Part 12

6.3K 1.2K 146
                                    


Melisya membuka tutup botol air mineral yang diberikan maskot beruang berwarna coklat tersebut sangat mudah. Setelahnya dia meminumnya hingga tandas, botol air yang sudah kosong kini menjadi mainan Melisya. Memutarnya menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya, membuat gerakan memutar membuat seseorang dibalik maskot beruang itu tersenyum.

"Hah? Apa?" Tanya Melisya saat maskot beruang menyerahkan sebuah tablet.

"Kamu lagi sedih, ya?" Melisya membaca tulisan ditablet berwarna putih tersebut. Melisya mengangguk dan tersenyum manis, setelahnya dia menyerahkan tablet itu pada maskot beruang lagi.

"Aku boleh duduk?"

"Boleh, duduk aja." Jawab Melisya setelah selesai membaca. Mereka mengobrol melalui tulisan dari tablet maskot beruang, Melisya juga tampak tak curiga sama sekali. Positif thinking dalam diri Melisya masih sangat kuat walaupun baru di bohongi lelaki.

"Kamu ada masalah? Kalau ada masalah cerita aku aja. Biasanya aku juga jadi temen curhat anak muda disini, kamu bisa cerita aja sama aku. Kita gak saling kenal jadi gak mungkin aku bocorin rahasia kamu ke orang lain." Tulisan panjang kali lebar di layar tablet membuat Melisya menoleh sejenak menatap beruang itu sangat lekat.

Entah bagaimana perasaannya saat ini, memang dia butuh teman bercerita tapi entah sanggup bercerita dengan beruang ini atau tidak. Bisanya Melisya menyalurkan semua emosi dan bisa bercerita apapun dengan Riri maupun Zavy. Dari awal Zavy bisa mengambil hati Melisya dan membuat gadis cantik itu bercerita semuanya.

"Hem, aku gak tahu cerita gini sama orang luar gimana. Tapi aku juga bingung mau cerita sama siapa. Kalau sama Ayahku, dia bukan orang yang gampang memaafkan kesalahan orang lain apalagi itu menyangkut aku. Kalau Mommy, suatu saat pasti juga akan cerita sama Daddy karena menurut Mommy itu akan membuat hidupku gak baik kedepannya. Kalau sama Adikku, dia bisa membunuh siapapun yang dia mau walaupun kelihatannya dia sosok yang sangat pendiam dan kalem."

"Aku ... Aku punya pacar, dia lelaki pertama yang bisa membuatku jatuh cinta. Pertama kalinya aku merasakan jatuh cinta dengan sosok lelaki ya sama dia. Dia ini sosok yang sangat sesuai kriteriaku, entah dari segi fisik maupun kepribadian dia sangat tipeku. Setiap aku selesai menonton drama dan bercerita tentang drama itu dia akan mendengarkan. Bahkan dia pernah ikut menonton drama denganku walaupun aku tahu betul genre yang aku sukai berbeda dengannya. Singkat cerita, banyak kejanggalan dihubungan kami dan aku terlalu buta akan hal itu. Aku mencintainya, sangat mencintainya. Karena dia bisa menjadi sosok yang sama seperti ayahku, dan aku selalu mendambakan sosok seperti ayahku untuk menjadi teman hidup. Melihat bagaimana cara Daddy memperlakukan Mommy sejak aku kecil, membuat otakku terdoktrin untuk memiliki pasangan seperti beliau. Tanpa aku sadari tak ada dua orang yang memiliki kepribadian, sifat dan perlakuan yang sama. Mereka tetap orang yang berbeda."

"Sampai, adik dari ibuku terus berkata untuk menyelidiki kekasihku. Mengikuti kemana dia pergi setiap weekend karena dia tak pernah ada waktu setiap weekend dari awal kita pacaran. Padahal seharusnya weekend menjadi waktu kita untuk memadu asmara, kan? Tapi dia tak pernah ada waktu. Aku mau ngikutin dia dan saat itu terhalang aku membantu ibuku mempromosikan toko kuenya disebuah event luar kota. Dan..." Melisya menarik napasnya sangat panjang. Matanya tiba-tiba buram karena air mata, dadanya terasa sangat sesak dan sakit bahkan napasnya juga tercekat.

"Aku ketemu dia sedang membeli kue dari stand ibuku. Dia ... Dia ... Dia bersama anak istrinya. Aku pacaran sama lelaki yang sudah punya anak istri, aku gak tahu sama sekali dia udah berkeluarga." Tangisan Melisya terdengar sangat memilukan membuat Alex, lelaki yang ada dibalik maskot beruang itu menatap Melisya tanpa berkedip sama sekali.

Hatinya terasa sangat sesak, dadanya bergemuruh melihat gadis yang sangat dia cintai menangisi lelaki lain. Padahal dia sangat sanggup membahagiakan Melisya, tanpa membuatnya menangis dengan sengaja. Kalau tak sengaja itu bisa dihitung sebagai khilaf. Alex yang sudah suka sejak lama tak mungkin tega menyakiti seorang Melisya apalagi membuatnya menangis.

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now