Bagian 26: Bukannya Berantem?

2K 173 4
                                    

Karena tidak menemukan apa-apa dari Ken, hari ini Aren memutuskan untuk bertanya langsung pada Dewa si tersangka utama. Namun sejak tadi dia sudah mencari pemuda itu akan tetapi tidak terlihat sama sekali. Ingin bertanya pada Ken, namun pemuda itu pasti tidak akan menjawabnya juga.

"Lo nyariin siapa sih?" Tanya Avin yang sejak tadi sakit kepala karena Aren menariknya untuk mencari seseorang namun tidak mengatakan siapa orang yang dicarinya.

"Bang Dewa."

"Lah? Gue liat dia tadi di parkiran yang kita lewatin,"

Saat itu juga geplakan mendarat di kepalanya.

"Kenapa nggak ngomong anjir!"

"Ya lo nggak bilang nyari siapa!"

Aren mendengus. Salahnya sendiri memang, namun tetap saja harusnya Avin bisa menyapa Dewa, kan? Dia tidak sepenuhnya salah di sini!

Pada akhirnya mereka kembali ke tempat parkir fakultas ekonomi bisnis itu dan ya, mereka menemukan Dewa di sana sedang bersama dengan Ken dan Dion.

Wtf!

"Tuh mereka!"

Aren langsung menarik Avin agar lebih dekat pada ketiga abang-abang nya itu. Yang Aren dapatkan hanya kedekatan ketiganya yang kembali seperti semula. The hell, kapan mereka baikan?

"Bang Dewa!" Panggil Aren yang membuat si pemilik nama langsung menoleh padanya, Dion dan Ken ikut menatap

"Bocil?"

"..."

"Kenapa kalian barengan? Bukannya kemaren berantem!" Ujar Aren dengan rasa kesal di dadanya. Dia merasa dikerjain tahu!

"Kapan?" Tanya Dewa dengan ekspresi bingung.

"Tau tuh bang. Dari kemarin-kemarin dia emang nanyain bang Dewa mulu, dikira berantem kalian."

Avin pun ikut kebingungan karena sikap Aren yang seperti menginterogasi tawanannya. Kalau tahu Aren hanya ingin menanyakan perihal ini, lebih baik tadi dia ikut Gian bolos.

"Nggak ada yang berantem, cil. Emang masih jaman berantem kayak anak kecil gitu?"

Dewa mengusak gemas surai milik Aren membuat si pemilik memberikan wajah kusut seolah gagal mendapatkan sesuatu.

Ken lalu mendekati adiknya yang sejak tadi bahkan tidak menyapanya sama sekali. Betapa durhakanya Arendra itu.

"Arendra, sekolah mu sudah selesai?" Tanya Ken. Ia mengecek jam tangannya yang belum menunjukkan waktu pulang sekolah adiknya itu namun bocah nya malah bermain di area kampusnya.

Aren beralih pada Ken. Ingatkan dia bahwa semua ini gara-gara Ken! Pemuda itu yang membuatnya semakin overthinking tau!

"Ren, udah masuk ini!!" Bisik Avin. Walaupun niatnya ingin bolos, namun masuk kelas lebih baik daripada berada di antara Ken, Dion, dan Dewa. Avin ingin segera beranjak dari sini!

"Awas kalian!!" Ancam Aren sebelum akhirnya menarik Avin pergi dari area itu.

Ken dan Dewa hanya menatap datar kepergian dua bocah itu, sedangkan Dion sudut bibirnya sedikit terangkat karena ucapan terakhir Aren yang menurutnya lucu.

Kembali pada Aren dan Avin yang sudah sampai di sekolah mereka. Bukannya mereka langsung ke kelas melainkan pergi ke atap sekolah untuk bolos.

"Lo aneh banget kata gue. Sakit apa gimana nih?" Tanya Avin serius.

"Mana ada!"

"Ya terus kenapa nyariin bang Dewa? Tuh mereka baik-baik aja kata gue juga. Malu kan jadinya,"

"Biarin!"

"Lah?"

Avin jadi serba salah. Padahal dia hanya bertanya baik-baik dan niatnya juga baik! Dia mengkhawatirkan temannya lohh!

"Eh mau ke mana?!" Tanya Avin begitu melihat Aren yang hendak pergi dari rooftop.

"Pulang!"

"Hah! Tunggu gue anjayy! Woy!!!"



_______________
Tbc>>

Haloo, Aren balik lagi setelah sekian purnama wkwk.

Nggak bosan-bosan buat minta maaf karena terlalu lama hibernasi. Maaf yaa? Alasannya masih sama, stuck di alur:)
Padahal mah di otak udah tertata tapi pas mau diketik susah banget, emang belum profesional hehe.

Jangan bosen nunggu Aren sampai ending yaa, lagi diusahakan kok ini^^

Btw, baca juga cerita lain karyaku yaa yang 'Story Nakala' sama yang terbaru ada 'Life of Liel' Kalau suka tolong kasih dukungannya untuk mereka hehe. Thank you🧡

See you next part guys👋




Story Of Arendra Where stories live. Discover now