Part 18

7.7K 1.3K 331
                                    


Wajah tegang Melisya dan Agnira saat melihat Zavy datang tak membuat lelaki itu  juga ikut tegang. Dia terlihat terkejut melihat mantan kekasihnya dan sang istri berpelukan didepan rumah, terlihat seperti saudara atau teman dekat. Bukan orang yang sama-sama mencintai satu lelaki. Sedangkan Melisya melepaskan cekalan tangan Agni dan berniat untuk pamitan.

"Mbak, makasih atas waktunya. Maaf juga udah ganggu kehidupan pribadi, Mbak Agni. Semoga kedepannya Mbak Agni bisa bener-bener bahagia. Aku mau pamit pulang." Melisya tersenyum manis dan menunduk pelan sebelum berjalan sangat cepat meninggalkan teras rumah Agnira.

Saat sampai di sebelah Zavy, tangan Zavy mencekal pergelangan tangan Melisya. Tatapan sangat dalam dari Zavy tak membuat hati Melisya bergetar. Justru perasaannya kini sangat benci dengan Zavy, padahal dia selama ini menghindari Zavy karena takut pertahanannya goyah jadi dia menjauh. Tapi tanpa disangka dia saat ini sangat benci melihat wajah si brengsek ini.

"Kita bicara baik-baik," tukas Zavy pelan. Melisya menggeleng dan berusaha melepaskan cekalan tangan Zavy, sekuat tenaga Melisya berusaha melepaskan tapi tak membuahkan hasil karena tenaga Zavy sangat kuat mengingat perbedaan tinggi badan dan postur tubuh.

Zavy dengan badan tinggi tegap, sedikit berotot bahkan tingginya 180 cm dan Melisya hanya memiliki tinggi 165 dengan badan relatif kurus karena harus menjaga pola makan karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan memiliki tubuh kecil.

"Gak ada yang perlu dibicarakan, semuanya sudah jelas. Dan saya rasa luka diseluruh tubuhmu menjelaskan semua jawaban saya. Kita gak akan bisa berhubungan baik-baik, apapun yang dilakukan Daddy padamu. Itu juga yang akan saya lakukan jika anda melewati batas." Penekanan kata Melisya membuat Zavy diam seribu bahasa. Hanya tatapan matanya tak lepas dari mata indah Melisya.

Agnira hanya bisa tersenyum getir melihat bagaimana suaminya memegang erat pergelangan tangan wanita lain didepan matanya sendiri. Melisya yang terus berusaha melepaskan cek alam tangan Zavy semakin membuat Agnira merasakan sakit, karena saat Melisya berusaha melepaskan semakin erat juga cekalan tangan Zavy seolah tak mau kehilangan Melisya.

"Kamu kembali dengan keluargamu atau enggak, Mas?" Tanya Agnira dengan tatapan mata kosong menatap suaminya.

Zavy yang baru sadar masih ada Agnira menatapnya berkaca-kaca. Melihat cinta pertamnya kini menatap dirinya dengan sorot mata sangat kecewa, penuh luka dan air mata membasahi kedua pipinya. Melisya ikut menangis melihat tatapan mata Agnira.

"Lepas!" Teriak Melisya kencang. Zavy kini beralih menatap Melisya lagi. Dia menggeleng pelan tanda tak mau melepaskan cekalan tangannya.

Mendengar teriakan Melisya Riri dan yang lain segera berlari menghampirinya. Alex yang melihat Zavy mencekal tangan Melisya dan gadis itu berusaha melepaskannya segera berlari dan memberi tonjokan tepat di pipinya. Alex yang memiliki tinggi lebih dari Zavy sangat gampang menghajarnya.

Alex menarik tangan Melisya dari Zavy dan memeluknya sangat erat. Suara tangisan Melisya yang memilukan membuat Alex mendekap erat tubuh mungil gadis yang sangat dicintainya. Telapak tangannya terus mengusap punggung bergetar Melisya, bibirnya mencium puncak kepalanya untuk menangkan Melisya.

"Zav, saya rasa dari hubungan kalian gak ada yang perlu dilanjutkan ataupun dibicarakan lagi. Balik badan dan lihat istrimu, lihat matanya dan kamu cari dibalik tatapan mata itu apakah ada rasa sakit dari perbuatanmu atau tidak. Jika iya dan sudah pasti iya ada luka mendalam harusnya kamu menebus semuanya, dan jika kamu tak melihatnya berarti kamu sudah buta akan kenikmatan dunia lalu mencari kesengsaraan didunia yang gak seberapa lama ini." Ujar Mahardika menepuk punggung Zavy pelan.

Walaupun usianya lebih tua Zavy tapi karena dikantor Mahardika adalah atasan jadi memanggil nama dan Zavy memanggil pak. Mahardika sosok yang paking ditakuti Zavy diagensi karena lelaki itu tak pandang bulu saat tak menyukai seseorang, bisa saja karir Zavy berhenti seketika saat bermasalah dengan Mahardika.

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now