Part 6

6.4K 1.1K 522
                                    

Kamar yang nampak sangat gelap tanpa ada cahaya sedikitpun yang menjadi penerang tak membuat Melisya beranjak dari duduknya diatas sofa sebelah pintu balkon kamar. Dia menatap bulan purnama yang terlihat sangat indah dimalam hari dengan pikiran melayang kemana-mana, pemikiran buruk tiba-tiba datang lagi setelah makan malam dengan Zavy.

"Apa gue ikuin saran Riri?" Gumam Melisya sembari menatap layar ponselnya yang menampilkan Walpaper foto dirinya bersama Zavy yang diambil beberapa waktu lalu.

Melisya lagi-lagi hanya bisa menghela napas cukup panjang sebelum menatap cincin yang melingkar dijari manisnya. Cincin yang sangat pas di ukuran jarinya yang kecil dan panjang. Cincin yang selalu dia harapkan dari Zavy sejak dulu, tapi entah kenapa sekarang rasanya sangat berbeda. Tak ada rasa bahagia, tak ada jantung berdetak tak karuan seperti sebelumnya padahal sebelum-sebelumnya Melisya hanya membayangkan saja sudah bisa membuat jantungnya berdetak secara tak semestinya.

Tok tok tok...

Ketukan pintu pelan membuat Melisya kembali tersadar dari lamunannya. Dia turun dari sofa dan berlari untuk membukakan pintu. Senyum manis Azzura nampak sangat menenangkan bagi Melisya, entah kenapa hatinya yang kacau akan merasa sangat baikan bahkan lebih tenang setelah melihat senyum tulus dari Azzura.

"Belum tidur? Udah jam sebelas."

"Belum ngantuk. Mommy ada perlu sama Meli?" Tanya Melisya menatap Azzura yang terlihat sudah mengantuk. Azzura menggelengkan kepalanya pelan.

"Mommy cuma khawatir kamu kenapa-napa, dari pulang main kamu diem aja. Dev juga sama takut kesambet, Mel." Melisya tertawa pelan mendengar ucapan ibunya.

"Enggak kok. Lagi ada sedikit masalah di tempat kerja. Mommy tenang aja, Meli bisa ngatasin sendiri kok." Ujar Melisya berusaha menenangkan ibunya. Azzura mengangguk pelan sebelum pergi menuju kamarnya sendiri, kemungkinan besar Gavril sudah menunggunya saat ini.

Karena tadi saat Azzura keluar kamar Gavril sedang mencuci wajahnya dan sikat gigi sebelum tidur. Azzura menyempatkan sedikit waktunya yang senggang tanpa pantauan Gavril untuk menanyakan keadaan anaknya. Kalau sampai Gavril tahu Melisya tak baik-baik saja sudah bisa dipastikan besok akan ada pengawal yang mengantar jemput Melisya seperti dulu.

Melisya sudah susah payah melepaskan pengawalan dari ayahnya dan berkata ingin hidup seperti orang biasa saja. Dia menutupi dengan susah payah identitasnya sebagai anak Gavril, kalau sampai ada pengawalan pasti memunculkan rasa curiga temannya dan atasannya. Apalagi Zavy pasti akan curiga dan mencari tahu siapa Melisya.

"Mom, bantu bujuk Daddy, ya. Weekend ini aku mau pergi keluar kota."

"Kamu tahu kan apa syaratnya?" Azzura yang baru saja melangkahkan kakinya menoleh dan tersenyum penuh arti. Melisya hanya mengangguk dan tersenyum manis.

Dia tahu apa yang dimaksud Azzura. Perempuan itu mau membantu anaknya untuk bepergian tapi dengan satu syarat, jangan pernah mengecewakan kepercayaan orang tuanya. Melisya harus bisa menjaga dirinya sendiri setelah lepas dari pengawalan Gavril. Dan saat ketahuan Melisya melanggar kesepakatannya dengan Azzura. Perempuan itu akan melapor pada suaminya, Melisya kehilangan pekerjaan, pengawalan lebih ketat bahkan yang paling parah kemungkinan Melisya akan meneruskan usaha Azzura tak bisa lagi melebarkan sayapnya di industri permodelan dan hobi-hobi lainnya.

Di sisi lain, Alex tengah menikmati pemandangan sebuah danau dimalam hari. Dia dan beberapa temannya tengah melakukan piknik malam hari karena sesama jomblo dan suntuk dengan kerjaan. Jadi memutuskan untuk berkemah ditepian sebuah danau yang cukup terkenal dikotanya karena memiliki pemandangan yang indah. Dibelakang danau ada dua bukit dan persawahan, memang jaraknya lumayan jauh dari kota tapi untuk pemandangan yang bagus sepertinya bukan hal yang sia-sia kalau datang kesana.

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now