Part 34

8K 1.4K 313
                                    


Langkah kaki tergesa dari seorang gadis yang baru bangun tidur membuat adiknya mengernyitkan dahi cukup dalam. Kaki tanpa alas berlari keluar rumah menuju gerbang utama, rambut masih acak-acakan, belum cuci muka sama sekali dan masih ada bekas air liur yang sangat khas dari orang baru bangun tidur.

"Udah dateng?" Tanya Melisya menatap salah satu penjaga gerbang hari ini.

"Belum, Non. Silahkan tunggu didalam pos." Tunjuk Fiko sangat sopan dengan anak bossnya.

"Gak usah, aku mau ngintip dari sini." Melisya duduk di atas rumput dan memainkan ponselnya untuk mengusir rasa bosan. Tak berapa lama dia duduk, Devnath yang mau berangkat sekolah menghentikan laju motornya didepan sang kakak.

"Ngapain sih, Kak?" Devnath melepaskan helmnya sembari menata rambutnya.

"Gak ngapa-ngapain, udah sana berangkat telat nanti. Jangan lupa beli pesenan Kakak." Devnath berdecih pelan sebelum mengangguk. Dia tak mau mengganggu kakaknya lagi karena jam masuk sekolah sudah sangat mepet, hari ini Devnath kesiangan dan semua itu karena ulah Azzura.

Semalaman penuh Azzura mau ditemani dua anaknya, berkata sepertinya ajalnya sudah dekat padahal dia hanya demam dan pusing. Melisya yang tak tega melihat ibunya terus menangis tentu menemani Devnath juga tentunya. Apalagi Azzura sering mengigau melihat banyak bola-bola besar menggelinding ke arahnya. Melisya maupun Devnath baru tidur pukul tiga dini hari setelah Gavril kembali dari luar kota. Gavril baru berangkat kemarin sore dan malamnya Azzura demam tinggi, sebagai suami siaga Gavril lebih memilih pulang dan pekerjaan digantikan Aldi asisten pribadinya.

"Itu, Non." Tunjuk Fiko pada mobil sport yang berhenti disamping gerbang. Melisya segera berdiri dan bersembunyi dibelakang tembok samping gerbang. Dia mengintip apakah itu benar Alex atau bukan.

"Pagi, Om Fik. Kayak biasa tanggal delapan belas." Kekeh Alex menyerahkan satu buket bunga. Melisya memejamkan matanya cukup rapat berusaha mengendalikan detak jantungnya yang menggila melihat wajah berseri Alex pagi ini.

"Gak langsung dikasih aja, Pak? Non Meli ada kok."

"Gak usah, saya ada meeting pagi ini. Nitip ya. Oh ya, Meli udah bangun?" Tanya Alex, dia celingukan menatap kedalam halaman rumah Gavril. Walaupun percuma karena halaman itu sangat luas. Melihat asisten rumah tangga di teras saja terlihat kecil sekali.

"Udah, tadi Non Meli sempet jalan-jalan pagi. Nyonya lagi gak enak badan, semalaman Non Meli jaga Nyonya, mungkin gak tidur."

"Yaudah, saya pamit dulu, ya. Makasih." Alex menepuk bahu Fiko sebelum masuk mobil lagi untuk bekerja.

Melisya berjalan pelan melewati pohon palem di sampingnya untuk melihat kepergian mobil Alex. Bibirnya menyunggingkan senyum sangat manis, namun senyum itu luntur tatkala beberapa mobil hendak masuk rumahnya terhalang dirinya yang sedang berdiri ditengah gerbang. Dia berdeham pelan sembari berjalan mundur memberi ruang agar pengawal ayahnya bisa masuk. Klakson dibunyikan dua kali dengan anggukan kepala pelan membuat Melisya ikut mengangguk dan tersenyum manis.

"Ini, Non." Fiko menyerahkan bunga dari Alex untuk Melisya.

"Makasih, Om. Aku masuk dulu, ya." Melisya kembali berlari menuju kediaman utama. Senyum manis, pipi memiliki semburat merah alami, dengan tubuh meliuk ke kanan dan kiri membuat para pengawal yang baru datang menggeleng pelan. Sepertinya anak boss besar memiliki mood sangat baik pagi ini.

"Aaaa, seneng banget!" Teriak Melisya kencang.

"Berisik, Kak." Tegur Gavril yang baru keluar rumah. Melisya segera menutup bibirnya rapat dan tersenyum manis.

"Mandi terus sarapan, baru tidur lagi."

"Aku mau ke Laksamana Group,"

"Ngapain?" Tanya Gavril cukup terkejut. Alamat Laksamana Group saja Melisya mungkin tak tahu tapi hendak kesana. Melisya hanya menggeleng dan terus tersenyum manis sebelum berlari masuk rumah untuk bersiap-siap.

Krisan Kesayangan (End) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin