Part 4

5.9K 1K 233
                                    

Langkah kaki lelaki yang baru memasuki ruang kerjanya membuat gadis cantik yang sudah menunggunya sejak lima belas menit yang lalu segera berdiri dan memberi hormat. Bibirnya tersenyum sangat manis, tubuhnya membungkuk tanda hormat pada orang yang sudah ditunggunya sejak tadi.

"Maaf saya telat," ucap Alex penuh penyesalan. Gadis itu mengangguk sangat maklum, dia pernah menunggu lebih lama dari ini dan dia biasa saja.

"Saya kira kamu sudah menggantikan Pak Ervi di Lavi,"

"Belum, Papa masih sanggup menjalankan sendiri. Sekalian menunggu saya mematangkan usia dan memperbanyak pengalaman, Pak. Sementara saya bekerja seperti ini." Jawab Riri sangat sopan. Dia mulai membuka katalog yang dia bawa.

"Bapak bisa lihat-lihat dulu. Untuk request juga bisa, kita menerima semua keinginan client." Alex menatap Riri sebentar sebelum kembali membolak-balikkan katalog dari Riri.

Orang tuanya akan mengadakan acara pesta anniversary pernikahan, dan mereka menggunakan jasa dari perusahaan Lavi. Setiap ada acara apapun diperusahaan maupun acara pribadi perusahaan Ervi dan Lalita adalah pilihan yang tepat untuk membuat acaranya.

"Gak usah terlalu formal, Riri."

Riri yang awalnya tersenyum manis kini merubah ekspresi wajahnya menjadi terkejut. Tak pernah ada yang tahu panggilan tersebut dalam urusan pekerjaan, semua yang mereka tahu namanya adalah Riana bukan Riri. Tapi lelaki didepannya kenapa bisa tahu. Bukankah orang ini hanya bawahan Ridwan.

"Bapak kok tahu panggilan saya? Hanya kerabat dekat dan teman dekat yang memanggil saya Riri." Tanya Riri cukup heran.

Alex tersenyum miring, dia mendongak menatap Riri dan menaikan sebelah alisnya. Tangannya terulur untuk bersalaman dengan Riri sebagai perkenalan walaupun sebenarnya Alex sudah kenal Riri sejak kecil. Tapi karena kepergiannya membuat kemungkinan besar Riri lupa dengannya. Kepulangannya juga tak ada yang mengetahui sampai saat ini, wartawan yang mengambil gambarnya beberapa waktu lalu saja menjadi incaran anak buah Alex karena menyebarkan berita anak kedua Ridwan sudah kembali.

"Alexander, anak Pak Ridwan." Mata Riri melotot mendengar ucapan Alex. Dia segera melepaskan jabatan tangannya dengan kepala menggeleng pelan, dia mundur beberapa langkah namun tatapan matanya tak lepas dari sosok Alex yang sekarang.

"Kok berubah banget? Operasi plastik?" Tanya Riri setelah sadar dari rasa terkejutnya.

"Enak aja, olahraga sama ngatur makan. Kalau masalah ganteng emang udah dari sononya. Cuma mata lo merem aja dulu waktu ngelihat gue." Riri berdecih pelan sebelum kembali duduk diseberang Alex. Dia menatap Alex seakan tak percaya kalau lelaki didepannya benar-benar teman masa kecilnya dulu.

Alex yang selalu bersama Melisya, bermain bersama, makan bersama bahkan Riri curiga Alex juga pernah mandi bersama Melisya walaupun itu sangat tak mungkin tapi tetap saja Riri pernah menaruh rasa curiga. Alex yang dulu memarahinya karena tak sengaja mematahkan kaki boneka barbie Melisya. Membongkar tabungannya demi membelikan boneka baru untuk Melisya padahal Alex tak merusakkannya.

"Kapan lo balik?"

"Dua mingguan ini lah, kenapa kaget banget sih. Berasa habis operasi plastik beneran gue." Dengkus Alex kesal. Dia mengambil kopinya untuk meredakan emosi melihat ekspresi Riri seakan tak percaya bahwa itu dirinya.

"Kok Meli gak cerita lo udah balik? Dia diem-diem aja selama ini."

"Meli gak tahu gue udah balik,"

"Lo belum pernah ketemu Meli, Lex? Dia sekarang makin cantik paripurna, kalem, lembut tapi ngeselin bukan main. Terlalu baek lo ngerti gak sih? Dia orang paling positif thinking yang pernah gue temuin." Alex menaikan sebelah alisnya. Sepertinya obrolan tentang Melisya lebih menyenangkan daripada melihat katalog didepannya.

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now