Part 20

9.3K 1.5K 679
                                    


Rumah tiga lantai dengan cat biru muda menjadi pemberhentian sebuah taksi yang diisi satu perempuan hamil, bayi di gendongannya serta balita dipangkuannya. Sopir taksi yang melihat perempuan itu kesusahan turun membantu menggendong anak lelakinya. Agnira hanya bisa tersenyum manis dan mengangguk. Setelah mempertimbangkan semuanya dia memutuskan untuk pulang kerumah orang tuanya. Tak ada untungnya juga menetap di rumah suami, oh bukan rumah suami tapi rumah mertua.

Sejak menikah Zavy tak pernah mau diajak tinggal sendiri dalam artian hanya berdua. Dia selalu berkata lebih baik ikut orang tuanya saja, alasannya sangat tak masuk akal. Katanya udara pegunungan bagus untuk perempuan itu, kalau sudah punya anak ada yang membantu merawat. Awalnya Agnira iya-iya saja karena merasa suaminya baik, mertuanya baik jadi tak menjadi masalah. Tapi itu hanya awalnya saja. Sampai, anak pertamanya lahir sifat mertuanya berubah. Memang dia mau membantu menjaga Virgo, anak pertamanya. Tapi lain didepan Agnira lain dibelakang.

Setiap pagi mertuanya selalu berkata memiliki beban baru dalam rumah, walaupun kata-kata itu tak langsung didepan Agnira melainkan dibelakangnya. Tapi Agnira juga memiliki telinga yang masih sangat normal dan bisa mendengar dengan jelas. Perasaan Agnira perlahan mulai berubah, hatinya terasa sangat sakit mendengar ucapan mertuanya. Padahal dulu Zavy yang memintanya berhenti bekerja. Zavy juga berkata setelah menikah kehidupan Agnira semua tanggung jawabnya. Tapi kenapa ada kata seperti itu keluar dari mulut mertuanya.

"Agnira?" Panggilan sangat terkejut dari lelaki paruh baya dalam mobil membuat Agnira menoleh. Dia tersenyum manis walaupun matanya menahan tangis sekuat tenaga.

"Zavy mana?" Tanya istri lelaki itu.

"Mama," satu kata yang dapat dikeluarkan Agnira saat ini hanya memanggil mamanya.

"Ayo masuk, kasihan anak kamu." Ajak Sofia sangat lembut. Dia mengambil alih cucu perempuannya dan menggendongnya membawa masuk rumah. Sedangkan sang ayah membantu Agnira membawa dua koper besar.

Dijalan berpaving menuju rumah orang tuanya, Agnira tak melepaskan do'a-do'anya sama sekali. Banyak ketakutan yang ada dipikiran Agnira saat ini, bagaimana kecewanya mereka tahu kabar perpisahan itu atau mungkin orang tuanya akan menyalahkannya karena menolak perjodohan dan memilih lelaki yang dia cintai awalnya.

"Mbak, bawa Virgo sama Gadis masuk kamar. Dan kamu, jelasin sama Papa ada masalah apa sampai kamu bawa pulang anakmu di jam sembilan malam. Angin malam gak baik buat anak kecil, jangankan anak kecil ibu hamil kayak kamu juga rentan, Agni." Omel Mahersa sangat gemas dengan tingkah anaknya.

"Aku... Aku mau minta maaf sebelumnya sama kalain. Kalau aku menuruti kalian mungkin hal ini gak akan terjadi, kalau aku gak buta cinta mungkin saat ini aku menjadi orang yang cukup beruntung kayak Mbak Intan." Mahersa dan Linda saling pandang mendengar ucapan anaknya.

"Maksud kamu apa? Kamu berantem sama Zavy?" Tanya Linda sangat lembut.

"Aku mau pisah sama Papanya anak-anak, Ma." Jawaban sangat tegas Agnira membuat kedua orang tuanya syok bukan main, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba anaknya ingin pisah?

Terakhir dia datang bersama Zavy semuanya masih baik-baik saja, Zavy masih menemaninya memancing, main badminton dan merawat pohon bonsai dan hal lainnya. Mereka saat itu terlihat sangat harmonis tak memiliki masalah apapun.

"Kamu udah berpikir yang matang? Perpisahan bukan jawaban untuk perbedaan pendapat ataupun pertengkaran,Nak. Anak kalian mau tiga loh. Belum genap lima Tahun usia pernikahan kalian, Agnira. Cobaan pasti ada, Nak. Pikirkan baik-baik." Linda beralih duduk disebelah anaknya dan memegang tangannya berusaha memberikan pengertian kalau perceraian bukan ujung dari sebuah kebaikan.

"Kalau dia selingkuh, ngelakuin KDRT apa aku juga gak boleh minta pisah? Apa aku harus diem aja lihat suamiku makin semena-mena? Apa aku bakalan diem aja lihat tumbuh kembang anakku didalam keluarga yang gak sehat?" Tanya Agnira sangat pelan. Dari setiap bait katanya menyisakan luka yang cukup mendalam.

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now