Part 49

5.3K 927 140
                                    


Ruangan cukup gelap dengan layar besar didepannya menampilkan sebuah animasi dari China membuat Melisya dan Devnath sangat fokus pada video yang sedang berputar. Diantara Devnath maupun Melisya tak ada obrolan sama sekali, mereka sangat fokus.

"Daddy ganggu?" Tanya Gavril yang baru masuk ruangan bioskop pribadinya. Melisya dan Devnath sama-sama menggeleng karena ayahnya memang tak menganggu.

"Nonton apa?"

"Donghua, Dad." Sahut Melisya pelan, dia menggeser posisi duduknya agar Gavril duduk ditengah-tengah mereka.

Enam menit berlalu, dimana video menampilkan aksi tarung dengan dialog yang mampu membuat Gavril tersenyum tipis. Dua anaknya tak ada yang menyadari hal itu hanya dia dan Tuhan yang melihat senyum tipis Gavril.

"Kalian tahu, di dunia kultivasi yang kuat menginjak yang lemah."

"Tahu, kenapa, Dad?" Tanya Melisya yang cukup penasaran sedangkan Devnath hanya mendengarkan saja.

"Di dunia bisnis juga seperti itu, mungkin kalian melihat kertas putih tanpa garis tapi sebenarnya didalam kertas itu berisi banyak coretan-coretan. Saat kamu sudah masuk baru tahu kalau di dunia bisnis ijak menginjak adalah hal yang biasa. Tak ada kata teman saat kamu mengenalnya sudah diatas bahkan yang dari bawah bersamapun bisa saling mencekik."

"Tapi Daddy sama Om Nandi sama yang lain kok kayak baik-baik aja," ujar Devnath mulai tertarik dengan obrolan ayahnya. Sedangkan Gavril tersenyum miring.

"Karena itu kita tak pernah berani menambah teman, hanya ada kita bertujuh selama puluhan Tahun. Karena kita sudah tahu karakter masing-masing, kalau ada yang macem-macem kita bisa sikat bareng. Gak ada saya putih kamu abu-abu. Kita semua sama-sama bejat, bangsat dengan cara kita sendiri. Daddy harap, kamu bisa menjalin hubungan dengan Alarick dan yang lain seperti kita, Dev. Saling merangkul, mendorong dan menarik saat terjatuh." Devnath tersenyum miring dan mengangguk. Dia memang berniat menjalin hubungan yang baik bersama teman-temannya, meneruskan usaha orang tua bersama.

"Daddy bilang gini sama kalian bukan karena apa-apa, suatu saat bisnis Daddy sama Mommy yang meneruskan kalian. Mungkin bagian Dev lebih besar dari kamu, Mel. Bukan karena Dev anak kandung Daddy, bukan karena Daddy lebih sayang Devnath. Gak sama sekali. Kalian sama-sama kesayangan Daddy Mommy. Tapi, tanggung jawab Devnath lebih besar, dia bertanggung jawab atas nafkah seorang perempuan sedangkan Meli dinafkahi. Apa yang kita punya juga akan jadi milik kalian berdua semuanya. Daddy gak mungkin hidup selamanya, suatu saat Daddy juga akan pergi. Saat Daddy udah gak ada tolong jangan merebut apa yang bukan hakmu, apa yang milik Adikmu atau milik Kakakmu sudah Daddy perhitungkan semuanya. Kalau mau lebih besar dan banyak. Angkat dengan kemampuan kalian sendiri." Ucap Gavril panjang lebar membuat Melisya dan Devnath mematung. Membayangkan di tinggal orang tua adalah hal paling menakutkan bagi mereka.

"Daddy bicara apa sih," gumam Melisya sebelum memeluk ayahnya dari samping. Sedangkan Devnath hanya bisa menunduk dengan kedua tangan saling menggenggam sangat erat, Gavril yang tahu suasana hati anaknya tapi tak bisa mengekspresikannya segera memegang tangan Devnath dan mengusapnya lembut.

~~~

19.30 ... Kediaman Gavril sudah sangat ramai, semua teman Gavril beserta istri dan anaknya datang untuk mengobrol sebelum Melisya menikah beberapa hari lagi. Setelah menikah entah Melisya masih bisa berkumpul seperti ini atau tidak yang jelas mereka memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

"Nevay, duduk yang bener!" Teriak Widi yang sudah jengah dengan tingkah anaknya. Bagaimana tidak, bocah tersebut terus berlari mengejar kucing Melisya yang sengaja dia lepaskan.

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now