Bagian 9: Tak Semudah Itu

7K 442 14
                                    

Lia menatap suaminya yang sedang memangku laptop. Pasangan suami istri itu kini berada di kamar mereka sendiri setelah selesai makan malam bersama dengan kedua anak mereka. Lia ingin membicarakan sesuatu dengan Sam.

"Aren mengatakan padaku, kamu akan membelikannya motor. Apa itu benar?" Tanya Lia.

"Ya, dia menginginkannya. Apa kau tidak menyetujui ini?"

"Sebaiknya tidak sekarang. Aren masih kecil, usianya belum cukup untuk berkendara." Ujar Lia tampak khawatir.

"Aku tahu. Aku membelikannya bukan berarti aku mengizinkannya mengendarai motor itu sesuka hatinya."

"Aren sangat suka dengan motor. Dia menyukai apapun yang berhubungan dengan motor."

"Apa ada alasan kenapa dia bisa menyukainya?" Tanya Sam, ia ingin tahu ini. Pasalnya Aren bersikeras agar dia membelikannya motor. Dibalik itu semua pasti ada alasan kuat.

"Aren ingin menjadi pembalap." Ujar Lia pelan namun Sam masih bisa mendengar.

"Sejak kecil dia selalu mengatakan hal ini berkali-kali bahkan sampai terbawa mimpi. Saat itu aku tahu, Aren benar-benar serius dengan impiannya ini."

Sam mengerti sekarang. Awalnya dia pikir Aren meminta motor agar anak itu bisa berkeliaran dengan bebas. Sam menurutinya karena dia sudah memastikan Aren tidak akan bisa berkeliaran bebas tanpa aturannya. Ternyata dia salah, seharusnya dia tidak menuruti keinginan anak bungsunya itu. Sam tahu mengapa Lia khawatir, ini salahnya. Salahnya menuruti keinginan Aren hingga membuat anak itu merasa ia bisa menggapai impiannya.

"Aku selalu mengatakan impiannya itu berbahaya, tapi dia tetap yakin dengan pilihannya. Saat itu aku yakin Aren akan melupakan impiannya karena aku sudah berulang kali memohon agar dia mengganti impiannya dan dia setuju."

"Tapi, sekarang dia kembali menginginkan itu. Dengan membelikannya motor, dia pasti merasa kau akan mendukungnya untuk menjadi seorang pembalap. Aku bukan tidak mendukungnya, hanya saja, impiannya terlalu berbahaya dan aku takut..."

Sam memeluk istrinya. Dia mengerti, dia sangat mengerti. Ini karena kebodohannya yang tiba-tiba saja mudah luluh pada anak bungsunya hingga akhirnya dia melakukan kesalahan.

"Aku akan mengaturnya, Aren tidak akan terluka."

"Sejauh ini, Aren memang menuruti kita tapi mungkin nanti tidak lagi. Aku tidak bisa kehilangan Aren, mas.."

"Tidak akan, kita tidak akan kehilangan Aren. Ini janjiku."

**

Aren menatap sebuah motor yang ada di halaman rumah dengan tatapan berbinar. Itu motor impiannya sejak kecil. Aren akan berterimakasih pada papa nya, Sam memberikan lebih dari ekspektasinya. Dia akan mematuhi apa yang papa nya itu katakan.

"Wow! Jon, motor gue keren kan?!" Tanya Aren pada Jion yang berada di belakangnya.

Jion hanya mengangguk. Tuan mudanya tampak senang bahkan sangat senang. Jion bingung, Sam serius memberikan motor besar itu pada putra kecilnya? Jion ragu, Sam tidak biasanya seperti ini. Jika ini bagian tipuan tuan besarnya, Jion hanya berharap tidak akan menjadi boomerang bagi mereka semua terutama bagi tuan mudanya.

Ken yang melihat dari balkon, ia mengepalkan tangannya. Otaknya bertanya-tanya apa Sam ingin bermain-main atau ayahnya serius ingin memanjakan adiknya? Jika alasannya yang kedua maka, Ken tidak akan membiarkan itu.

Aren hendak melangkah mendekati motornya. Motor dengan warna dominan biru itu sangat sesuai dengan kesukaannya, Aren tidak sabar lagi ingin mencoba mengendarai motornya.

Tapi sebelum Aren melangkah, suara berat Sam menghentikannya.

"Berhenti di sana."

Aren menoleh ke belakang, menemukan papa nya sedang berjalan ke arahnya. Ada Lia juga, ia bergegas menghampiri mama nya untuk memberitahu apa yang telah ia dapatkan.

"Ma! Lihat, Aren punya motor!"

Melihat raut wajah senang putranya, Lia semakin takut. Setelah ini, mungkin Aren akan sulit diatur. Lia bukan ingin mengekang putranya, dia hanya mengkhawatirkan Aren. Lagipula Aren masih kecil, anak itu harusnya hanya bermain.

Lia memeluk Aren.

"Mama sudah pernah bilang kan? Aren masih kecil, motor itu hanya digunakan oleh orang yang sudah cukup umurnya." Ujar Lia berusaha memberi pengertian pada anaknya. Dia tidak akan tenang sebelum Aren melupakan impiannya.

"Tapi Aren bisa ma.."

Lia melepaskan pelukannya. Ia menatap sendu Aren, berharap anak itu mengerti kekhawatiran nya.

"Aren janji bawa motornya bakalan hati-hati, nggak ngebut.." Ujar Aren berusaha meyakinkan mama nya.

Sam membawa Aren ke hadapannya. Ia menatap putra bungsunya dengan tatapan tegas.

"Kau ingat apa yang papa katakan sebelum memberikan keinginanmu?" Tanya Sam, tatapannya benar-benar tajam seolah mengancam putra kecilnya.

"Aren harus nurut sama papa." Jawab Aren, tentu dia ingat.

"Kalau begitu dengarkan ini. Papa membelikan motor itu, bukan berarti kau bisa menggunakannya sesuka hatimu."

Aren mendengarkan dengan seksama. Tidak ingin melawan, ia takut motornya tidak jadi diberikan padanya jika sampai dia membuat Sam marah.

"Kau hanya bisa menggunakannya di sekitar rumah dan hanya ketika libur sekolah. Kunci motormu, papa yang simpan. Mengerti?"

Aren mengangguk, "Aren ngerti." Ucap Aren langsung tanpa membantah.

Semua terkejut mendengar jawaban Aren yang tak sesuai dengan ekspektasi mereka. Bahkan Sam sendiri pun terkejut, ia pikir Aren akan bersikeras melawannya.

Lia menggenggam tangan kecil putranya. Lia tidak tahu apa yang dipikirkan Aren namun hatinya mengatakan, anaknya itu memiliki niat lain.

Sam sadar, putra bungsunya ini cukup cerdik jadi mudah sekali menyembunyikan sesuatu dari orang lain, tapi tidak darinya. Jika putranya memiliki niat lain maka, Sam juga punya rencana lain untuknya. Biarkan saja putranya itu menjalankan niatnya sekarang ini. Sam ingin tahu seberapa jauh Aren bisa melakukannya.

Aren memeluk mama nya. Ia menghela nafas pelan. Aren sudah tahu semuanya tidak akan semudah dalam bayangannya, tapi bukan berarti ia akan menyerah begitu saja. Dia hanya perlu waktu untuk menjalankan semua ini dengan sangat baik.

_____________
Tbc.

Haloo..

Gimana chapter kali ini?

Thankyou buat yang udah selalu support aku, aku akan usahain cerita Aren ini selesai dengan ending yang bagus.

See you next part guys 👋

Story Of Arendra Where stories live. Discover now