Part 25

7.2K 1.3K 359
                                    


"Daddy?" Panggil Melisya sangat pelan melihat ayahnya duduk diatas sofa bersama istrinya.

Melisya berlari menuju ayahnya dan bersujud tepat diatas punggung kaki Gavril. Melihat apa yang dilakukan Melisya orang tuanya syok, Devnath yang baru pulang sekolah juga sama terkejutnya. Mereka tak akan mengira Melisya pulang secepat ini dan bertindak seperti ini pula.

"Meli, bangun, Nak." Azzura berusaha menarik Melisya agar anaknya mau bangun. Melisya menggeleng sangat kuat dan masih dengan posisi yang sama, punggung kaki Gavril terasa basah karena air mata dari anaknya.

"Bangun," gumam Gavril pelan. Melisya masih kukuh pada pendiriannya, tetap menolak untuk bangun.

"Meli minta maaf udah durhaka sama Daddy, bentak Daddy, marah bahkan pergi dari rumah. Meli salah udah ninggalin Daddy, lupain semua yang Daddy lakuin. Meli minta maaf untuk semua kesalahan Meli, Daddy." Gavril menahan napasnya yang merasa sangat kasihan dengan anak gadisnya. Sungguh dia tak ada persiapan apapun apalagi Alex juga tak memberinya kabar kalau Melisya akan pulang. Semua terjadi secara mendadak, padahal Alex berkata Melisya berniat pulang setelah hatinya benar-benar dingin.

"Kamu gak salah. Ayo bangun, kaki Daddy kotor, Nak. Skincare kamu mahal, sayang kalau jerawatan." Goda Gavril berusaha mencairkan suasana yang cukup menyedihkan memang. Azzura yang mendengar penuturan suaminya melirik sinis, bisa-bisanya momen harus masih memikirkan harga skincare dan jerawat.

Perlahan Melisya berdiri dari sujudnya, Gavril menepuk kedua lengan Melisya pelan. Bibirnya tersenyum manis sangat menenangkan seperti biasanya. Saat semuanya terasa kacau tapi Melisya masih bisa melihat seyum ayahnya, sungguh semuanya masih terasa baik-baik saja.

"Daddy..."

"Hust, udah gak apa-apa. Daddy juga salah nyembunyiin ini semua dari kamu. Hal penting untuk hidupmu, tapi Daddy juga gak tahu harus gimana waktu kamu udah tahu faktanya, Mel. Daddy gak mau kamu ninggalin Daddy, Mommy sama Dev sendiri disini." Melisya menubruk dada bidang Gavril. Menumpahkan semua air mata yang dia tahan sejak tadi di dalam mobil. Gavril hanya bisa membalas pelukan anaknya sangat erat, mencium puncak kepala Melisya berkali-kali sembari mengucap syukur anaknya sudah mau pulang.

Sejak Melisya pergi dia tak doyan makan, tidur tak tenang bahkan dia sempat begadang semalaman dengan Azzura. Kalau dia sendiri begadang sudah biasa tapi kalau Azzura dia tak tega sebetulnya, tapi mau bagaimana lagi istrinya tersebut juga kepikiran anaknya yang tak pulang-pulang.

"Mel, kita bicara bareng-bareng, ya." Ajak Azzura sangat lembut. Melisya hanya mengangguk sebelum memeluk ibunya, dia sungguh merindukan pelukan, omelan dan juga wajah sinis Azzura setiap harinya. 

Gavril berjalan lebih dulu menuju ruangan yang tak boleh dimasuki siapapun, termasuk Melisya dulunya. Hanya dia dan Azzura yang boleh masuk karena alasan tertentu dan sekarang karena semuanya sudah jelas jadi Melisya boleh masuk. Seperti saat ini contohnya. Mereka bertiga duduk di sofa tepat berada di depan foto Firzi dan Vellin. Dimana foto yang menampilkan raut wajah sangat bahagia, mereka berdua berpelukan menghadap kamera. Sedangkan dibawahnya ada dua foto, Firzi mengenakan jas rapi dan Vellin mengenakan gaun pengantin saat menikah dengan Gavril.

"Kalau banyak yang bilang wajahmu ini mirip sama Mommy gak salah karena tipe wajah kalian sama. Tapi Mommy punya wajah lebih kecil dari kamu, sedangkan Mama punya wajah sama persis sepertimu. Kamu gak meninggalkan satu garispun wajah ibumu, Mel. Sifatmu juga sama persis, lemah lembut, sabar, penyayang saat dia sadar." Ujar Gavril menatap foto mendiang istrinya, ya memang mau ditolak seperti apapun Vellin tetaplah mantan istrinya. Tak ada yang bisa merubah hal itu.

Melisya tersenyum miring mengingat dulu ibunya sering marah-marah, membuang barang bahkan menyakiti dirinya yang masih kecil. Dan seperti biasa Gavril menjadi pelindung untuk Melisya kecil, mendapat cakaran, tamparan bahkan lemparan barang yang cukup besar. Melisya melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Vellin memukul Gavril sangat brutal dan lelaki itu memeluknya erat. Melindungi Melisya, mengorbankan punggungnya menjadi sasaran pukulan Vellin.

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now