36. Distraksi Rasa

163 45 8
                                    

Saya sebagai anak angkat Bapak Sendy senang melihatnya, ehe ^^

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Saya sebagai anak angkat Bapak Sendy senang melihatnya, ehe ^^

Maaf jarang update, soalnya lg sok sibuk aja siii. Bercanda, aku lagi nyiapin tetek bengek masuk kuliah. Terima kasih yang masih menunggu cerita biskuit dan jagung ini❤️

 Terima kasih yang masih menunggu cerita biskuit dan jagung ini❤️

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Mereka sampai di minimarket. Rena menunggu Regal untuk memesan burger dan Regal menunggu Rena untuk memesan pilihannya.

“Kamu mau yang mana?” tanya Regal.

“Aku nurut Kak Regal aja.”

Regal menghadapkan kepala perempuan itu pada menu yang tertempel di kaca gerobak. Ia tidak tahu harus memesan apa, yang menginginkan burger kan Rena bukan dirinya. Regal yang akan membayarnya saja.

“Kak perempuan itu kalau kayak gini sedang dihadapkan pilihan yang berat. Pengen yang double cheese tapi nanti eneg. Pengennya cuma satu gigit doang. Terus yang beef teriyaki juga enak.” Rena mengetuk dagunya sembari tetap memilih dengan cap cip cup. Dengan bibir terkempit bingung.

Melihat gadisnya bingung malah membuat Regal geregetan. “Beli aja dua-duanya.”

“Hah?” beonya dengan kedua mata mengerjap. Kemudian ia menggeleng tegas. Tak lah, ia tak akan membangkrutkan Regal. Rena cukup tau diri kok sebagai perempuan. Apalagi Regal juga masih mahasiswa. Karena ia memiliki hati selembut Elina Barbie, akhirnya Rena memilih beef teriyaki.

Tak lupa, ia memaksa Regal untuk membeli burger beef dengan double cheese, padahal Regal tidak mau membeli burger. Apa sih yang tidak untuk Rena? Ya, kelembutan ketika les saja sepertinya.

Rena duduk di kursi depan minimarket dengan mengetuk meja menggunakan kuku panjangnya. Regal juga menaruh pantatnya di kursi sebelah Rena.

“Kak Regal kenapa baik banget sih? Kita kalau nanti putus aku bakalan nangis sih. Gimana kalau kita menikah aja?” Sungguh di luar nalar.

“Saya juga tidak mengerti kenapa saya sebaik ini. Mungkin dulu saya adalah pejuang di masa kerajaan Hindu-Buddha yang mati dengan keadaan terhormat,” balasannya semakin di luar nalar. Sudah begitu Rena ikut mengiakan apa yang diutarakan kekasih hatinya.

Regal & Rena Donde viven las historias. Descúbrelo ahora