Bagian 11: Dua Orang Menyebalkan Lainnya

6.6K 497 17
                                    

Ken membawa Aren ke sebuah ruangan yang entah milik siapa namun yang membuat Aren takjub adalah, ruangan itu seperti satu buah kamar yang ada di rumahnya.

Ada sofa, kulkas, ac, lemari dan bahkan juga ada tempat tidur. Aren ingat, ruangan ini berada di belakang gedung fakultas Ken. Dan yang jadi masalahnya, bagaimana bisa ada ruangan seperti ini di area kampus? Dan siapa pemilik ruangan ini?

Saat Aren sibuk melamun dengan pikirannya yang penuh pertanyaan. Tiba-tiba saja ada dua orang pemuda yang masuk tanpa mengetuk.

Dua pemuda yang seumuran dengan Ken itu duduk di sofa berhadapan dengan Aren dan mereka menatap Aren hingga membuat remaja itu sedikit takut. Takut kalau dirinya akan dibully mengingat ia dan Ken tidak memiliki hubungan yang baik sebagai seorang saudara tiri.

"Ini anak yang lo bilang itu, Ken?" Ujar salah satu pemuda tadi.

Aren menatap Jion, meminta bantuan pada ajudan Sam itu agar membawanya keluar dari ruangan ini. Tapi, Jion hanya diam saja dan malah melihat ke arah Ken.

"Keluar." Ujar Ken yang ditujukan pada Jion.

Jion membungkuk hormat sebelum keluar yang membuat Aren berdiri ingin mengikutinya namun segera  ditahan oleh Ken.

"Lepas!"

"Aren mau masuk kelas!"

Aren masih berusaha melepaskan tangan Ken tanpa menyadari salah satu pemuda lainnya berjalan mengunci pintu. Aren tentu panik, ia semakin memberontak sebelum suara dari pemuda yang tadi mengunci pintu terdengar sinis di telinganya.

"Ternyata sesuai sama yang lo bilang. Terlalu pembangkang." Ujar Dion, teman dekat Ken.

"Belum." Ucap Ken menanggapi perkataan Dion.

"Belum?"

"Sejauh ini dia masih jadi anak baik, dihadapan papa mama." Jelas Ken.

Aren yang mendengar sejak tadi dirinya menjadi objek pembicaraan dua pemuda dengan tampang datar pun mulai jengah. Walau benar apa yang dikatakan Ken, Aren itu hanya akan bersikap baik dihadapan Sam dan Lia.

"Lepas anjing!" Aren memberontak sehingga tangan Ken berhasil terlepas.

Melihat ada kesempatan kabur, Aren segera pergi namun seseorang menarik kerah baju belakangnya. Sialan! Aren ingin memaki orang tersebut.

"Eitss, mau ke mana?" Ujar Pemuda lainnya, Dewa. Yang tadi bertanya tentang Aren.

"Lo pada mau apa?! Gue bilangin si Sam, mampus lo!"

"Tidak sopan." Sahut Dion.

Aren ingin menangis, terkurung bersama tiga pemuda yang sangat menyebalkan dan salah satunya adalah abangnya, benar-benar kesialan dalam hidupnya!

"Udah di sini aja. Nggak akan ada yang berani marahin lo kalau telat masuk kelas, nanti kita bertiga yang nganter. "

"Sesat lo!"

Ken yang tidak tahan dengan mulut adiknya yang selalu berkata tidak sopan, tangannya bergerak menyentil bibir Aren hingga anak itu mengaduh kesakitan. Ingat, Ken itu sangat taat pada aturan tata krama dan sopan santun dalam keluarganya.

"JONNN!! KELUARIN GUE DARI SINI BANGSAT!" Teriak Aren memenuhi ruangan.

"Diam!" Bentak Ken yang sudah habis kesabarannya. Ken tidak menyukai kebisingan.

"NGGAK AKAN SEBELUM LO BIARIN GUE KELU--MPHH!"

"Berisik banget sih dek. Lo harusnya tahu, abang lo itu nggak suka keributan." Ucap Dewa yang membungkam mulut Aren.

Dewa menuntun Aren untuk duduk. Ia harus menenangkan adik Ken ini yang telah menjadi adiknya juga, sebelum Ken dan Dion tersulut emosi hingga berakhir menyakiti Aren. Jangan salah, kedua pemuda itu sangat berbahaya jika sudah marah dan tidak memikirkan siapa lawan mereka.

Dewa tidak ingin Aren melihat sisi gelap abangnya sendiri.

"Jangan teriak lagi, paham?"

Entah dorongan dari mana, Aren mengangguk cepat. Dewa segera melepaskan tangannya hingga Aren dapat bernafas bebas. Wajah putihnya memerah, Dewa jadi kasihan melihatnya tapi juga gemas ingin mencubit pipi yang seperti squishy itu. Pipi Aren tidak terlalu tembam namun, pipi anak itu terasa sangat kenyal.

Lupakan soal keinginan mencubit pipi Aren, melihat tatapan Ken saja sudah membuatnya mati kutu karena saking menusuknya tatapan pemuda itu.

Dion meletakkan empat porsi makanan instan yang sudah dipanaskannya dengan microwave. Ia duduk di sofa kosong, juga Ken yang ikut duduk di single sofa.

"Makan." Titah Ken pada adiknya.

Aren awalnya menolak, namun saat Dewa menepuk bahunya sebagai tanda dia harus menuruti perintah abang tirinya, Aren terpaksa makan selain karena ia memang kelaparan sejak tadi.

"Anak pintar" Ujar Dewa, terlalu gemas yang membuatnya menepuk-nepuk kecil pucuk kepala Aren.

Dewa itu anak tunggal. Kedua orang tuanya memang bergelimang harta namum tetap saja dia merasa kurang puas karena tidak memiliki adik. Tapi ia mengerti, mamanya tidak bisa hamil lagi setelah ia lahir. Dewa tetap bersyukur walau terkadang ia masih juga mengeluh.

Saat Ken bercerita tentang pemuda itu akan memiliki adik, Dewa sangat senang walau tidak ia tunjukkan. Karena jika Ken memiliki adik, otomatis dia juga memiliki adik Ken sebagai adiknya. Sesuai ekspektasinya, Aren benar-benar menggemaskan.

Ken dan Dion hanya menatap keduanya datar. Entah apa maksud dari ekspresi itu, mungkin malas melihat tingkah sok akrab Dewa atau mungkin iri dengan Dewa? Entahlah, tapi yang pasti mereka tidak memusuhi Dewa yang merupakan  teman mereka sendiri.

Aren selesai makan, hebatnya anak itu menghabiskan makanannya. Aren tidak akan mengelak bahwa makanan yang diberikan kepadanya sangat enak, jadi dia tidak memiliki alasan untuk tidak menghabiskan makanannya.

"Eh, Jon belum makan. Makanannya masih ada nggak?" Tanya Aren ketika mengingat ajudan Sam belum makan juga.

"Siapa Jon?" Tanya Dion. Setahunya tidak ada yang bernama Jon diantara mereka.

"Jion?" Tanya Ken memastikan dan Aren mengangguk pasti.

Ketiga pemuda itu seketika menghela nafas. Tidak habis pikir dengan Aren yang mudah sekali mengganti nama orang lain.

"Namanya Jion, jangan salah memanggil namanya." Tegur Ken pada adiknya yang nakal.

Aren jengah dengan Ken. Abang tirinya itu sangat tidak seru. Terlalu kaku, padahal masih muda. Aren yakin, Ken pasti sulit mendapatkan pacar karena sikap yang terlalu kuno itu.

____________
Tbc.

Halo...

Aren datang lagi..

Gimana chapter kali ini? Jangan bosen nunggu updatenya ya, soalnya emang nggak nentu karena di rl juga agak sibuk sama tugas, jadi nulisnya nggak bisa selesai satu hari per chapternya:)

Enjoy bacanya ya..

Thankyou udah selalu support 😊

Btw, yang nanya Ardan pdf masih jual atau nggak, jawabannya masih ya.. Bisa langsung chat wa ku aja.

See you next part ya 👋

Story Of Arendra Where stories live. Discover now