5. Mari Jangan Saling Jatuh Cinta

9 5 0
                                    


Semesta, tolong rangkumkan perasaan ini hingga aku tidak bisa berharap lagi
.
.
.

"Ngapain sih ke rumah Angga? Bukannya lo udah putus ya sama dia?"

Vanessa terus saja menggerutu sepanjang motor mereka membelah jalan. Menggerutui keputusan Salva beberapa saat lalu. Suara gadis itu berbaur bersama angin yang menerpa tubuh mereka.

Salva memajukan wajah ke pundak kanan Vanessa, tepat di telinganya. "Emang kenapa kalau gue udah putus?"

"Lo masih ngarep ya sama tuh cowok, makanya lo sampai belain ke rumahnya? Va, please. Lo jangan bikin malu gue dong. Emangnya nggak ada cowok lain selain Angga?"

Salva menghembuskan napas. "Lo jangan salah paham, Nes. Gue ke rumahnya karena mau lihat kondisinya dia. Kemarin dia babak belur karena berantem sama Shena. Gue nggak enak. Lagian gue juga tahu diri," jelasnya.

Salva merasa bertanggung jawab atas keselamatan Angga. Cowok itu hampir celaka karena Adiknya. Jadi untuk apa yang Salva lakukan sekarang, wajar kan sebagai bentuk pertanggungjawaban? Meskipun ada sesuatu yang terjadi di dalam dada Salva, yang tidak bisa dijelaskan.

Setelah perjalanan kurang dari dua puluh menit, mereka sampai didepan sebuah rumah berlantai dua diantara jejeran perkomplekan rumah mewah. Salva turun melepas helm diikuti Vanessa.

"Lo yakin ini rumah Angga?" Vanessa memastikan.

"Iya. Gue udah pernah diajak main ke rumah," balas Salva.

"Ternyata pacaran lo udah sejauh itu."

Salva tidak begitu memperhatikan. Keduanya berjalan ke arah pintu.

Selama satu tahun pacaran, beberapa kali Salva datang ke rumah ini, diperkenalkan oleh Angga sebagai seorang pacar kepada orang tuanya. Sebagai gadis yang tengah dimabuk asmara tentu hal seperti itu membuat hati Salva berbunga. Disambut baik oleh orang tua cowok tersebut dan diperlakukan seperti anak sendiri.

Namun untuk kali ini, Salva tidak berharap lebih karena statusnya sudah menjadi mantan. Dia kemari hanya berniat memastikan kondisi mantan pacarnya.

Ting tong

Tak lama setelah dia menekan bel, pintu rumah terbuka dan menampilkan seorang perempuan paruh baya yang sedang Salva pikirkan.

"Salva? Dateng sama siapa?" tanya Tante Hana.

Salva menyalami perempuan tersebut diikuti Vanessa. "Sama temen saya, Tante."

"Yaudah, ayo masuk," ajak Tante Hana.

Salva dan Vanessa berjalan mengikuti perempuan tersebut.

"Mau ketemu sama Angga, ya?"

Salva tersenyum kikuk kala Mama mantan pacarnya berhasil menebak isi kepalanya. "Iya, Tante."

"Pas banget kamu kesini, Angga lagi istirahat di kamar, ada temen-temen lain juga," jelas Tante Hana dengan senyum ramah.

Untuk sesaat Salva lupa jika statusnya dengan Angga sudah menjadi mantan. Perlakuan perempuan ini tidak sedikitpun berubah ketika mereka masih berpacaran dulu. Atau mungkin ... Tante Hana belum tahu soal hubungannya dengan Angga?

"Tante Hana ... saya sama Angga-"

"Tante udah tahu. Kalian putus, kan?"

Tubuh Salva menegang, dia menoleh kearah Vanessa yang juga menatapnya. Lalu tatapannya bertemu lagi dengan Tante Hana yang belum melepas pandangan darinya.

"Tante curiga sama Angga, sejak kemarin nggak keluar kamar. Papanya Angga Tante suruh buat cari tahu, ternyata habis putus," jelas Tante Hana.

Salva terkekeh geli. Apa iya Angga mengurung diri setelah mereka putus?

PANDORA [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang