Bagian 1: Hari Pernikahan

12.7K 677 21
                                    

Hari ini, tepatnya di sebuah gedung mewah terdapat sebuah acara pernikahan yang sudah berlangsung sejak setengah jam yang lalu. Pernikahan yang kedua kalinya baik bagi mempelai pria maupun mempelai wanita.

Sementara acara terus berjalan dengan baik, seorang remaja berdiri di antara para tamu yang lain sambil menatap ke arah pengantin yang tampak bahagia.

Remaja itu ikut tersenyum ketika pengantin wanita menatap ke arahnya dengan senyuman yang begitu menenangkan.

Yah, remaja itu adalah Arendra. Putra tunggal dari mempelai wanita. Umurnya masih 16 tahun. Dua minggu yang lalu anak itu menolak keinginan mama nya yang ingin menikah, tapi sekarang dia berdiri di acara pernikahan dan ikut bahagia melihat mama nya bahagia.

🍀🍀🍀

Acara pernikahan sudah selesai sejak pukul 19:15 tadi dan sekarang pasangan yang sudah resmi itu kembali ke rumah mereka serta Arendra yang hanya membuntuti mama dan ayah tirinya.

Saat sampai di rumah ayah tirinya, Aren tiba-tiba memanggil mama nya hingga wanita itu menoleh ke anaknya dan berkata, "Ada apa, sayang? " tanya Lilia.

"Apa kita harus tinggal di sini? "

Mendengar pertanyaan dari putranya, Lia mengerti apa yang anak itu pikirkan namun dengan senyum yang tidak luntur seolah berusaha menenangkan putranya, Lia menjawab, "Tentu. Apa Aren tidak suka tinggal di sini? "

Arendra segera menjawab, "Tidak, tapi...rumah kita? " raut wajah polos itu benar-benar menarik untuk dilihat.

"Jangan khawatir, Papa bilang rumah itu akan tetap jadi milik kita, tapi kita akan tinggal di sini dengan Papa dan juga kakak mu. " ucap Lia menjawab pertanyaan dari putranya.

Pria yang sejak tadi menyaksikan  interaksi antara istri dan anaknya, mulai ikut bicara.

"Tenang saja boy , rumah itu akan tetap menjadi milikmu. " sahut Sam, tangannya mengusak surai hitam legam milik Aren.

Aren sendiri tidak tahu harus berkata apalagi. Dia ingin sekali mengatakan kalau dirinya tidak ingin tinggal di rumah ayah tirinya namun mulutnya seolah ditahan untuk tidak mengatakan hal yang sudah pasti itu akan menimbulkan masalah.

"Mas, koleksi mainan Aren masih ada di rumah, bisakah kita mengambilnya? " ujar Lia, ia baru teringat pasal koleksi mainan putranya. Pikirnya Aren pasti menginginkan itu.

"Tentu. Besok kita pergi. " jawab Sam langsung.

Sam kembali menatap putra tirinya yang terlihat linglung. Sebenarnya dia tahu apa yang diinginkan Aren. Putranya itu belum merasa nyaman dengan dirinya dan berharap bisa kembali ke rumah lamanya. Sam tersenyum tipis, sangat tipis hingga Lia dan Aren tidak bisa menyadari hal itu. Kembali ke rumah itu? Jangan harap.

Sam tentu sudah mengawasi aktivitas  Aren. Saat dia memutuskan untuk meminang Lia, sejak itu pula dia berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi calon istri dan anak tirinya. Sam menyuruh orangnya untuk mengawasi Aren karena anak itu tampak liar di matanya. Benar saja, anak buahnya berkali-kali mendapati Aren sedang merokok, tawuran, dan hampir memasuki klub malam. Beruntung dia berhasil mencegahnya dengan cara membuat klub itu hangus terbakar. Keji? Bagi Sam itu belum apa-apa. Dia bisa melakukan yang lebih dari ini.

"Pergilah ke kamarmu dan istirahat. Kamarmu di atas, tepat di samping kamar abangmu." Ujar Sam sebelum tangannya membawa Lia untuk kembali ke kamar mereka.

Aren yang ditinggal sendiri mendengus kesal. Biasanya mama nya akan memeluknya hingga tertidur tapi sekarang dia harus berbagi dengan pria tua itu yang sayangnya adalah Papa tirinya.

Dengan wajah muram Aren berjalan menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya.

Sesampainya di atas, ia menemukan 2 pintu dan dia tidak tahu yang mana kamarnya tapi dari warna pintunya saja dia sudah bisa menebak. Pintu dengan warna hitam itu pasti kamar anak pria itu. Suram, cocok sekali untuk menggambarkan Sam dan anaknya. Walaupun dia belum bertemu saudara tirinya tapi Aren sudah sangat yakin pemuda itu pasti tidak berbeda dengan ayahnya.

Lupakan. Aren memilih masuk ke pintu satunya yang berwarna putih dan benar saja itu adalah kamarnya. Aren segera melompat ke tempat tidur dan memejamkan matanya karena ia lelah serta kantuk mulai menghampirinya.

"Semoga besok lebih baik dari hari ini. "

Gumam Aren sebelum benar-benar tertidur.

_____________
Tbc.

Haloo..

Makasih buat kalian yang selalu support aku, semoga kalian suka sama cerita kali ini. Arendra juga mau dicariin sama kalian soalnya wkwk.

Please, enjoy with this story.

Thank you.






Story Of Arendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang