29. Kotak Pandora yang Terbuka

1 1 0
                                    

Bab 29. Kotak Pandora yang Terbuka

Semesta, tolong kali ini saja berpihak lah padaku. Dunia terlalu berantakan untukku lewati dengan kaki sendiri. Setidaknya aku tidak berkecil hati karena tidak ada tangan yang menggenggamku dikala sendiri

•Salva Sekar Saputri•
.
.
.

Dan pada akhirnya, deringan ponsel lah yang berhasil membuka mata Salva, membebaskan kantuk yang semalaman bersemayam di pelupuk mata.

Tangannya meraih hape, memastikan siapa yang memanggilnya di jam lima pagi seperti ini. Terlihat nama Mama disana, cepat-cepat dia bangkit.

"Iya, Ma?" Percaya lah, bangun tidur dengan keadaan jantung yang berdetak kencang seperti ini sangat lah tidak enak.

"Tidur dimana kamu? Semalam nggak di rumah, sekalian nggak usah pulang!"

Salva memejamkan mata, meresapi kebenaran yang harus dia terima.

"Maaf, Ma, kemarin aku--"

"Mama nggak mau dengar alasan apapun. Sekarang kamu pulang atau nggak usah pulang sekalian!"

"Tapi habis ini aku mau ke sekolah, Ma."

"Nggak ada tapi-tapian, Mama mau kamu pulang sekarang!"

"Mama...."

"Salva Sekar Saputri!"

Dentuman di dadanya semakin terasa, memejamkan mata sebentar, akhirnya Salva kalah. "Iya, aku pulang."

Tepat setelah itu, sambungan terputus. Salva menghela napas lelah, dia pasrah. Disampingnya sudah tidak ada orang, dia juga tidak tahu kapan dan kemana Vanessa pergi. Rasanya masih tidak percaya dia bisa tidur di tempat lain selain kamarnya.

Semesta, tolong kali ini saja berpihak lah pada Salva. Dunia terlalu berantakan untuk dia lewati dengan kaki sendiri. Setidaknya dia tidak berkecil hati karena tidak ada tangan yang menggenggamnya dikala sendiri. 

****

Apa yang Vanessa takutkan akhirnya terjadi. Padahal dia sudah mewanti-wanti bahkan memohon Mamanya untuk tidak pulang malam ini, tapi ucapannya itu hanya dianggap angin lalu. Rasanya dia ingin menghilang saja dari bumi, bahkan semua ucapannya tidak pernah Mamanya hiraukan.

"Mama cepetan berangkat sekarang, Ma!" titah Vanessa was-was.

Avasa yang sedang tiduran di kamar, hanya menoleh saat anak gadisnya membuka pintu kamar. "Sini tidur disebelah Mama!" panggilnya.

Vanessa membuang napas gusar. Dia berjalan cepat ke arah Mamanya.

"Mama nggak denger kemarin aku ngomong apa? Kenapa Mama belum siap-siap, sih?"

"Ini masih jam lima lhoh. Mama, kan, masih pengen di rumah. Biasanya Mama juga gini, kan?"

"Tapi hari ini beda, Ma. Mama tahu, kan, Salva juga disini."

"Terus kenapa? Bagus, dong, biar kamu ada temennya."

Ya Tuhan, harus dengan cara apalagi Vanessa mengingatkan sang Mama. Keadaannya tidak sesederhana itu. Bagaimana Mamanya ini tetap terlihat tenang?

"Please, Ma, pergi sekarang, aku nggak mau nanti Salva tahu." Karena kemungkinan besar orang yang selalu menunggu Mamanya akan datang.

Vanessa menarik lengan Mamanya supaya bangun, terus memaksa Mama agar segera meninggalkan rumah secepat mungkin.

Tin tin!

Vanessa dan Avasa menoleh bersamaan saat suara mobil sudah berada di rumahnya.

"Itu dia!" seru Avasa dengan semangat, detik kemudian dia meluncur meninggalkan putrinya yang kian membatu.

PANDORA [ Selesai ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن