Part 43

8.2K 1.2K 198
                                    


Langkah kaki cukup pelan memasuki rumah mewah milik Gavril. Alex yang berjalan beriringan bersama Melisya, namun tatapannya terpaku pada setiap mobil yang sudah terparkir rapi. Semua mobil itu milik Bachtiar dan kawan-kawan, bahkan ada mobil Ridwan dan Danu juga. Ada apa semua orang berkumpul? Apa karena masalahnya dengan Melisya? Sepertinya tak perlu semua orang tahu.

"Ada apa kok ramai banget, Mel?" Tanya Alex daripada semakin heran. Melisya menggeleng dengan senyum manis.

Tatapan mata mereka masih saling memandang cukup lama sampai dehaman Rion yang berdiri di anak tangga paling atas menyadarkan mereka. Rion menunduk sangat hormat pada anak majikannya, begitu juga beberapa anak buahnya dibelakang. Melisya tersenyum manis ikut mengangguk sebelum menarik tangan Alex untuk masuk rumah bertemu orang tuanya.

"Kok perasaanku gak enak, ya."

"Sama sih, akunnya juga." Sahut Melisya pelan.

"Bang, kamu jalan dulu aku takut ketemu Daddy." Alex menatap Melisya cukup heran. Bukankah tadi di apartementnya semua terlihat baik-baik saja dan Melisya menghadapi Gavril sangat tegar tak ada rasa takut.

"Berlindung dibelakang tubuh Abang, Mel." Melisya mengangguk dan tersenyum manis. Dia berjalan mundur beberapa langkah agar tak berada disebelah Alex.

Tarikan napas cukup panjang, mata terpejam sejenak disusul dorongan di gagang pintu membuat perasaan Alex semakin bercampur aduk. Sedangkan Melisya tersenyum miring.

"Happy birthday, Kak Alex Tolol!" Teriakan sangat kencang dari Nevay disusul ledakan dan kertas warna-warni berhamburan di party popper membuat Alex terkejut bukan main. Dia menatap kedalam rumah yang full berisi orang-orang terdekatnya dan orang terdekat Melisya. Dimana semua orang tersenyum miring seakan mengejek, apalagi ekspresi wajah Azzura sungguh ingin ditampol bolak-balik.

"Happy birthday, Abang." Ujar Melisya sangat lembut. Alex menoleh seketika dan menemukan kekasihnya membawa sebuah kue ulang Tahun berbentuk bundar, lilin bertuliskan happy birthday tertancap diatasnya.

"Maksudnya apa ini?"

"Lupa tanggal ulang Tahun lo?" Tanya Mahardika yang baru datang bersama Riri. Mereka berdua berjalan dibelakang Melisya dengan Derren digendongannya.

"Mel, kamu katanya pulang mau minta maaf sama Om Gavril?"

"Iya minta maaf karena udah nginep di apartemen kamu semaleman. Tapi sebelum itu tiup lilin dulu, pegel ini." Alex menelan ludahnya susah payah. Dengan bingung dia tetap meniup lilin tanpa berdo'a karena percuma berdo'a di depan lilin sedikit tak masuk akal menurut Alex.

Setelah lilin padam semua orang bertepuk tangan dan para muda-mudi berisi Nevay, Devnath, Terangga dan yang lain kembali meletupkan party poppernya. Alex memijat pelipisnya sangat kencang berusaha menghilangkan pusing dikepalanya. Apakah dia dibodohi semua orang saat ini? Atau dia sendiri yang merasa bodoh?

"Sebenarnya..."

Flashback....

Melisya berlari menuju loby rumah sakit sendiri karena Alex makan dikantin, sedari tadi dia belum makan sama sekali. Melisya pergi menemui Riri dan Mahardika ada Rafka bersama Nevay tentunya karena bocah itu tak mungkin bisa ditinggal semenitpun. Terlalu bucin dengan Rafka.

"Gimana? Udah lahiran?" Tanya Riri cukup panik.

"Udah, beberapa kali dia bilang mau bunuh diri. Kalau dia bunuh diri gimana sama anaknya? Kasihan gak sih?"

"Ya kasihan, tapi kalau bisa jaga ibunya biar gak bunuh diri. Kalau emang ada kemungkinan terburuk ya kita pikir belakangan." Tutur Rafka sembari memeluk Nevay yang sudah mengantuk berat tapi juga penasaran dengan semuanya.

Krisan Kesayangan (End) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt