Bagian 27: Mengadu

1.3K 166 8
                                    

Sejak pulang dari sekolah Aren benar-benar badmood. Bahkan Jion kebingungan karenanya. Raut wajah anak itu selalu tertekuk, keningnya mengkerut kecil, serta sejak tadi bibirnya tak henti-henti nya mengoceh namun Jion tidak bisa mendengar jelas apa yang diucapkan Aren sebenarnya. Dengan itikad baiknya, Jion mencoba bertanya pada tuan mudanya itu.

"Tuan, anda tidak apa-apa?"

"Buta lo?" Sarkas Aren. Dia sehat bugar begini kok pake ditanya.

"Maksud saya, apa ada seseorang yang membuat anda kesal? Saya bisa melakukan sesuatu pada orang itu jika anda mau," tawar Jion.

Aren tiba-tiba saja tertawa membuat Jion merasa memang ada yang tidak beres dengan tuan mudanya. Padahal, Aren sedang tertawa jahat padanya. Setelah tertawa Aren kembali membuat wajah masam.

"Emang lo bisa apa?" Cibir Aren.

"Saya bisa melakukan apapun asalkan anda perintahkan."

"Tapi dia lebih tua dari gue, gimana tuh? Masih bisa?"

Tanpa curiga sama sekali pada tuan mudanya, Jion merasa sangat bersemangat untuk membantu mood tuan mudanya kembali seperti semula. Hanya lebih tua dari tuan mudanya kan? Jion bahkan pernah mengurus seorang penjahat yang lebih tua dari Sam.

"Itu sangat mudah tuan."

"Oke, kalau gitu lo pukulin bang Ken sampe babak belur, mukanya harus bonyok! Gue kesel sama dia."

"..."

"Buruan! Katanya bisa!"

"Tuan muda bercanda kan?"

"Nggak."

Mampus Jion hari ini. Bagaimana bisa dia terjebak antara tuan muda kecil dan tuan muda besarnya? Jika menuruti yang kecil, dia akan habis oleh yang besar. Jika tidak dituruti, itu sama saja. Tuan muda kecilnya pasti akan mengadu pada tuan besarnya.

"Dasar pengecut!"

Aren menatap sinis Jion yang hanya berdiri diam di tempatnya. Mana Jion yang tadi menggebu-gebu ingin membantunya?? Dengan Ken saja tidak berani!

"Gue aduin papa lo ntar! Biar sekalian dihukum sama si Ken!"

Aren bangkit dari sofa kemudian berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Kesal berlama-lama dengan Jion yang tak ada gunanya itu. Setelah makan malam nanti, dia akan mengadukan Ken dan Jion pada Sam agar keduanya dihukum. Lihat saja nanti!

...

Tepat saat makan malam, Aren makan dengan lahap dan terkesan terburu-buru yang membuatnya mendapat teguran dari Lia.

"Sayang, makan pelan-pelan. Nanti tersedak,"

Aren hanya mengangguk namun tidak mengubah cara makannya hingga makanan di piringnya habis baru ia berhenti, lalu setelahnya ia langsung meminum segelas air hingga kandas.

"Papa, Jion harus dihukum!" Ujarnya tiba-tiba.

Sam yang baru selesai makan langsung menatap putra bungsunya. Sebelum bicara, ia menatap tajam Jion yang berdiri tegap tak jauh dari posisi Aren duduk.

"Apa dia melakukan sesuatu padamu?"

Aren mengangguk, "Jion nggak mau mukul bang Ken. Padahal Aren udah suruh dia!" Ujarnya.

Sam menghela nafas mendengar ucapan Aren. Ia sudah berpikir akan membuat Jion luka parah jika saja ajudannya itu melakukan hal buruk pada putranya namun nyatanya hanya hal kecil yang seharusnya tidak perlu ia tanggapi. Sam melihat putra sulungnya yang hanya duduk diam dengan santai seolah sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh adiknya.

"Papa!" Panggil Aren lagi yang sejak tadi menunggu respon dari papanya.

Lia menggeleng kecil melihat kelakuan putranya.

"Apa Ken membuat kesalahan?" Tanya Sam. Walau ia yakin bahwa Ken tidak mungkin melakukan sesuatu pada Aren.

Aren mengangguk cepat. "Tadi bikin Aren Badmood," ujarnya.

Sam menghela nafas untuk kesekian kalinya. Ia tidak percaya akan mendapatkan laporan seperti itu dari putra kecilnya. Namun ia juga tidak ingin membuat anak itu semakin marah.

"Baiklah, nanti papa akan memberikan mereka berdua hukuman, sudah puas?"

Aren tersenyum kecil. Merasa puas mendengar ucapan papanya. Ia kemudian mengangguk sebagai respon.

"Thank you papa," ia memang mengucapkan terima kasih pada papanya namun yang dicium malah pipi mamanya.

Setelah itu Aren langsung pergi ke kamarnya dengan hati berbunga-bunga karena misinya sudah berhasil. Kapan lagi bisa membuat Jion dan Ken dihukum oleh Sam. Dia hanya tinggal menunggu wajah keduanya babak belur.

Sam tersenyum tipis melihat tingkah anak nakal itu. Terlalu polos karena percaya padanya. Padahal dia bicara seperti itu agar anaknya yang nakal itu senang namun tentunya ia tidak akan melakukan apa-apa pada Jion dan Ken. Ia tidak memiliki alasan untuk menghukum ajudan dan putra sulungnya.

___________
Tbc>>

Yoo guyss, Aren udah up nih! Ada yang kangen?

Cung jempol buat kalian yang udah setia nungguin Aren sampai sekarang ini. Bertahan sampai ending yaa?

Jangan lupa baca 'Nakala' juga ya sama 'Life of Liel'. Nggak pernah lupa buat bilang makasih sama kalian yang selalu support aku dalam berkarya.

See you next part 👋




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story Of Arendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang