Part 33

7.9K 1.3K 282
                                    


Gadis manis dengan kaca mata hitam bertengger dibatang hidung kecilnya, rambut di ikat menjadi satu dan dikawal enam lelaki tampan dengan style masing-masing dibelakangnya membuat gadis tersebut tersenyum penuh kepuasan. Akhirnya masa balas dendam season dua akan dimulai setelah tak berbicara dengan kakaknya cukup lama. Segala macam rayuan, kiriman bunga dan barang kegemaran Nevay juga dikirimkan tapi tak ada yang bisa membuat Nevay luluh.

"Mau beli apa dulu?" Tanya Alarick menatap punggung mungil Nevay. Alarick dan Afrin berjalan paling didepan diantara lelaki yang lain.

"Apapun yang Necan tunjuk, harus dibeli tanpa terkecuali. Pakai uang kalian semua gak banyak kok, paling gak satu orang sepuluh juta. Gimana?"

"Bukan masalah," sahut Devnath santai. Dia berjalan lebih cepat agar bisa ada disebelah Nevay.

Lantai tiga adalah tujuan Nevay karena disana banyak barang yang sedang dia inginkan. Pertama Nevay masuk sebuah toko brand yang cukup terkenal dengan baju-baju lucunya, Nevay memilih yang sekiranya cocok untuknya. Mulai dari atasan pendek, jaket croptop maupun bawahan dari berbagai model dan bahan. Sampai tatapan mata Nevay tertuju pada kemeja pendek berwarna hijau toska dan disebelahnya ada rok span putih tulang. Sepertinya cocok dipadukan menjadi satu.

Nevay berbalik menatap Devnath dan menunjuk satu stel baju tersebut. Tanpa banyak protes Devnath menanyakan stock ukuran Nevay apakah ada dan ternyata ada, Devnath maupun kakaknya yang lain sudah tahu ukuran baju, celana bahkan sepatunya juga tahu. Mereka sering membelikan barang untuk Nevay secara diam-diam jadi hafal, apalagi bentuk tubuh Nevay tak pernah berubah sejak dulu.

"Berapa, Mbak?" Tanya Nevay berdiri di sebelah kakaknya untuk membayar.

"Empat juta dua ratus lima puluh," Devnath mengambil salah satu kartu yang ada didalam dompetnya. Menyerahkan kartu tersebut pada kasir untuk membayar.

"Maaf, ya. Udah jangan marah lagi sama Kak Dev."

"Hem, bawain." Tanpa menunggu Devnath, Nevay sudah berjalan keluar toko. Dia mencari barang yang dia inginkan lagi.

Satu jam berlalu, semua kakaknya sudah memegang paper bag masing-masing. Sedangkan Nevay masih berjalan tanpa memiliki rasa lelah. Sepertinya orang dulu berkata perempuan tak akan punya rasa lelah saat berbelanja memang benar adanya.

"Nev gak itu?" Tunjuk Alarick pada store pakaian dalam. Nevay menoleh dengan mata melotot, dia menatap Alarick tajam sebelum melayangkan tampolan cukup kuat pada bahu kakaknya. Devnath dan yang lain juga cukup terkejut dengan apa yang ditunjuk Alarick, bisa-bisanya masalah dalaman ditanyakan juga.

"Sembarangan!" Sentak Nevay kesal.

"Apa sih? Baju tidur. Kamu mikir apa?" Tanya Alarick menunjuk sebuah baju tidur yang memang ada didalam store.

"Gak, aku mau makan. Ayo jalan." Nevay kembali berjalan paling depan. Dan mereka semua mengikuti Nevay kemanapun langkah kaki mungil gadis itu berjalan.

Namun, dari kejauhan tanpa mereka sadari sejak tadi ada dua gadis yang memperhatikannya. Mereka berdua mengikuti Nevay karena takut kalau pertengkaran terjadi lagi jadi jaga-jaga dari kejauhan.

"Udah aman, bentar lagi mereka balik. Ayo makan gue laper." Ajak Riri menarik pergelangan tangan Melisya. Tanpa menjawab Melisya mengikuti kemana Riri mengajaknya, dia sudah bisa tersenyum manis apalagi melihat ada beberapa lelaki yang diyakini Melisya pengawal dari Rafka.

"Alex dari kemarin chat gue mulu, nanya keadaan lo udah membaik belum. Mel, sejujurnya gue kasihan sama Alex. Dia usaha banget buat lo dari dulu loh. Apalagi kalian juga pernah ciuman, gue ngira lo udah pacaran tanpa sepengetahuan orang lain."

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now