Bagian 5: Minta Maaf, Abang

9.9K 557 9
                                    

Arendra seharian menghabiskan waktu kurungannya dengan bermain game di ponselnya. Walaupun terkurung, setidaknya dia masih bisa mendapatkan hiburan melalui ponselnya yang untung saja tidak disita.

Arendra baru menyadari perilaku Sam. Ayah tirinya itu berusaha untuk membuatnya untuk patuh pada aturan tidak jelas yang ada di rumah ini. Aturan yang berusaha mengikatnya, membuatnya kehilangan kebebasannya. Arendra benar-benar menyadari hal ini sekarang.

Arendra juga pernah mendapatkan perilaku Sam yang seperti ini pada saat pria itu masih dalam masa pendekatan dengan Lia. Pria itu pernah berusaha meracuni mama nya untuk membuatnya home schooling hanya karena waktu itu dia mengalami kecelakaan kecil. Tangannya hanya patah namun Sam bersikap berlebihan. Karena kesal, Arendra menendang kaki Sam tepat pada tulang keringnya hingga pria itu sedikit meringis.

Saat itu lah awal mula Arendra tidak menyukai Sam. Apalagi saat Lia benar-benar dinikahi oleh Sam. Sungguh, Arendra hanya terpaksa menerima itu semua.

Setelah lama bermain game, Arendra akhirnya berhenti saat ia mendengar suara langkah dari luar. Dengan cepat Arendra bangun, meninggalkan ponselnya di atas tempat tidur.

Arendra keluar dari kamar dan melihat pintu di sebelahnya alias pintu kamar Ken sudah tertutup, itu artinya dia sudah pulang. Arendra mendekati pintu kamar Ken.

Bukannya mengetuk pintu, Arendra hanya berdiam diri di depan pintu warna hitam itu selama beberapa menit.

Hingga saat dia baru ingin mengetuk, pintu kamar itu terbuka menampilkan Ken yang terlihat habis mandi karena rambut pemuda itu masih basah.

Ken menatap datar Aren. Dia tidak dalam suasana yang baik dan adik nakalnya ini dengan tak tahu malu berani muncul di hadapannya. Bukankah itu terlalu berani, bagi seseorang yang baru tadi pagi melakukan kesalahan dan malam ini datang dengan wajah tanpa penyesalan ke hadapannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Ken, tidak ingin berlama-lama. Takut dirinya lepas kendali, dan berakhir menyakiti anak kecil dihadapannya ini.

Aren yang tadinya ingin bicara tiba-tiba saja dia tidak bisa mengungkapkannya. Pasalnya, pemuda seperti tembok di hadapannya ini wajahnya semakin menyebalkan.

"Apa? Orang cuman mau lewat!"

Aren berbalik dan segera kembali ke kamarnya dengan pintu yang ditutup cukup keras.

Ken mengepalkan tangannya. Adiknya ini memang tidak punya sopan-santun! Jelas-jelas anak itu berdiri tepat di depan pintu kamarnya dan terlihat kebingungan. Bagaimana Ken bisa tahu? Tentu dia memantau cctv dari dalam kamarnya.

"Tidak sopan." Desisnya.

🍀🍀🍀

Arendra turun setelah waktu kurungannya habis. Ia menghampiri Lia yang sedang menyiapkan makanan. Sam dan Ken belum ada, itu hal yang bagus.

"Malam ma,"

"Malam sayang"

Aren bersyukur mama nya sudah tidak seperti tadi pagi lagi, tadinya ia takut wanita itu masih marah dan mendiamkannya.

"Mama buatkan sup ayam kesukaan Aren. Kamu harus makan banyak malam ini, oke?"

Aren memang sangat menyukai sup ayam buatan Lia. Aren bisa makan apapun kecuali udang. Dia memiliki alergi dan efeknya cukup parah. Tenggorokannya sakit dan ruam merah akan memenuhi tubuhnya hingga ia merasa gatal dan itu sangat menyiksa. Terakhir kali ia tidak sengaja makan udang adalah saat ia kelas dua smp. Aren bahkan harus menginap sehari di rumah sakit. Ia tidak ingin merasakan itu lagi.

"Oke!"

Lia menyiapkan satu mangkuk sup untuk putra kecilnya itu. Bukan tanpa alasan Lia membuatkan sup kesukaan Aren. Ia sadar, beberapa hari belakangan ini Aren makan hanya sedikit. Lia tahu anaknya tidak terlalu suka dengan menu makanan yang dihidangkan oleh pelayan di rumah ini. Jadi, berhubung dia tidak ada pekerjaan malam ini, Lia memutuskan untuk memasak makan malam.

Sam dan Ken turun lalu ikut bergabung.

Raut wajah yang semula ceria kini berubah murung. Aren masih kesal pada dua orang yang sudah merusak suasana hatinya tadi pagi.

"Sayang, sudah minta maaf pada Ken?" Lia bertanya, untuk memastikan.

Aren menggelengkan kepalanya, "Aren nggak salah ma, kenapa Aren harus minta maaf sama dia?" Ucap Aren sembari tangannya menunjuk Ken.

"Itu tidak sopan Aren. Mama tidak pernah mengajarimu untuk bersikap seperti itu kan? Sekarang, minta maaf pada abangmu."

"............."

"Aren,"

"Minta maaf." Ujar Aren.

"Lakukan dengan benar, Aren."

Aren menghela nafas kasar, "Minta maaf, abang." Ujarnya lagi, menahan rasa kesal dan rasa malu.

"Hm."

Lia tersenyum senang. Dia ingin kedua putranya akur, itu saja. Aren itu gengsinya tinggi sedangkan Ken terlalu dingin. Keduanya tidak akan mau memulai pembicaraan namun Lia ingin putra kecilnya mau memulai lebih dulu. Aren bisa, anak itu hanya harus menurunkan gengsinya.

Sam sendiri sangat suka ketika Aren bersikap patuh seperti ini. Sam belum ingin bersikap keras pada Aren. Ia ingin melihat, apakah dengan bersikap lembut akan membuat Aren patuh atau tidak. Jika tidak, maka Sam terpaksa melakukan sesuai dengan apa yang sudah dia persiapkan.

Ken merasa puas. Sejak tadi memang kata itu yang ingin dia dengar dari adiknya ini. Setelah Aren mengatakannya, entah mengapa Ken merasa sangat puas. Rasanya Ken ingin segera...memonopoli Aren.

___________
Tbc.

Haloo..

Makasih buat kalian yang selalu support aku, semoga kalian suka sama cerita kali ini. Arendra juga mau dicariin sama kalian soalnya wkwk.

Please, enjoy with this story.

Btw, Ardan tersedia lewat pdf ya..

Thank you.


Story Of Arendra Where stories live. Discover now