Part 45

9.7K 1.2K 173
                                    

Sebuah rumah kaca dikelilingi bunga Gerberga dan Krisan menjadi pemandangan sangat indah bagi Alex. Ini adalah hari yang cukup penting untuknya, dimana dia akan melamar Melisya. Meminta Melisya menjadi istri serta ibu dari anak-anaknya. Menjadikan dua insan yang awalnya teman masa kecil menjadi teman seumur hidup. Indah sekali memang jika dibayangkan. Tapi entah akan sesuai rencana atau tidak Alex juga tak tahu.

"Kapan Meli sampai?" Tanya Riri sembari memegangi jemari mungil anaknya.

Derren saat ini berada di gendongan ayahnya, sangat anteng tak ada gerakan apapun kecuali matanya yang berkedip beberapa kali menatap ibunya. Riri memang terlihat sangat cantik entah dimata bayi maupun orang dewasa.

"Bentar lagi, udah sampai perempatan gang besar." Sahut Alex pelan, jantungnya kini tak bisa diajak kerja sama. Membayangkan wajah cantik Melisya jantungnya sudah deg-degan bukan main.

Berusaha menekankan kata untuk biasa saja tapi tetap tak bisa dikondisikan sama sekali detak jantungnya. Tangannya juga berkeringat dingin sedikit bergetar juga.

"Meli, ayo ke belakang dulu." Ajak Mahardika melihat mobil yang dinaiki Melisya terlihat dari ujung jalan. Riri mengangguk untuk kembali ke dalam rumah kaca bersama saudara serta keponakannya dan juga keluarga Alex. Diantara semua manusia yang bahagia Alex akan melamar Melisya ada satu bocah yang selalu murung, dia sudah bercita-cita menikah dengan Melisya tapi ditikung omnya yang baru kembali dari luar negeri.

Disisi lain, Melisya turun dari mobil mengenakan gaun putih yang sebelumnya dia pakai untuk pemotretan. Hari ini dia ada jadwal pemotretan dan saat sudah selesai ada kabar katanya Alex kecelakaan. Melisya yang sudah panik segera berlari menuju tempat Alex kecelakaan bersama teman kerjanya yang memberi informasi.

Mata sembab, hidung berair dan riasan sedikit luntur menjadi penampilan spesial seorang Melisya. Dia sudah panik dan tak berpikir bagaimana rupanya saat ini. Tapi, orang yang dia panikkan, orang yang dia khawatirkan kini berdiri ditengah kebun bunga krisan serta Gerberga. Berbagai macam warna dua bunga tersebut memenuhi sekeliling rumah kaca.

"Alex! Katanya kamu kecelakaan! Kok jadi gini sih!" Teriak Melisya sangat marah. Dia berlari mendekati Alex.

Alex hanya bisa tertawa pelan, dia merentangkan tangannya menerima pelukan Melisya. Namun siapa sangka bukannya memeluk Melisya justru memukul dada Alex cukup brutal. Melampiaskan kekesalannya beberapa saat lalu. Dia merasa ditipu, kejahatan besar menurut Melisya.

"Kok Alex? Abangnya mana?" Tanya Alex pelan. Kedua tangannya menarik pinggang ramping kekasihnya, memasukkan Melisya kedalam dekapan hangatnya dibawah terik matahari yang luar biasa panas. Memang jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, tapi entah kenapa pagi ini terasa panas sekali. Tak seperti biasanya yang mendung.

"Jualan cilok abangnya," sahut Riri dari dalam rumah kaca. Memang Alex memakai mikrofon yang bisa didengar dari dalam rumah kaca semua obrolan Alex dan Melisya. Semua itu atas rencana Gavril, dan juga Alex memakai earphone atas permintaan calon mertua tersayang.

Kembali ke pelukan Alex, Melisya masih setia memukul punggung Alex walaupun lebih pelan dari sebelumnya. Alex hanya bisa menahan senyum gemasnya. Sampai, suara dehaman Gavril di telinganya membuat Alex ikut berdeham juga dan melepaskan pelukan kekasih hatinya.

"Mel, bisa lepas sebentar?" Tanya Alex sangat lembut. Melisya mengangguk dan mengiyakan, dia mulai melepaskan pelukan Alex, melangkah sedikit mundur untuk memberi ruang diantara mereka.

"Mel, gak tahu gimana. Entah terlalu cepat, terlalu lama atau gimana dimata kamu. Tapi aku udah menyiapkan semuanya dari dulu, semenjak tahu kalau rasa yang aku punya itu cinta bukan hanya rasa sayang dari sahabat masa kecil. Aku sudah menentukan pilihan akan bersama siap menghabiskan sisa hidup diatas dunia fana ini, mungkin raga kita gak bisa selamanya bareng tapi jiwa kita akan tetap bersama selamanya. Mau reinkarnasi ke tujuh, ke delapan bahkan seratuspun kamu dan aku akan tetap menjadi kita. Mau orang lain menolak, mencegah menghalangi ataupun salah satu dari kita memiliki pasangan lain tapi pada akhirnya kita akan tetap menjadi kita. Tak pernah menjadi orang lain."

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now