Part 35

10.1K 1.5K 448
                                    

Tatapan terkejut dari seorang Melisya membuat gadis muda yang baru saja membuka pintu kamarnya mengerucutkan bibirnya kesal. Dia berbalik badan masuk kamar kembali, membiarkan Melisya masuk kamar sendiri. Matanya berkedip beberapa kali, jarinya menggenggam takut diomeli kakaknya membuat Melisya menghembuskan napasnya panjang.

"Dia bilang apa sih, Nev?" Tanya Melisya ikut duduk disofa sebelah Nevay.

"Gak mau jawab, takut di omelin."

"Emangnya Kak Meli pernah ngomelin kamu? Enggak, kan? Jawab jujur aja." Nevay menarik napasnya cukup panjang sebelum menoleh. Dia menatap wajah Melisya penuh penyesalan sudah membuat kakaknya itu khawatir karena orang tuanya bulan madu ke luar negeri. Sudah punya anak remaja mereka masih ingin berduaan.

"Awalnya aku sama temen-temen jalan-jalan biasa di mall, tapi aku lihat Kak Rafka makan siang sama cewek gatel gitu. Aku samperin niatnya ya mau ketemu Kak Rafka aja eh dia bilang bocah kegatelan, gak lihat orang lagi makan ganggu aja. Aku masih diem aja loh Kak Mel, terus dia bilang yang enggak-enggak tentang Kak Meli. Aku gak terima sama kata-katanya yang menurutku itu kasar banget, minuman Kak Rafka aku siramin ke dia. Eh dia narik tanganku terus nyakar, jadilah kayak gini." Melisya menatap wajah Nevay denga teliti. Bibirnya tersenyum sangat tipis.

"Terus? Kamu lawan dia gak?" Tanya gadis lain yang baru datang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Terus? Kamu lawan dia gak?" Tanya gadis lain yang baru datang. Nevay menggeleng pelan karena merasakan perih di wajahnya, apalagi wajah aset berharga yang dia jaga dan rawat. Menghabiskan dana puluhan juta rusak hanya karena cakaran perempuan gatel tersebut.

"Ditarik sama temenku, aku dibawa ke klinik gak jauh dari sana. Kak Rafka nganterin aku ke sana sih, tapi masih sebel sampai sekarang. Disuruh makan siang sama dia mau aja."

"Kita gak tahu apa maksud makan siang itu, jangan suudzon sama orang lain gak baik." Tegur Melisya pelan. Dia berdiri dari duduknya menuju kamar mandi, perutnya terasa ingin buang air kecil jadi dia bergegas ke kamar mandi.

"Dia bilang apa tentang Meli?" Tanya Riri pelan. Melisya menatap Riri cukup dalam sembari berpikir, apakah dia akan memberitahu Riri atau tidak.

"Dia bilang Kak Meli cuma bisa ngandelin orang dalem, kalau bukan anak Gavril dia bukan siapa-siapa. Cuma turunan orang gila. Aku emosi dong Kak Ri, Kak Meli kerja juga usaha sendiri dari SMA iya, kan? Zaman aku masih kecil dia udah bisa jajanin di resto mahal tiap habis gajian. Aku emosi banget sih kalau so'al Kak Meli. Apa dia marah sama Kak Meli gara-gara Om Gavril sama Om yang lain blacklist nama dia?"

"Tahu darimana kamu?" Tanya Riri cepat.

"Aku denger obrolan Papa sama yang lain, waktu itu mereka pernah bilang bakalan blacklist perempuan itu. Kalau masalah ibunya Kak Rafka masih dikasih waktu gak dibuat bangkrut karena nyangkut hubunganku, mereka masih pikir-pikir. Apa karena dia gak dapet kerja terus marahnya sama Kak Meli?"

"Bukannya dia anak orang berada? Harusnya bisa ngatasin masalah kecil kayak gini, kan? Kalau gak dapet kerja diluar bisa dibantu buka usaha sendiri. Tahu sih kalau udah berurusan sama Kak Gavril apalagi keenam lainnya turun tangan juga bakalan susah banget, kemungkinan keluar dari masalah itu kecil banget. Tapi gak mungkin gak ada jalan keluar, kan?" Nevay menggeleng pelan, dia juga tak tahu bagaimana masalah pastinya yang jelas Gavril murka anaknya ditampar menggunakan sepatu ber hak tinggi.

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now