia sedikit menyenggol lengan Rena.

“Regal! Kenapa langkah kamu gede banget sih. Aku capek ngejarnya!” sahut Zora dari belakang. “Loh, Rena?”

“Ini... Um..., Kak Regal nggak perlu tau. Ayo kita jalan lagi, Kak!” ucap Rena membuat kedua bola mata Fandi semakin membulat. Karena ia tidak ingin hubungan pertemanannya rusak. Akhirnya dia membuka masker.

“Ini aku, Fandi. Hehehe.” Fandi menyengir ke arah Regal.

Tatapan Regal menjadi tajam malam ini. Ia menatap Rena sudah seperti ingin melahap gadis itu hidup-hidup. Tak mau kalah, Rena juga melayangkan tatapan sinis. Memang hanya Regal saja yang bisa kesal? Bilangnya aku sayang kamu, malah jalan sama cewek lain.

“Gal, aku kayaknya harus ke rumah dulu deh. Maaf, aku buru-buru. Aku tinggal nggak apa-apa kan? Nanti kalau kamu kembali ke kontrakan, jangan dikunci ya pintunya,” sela Zora tiba-tiba ketika ponselnya berdering. Wajahnya juga kelihatan terburu-buru dan dia langsung pergi dari hadapan Regal.

Mereka membawa motor masing-masing.

“Selesain dah masalahnya. Aku mau beli cilok dulu,” kata Fandi yang kini meninggalkan mereka untuk pergi ke gerobak cilok yang ada.

Regal & Rena Where stories live. Discover now