Bagian 3: Bertemu

10.1K 634 7
                                    

Arendra terbangun di tengah malam. Ia keluar dari kamar untuk mencari mama nya. Kebiasaannya setiap terbangun ditengah malam adalah mencari wanita itu. Arendra bukan takut, hanya saja dia tidak tenang jika sudah terbangun ditengah malam dan menemui Lia adalah solusinya.

Arendra berdiri tepat di depan pintu kamar Sam dan Ria. Keraguan mulai menghampirinya, takut jika dia mengetuk akan mengganggu waktu istirahat orang tuanya. Untuk Lia, mama nya itu tidak akan marah tapi bagaimana kalau Sam? Aren takut pria itu marah, mengingat mungkin ada peraturan juga tentang ini.

"Nggak apa-apa Ren. Kalau si tua itu marah, kan ada mama." Gumam Arendra berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Akhirnya Aren memutuskan untuk tetap mengetuk pintu. Tangannya sudah bergerak namun suara lain menghentikannya.

"Mereka tidak ada di kamar. "

Aren berbalik untuk melihat si pemilik suara.

Laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya, masih muda, dan raut wajah yang terlihat lelah. Matanya tajam, yang menurut Aren mirip dengan milik Sam.

"Siapa?" Tanya Aren ingin memastikan. Tadinya dia berpikir kalau itu suara maling. Setelah melihat penampilan pemuda itu, mana mungkin seorang maling berpakaian rapi dan juga mahal. Iya, pakaian pemuda itu semuanya dari merek terkenal yang Aren ketahui.

Pemuda itu tampak enggan menjawab. Aren yang tidak ingin berlama-lama dan dia juga sudah tahu saat ini mama nya tidak ada di rumah memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Tapi baru saja dia akan pergi, suara pemuda itu kembali terdengar.

"Abangmu. "

Aren terdiam sebentar, setelahnya dia hanya mengangguk kemudian segera kembali ke kamarnya.

Pemuda yang ditinggalkan hanya menatap datar remaja yang tak lain adalah adik tirinya. Tanpa mengatakan apapun lagi, dirinya ikut berjalan dibelakang Aren karena kamar mereka yang bersebelahan.

Setelah Aren masuk ke kamarnya, handphone pemuda yang merupakan kakak tiri Aren itu berdering menandakan adanya panggilan masuk. Ia segera menjawab panggilan tersebut kemudian masuk ke kamarnya sendiri.

"Ya? "

"Apa adikmu terbangun? "Suara Sam.

"Hm, dia mencari mama. "

"Katakan padanya Papa dan Mama akan kembali besok. "

"Dia sudah kembali ke kamarnya. "

"Halo, Ken? Bisa temani adikmu dulu? Dia tidak akan bisa tidur jika sudah terbangun tengah malam. "Suara Lia terdengar panik.

"Ya. "

"Jaga adikmu, Ken. "Pesan Sam pada anak tunggalnya itu, setelahnya  mematikan panggilan.

Kenzo kembali keluar dari kamar dan pergi menuju kamar Aren.

Ia langsung masuk saja karena Aren tidak mengunci pintunya. Begitu masuk Ken langsung disuguhi Aren yang sedang berbaring dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Ken segera mendekat.

"Hei,"

Arendra terkejut, badannya gemetar ketika Ken menyentuh bahunya dari balik selimut. Itu tentu saja membuat Ken mengernyit keheranan.

Dengan cepat Ken menarik selimut itu dan dia terkejut karena keringat yang membasahi pelipis serta dahi Aren. Ac kamar tidak rusak tapi anak ini malah berkeringat? Ken tahu ada yang tidak beres.

"Ada apa dengan mu?"

"Nggak apa-apa."

"Jangan berbohong. Mama bilang kau tidak akan bisa tidur lagi, apa kau mengalami mimpi buruk?"

Aren tidak menjawab.

Kenzo yang masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada adiknya ini, ia ikut diam sebentar memikirkan cara bagaimana menenangkan anak kecil yang seperti Aren ini.

Jujur saja Kenzo tidak punya pengalaman merawat orang lain apalagi anak kecil. Kenzo terlalu cuek pada sekitarnya dan dia memang tidak tahu bagaimana cara menenangkan seseorang. Selain karena dia anak tunggal, Kenzo juga malas berinteraksi kecuali jika itu penting. Temannya tidak banyak, Ken hanya memiliki dua teman yang selalu bersamanya.

Kenzo mengeluarkan handphone nya dan mencari petunjuk lewat google. Dia tidak tahu harus bertanya pada siapa, niatnya tadi ingin bertanya pada kedua temannya tapi kedua orang itu pasti sudah tidur.

Setelah mendapatkan jawabannya, Kenzo akhirnya mengangguk dan mulai mengikuti.

"Tidurlah lagi, abang akan menemani mu,"

Arendra yang mendengar itu mulai menenangkan dirinya dan berbaring membelakangi Kenzo. Lupakan bahwa dia belum berlaku sopan pada abangnya itu, yang penting saat ini dia bisa tidur hingga pagi datang.

Kenzo terkejut karena dia tadi tidak berpikir bahwa kata-kata nya akan berhasil membuat Aren tidur kembali. Informasi yang dia dapatkan hanya menyuruhnya untuk memberikan kalimat penenang karena kemungkinan Aren mendapatkan serangan panik. Ken tidak menyangka kalimatnya akan menenangkan anak itu.

Tentang adik tirinya ini, Ken awalnya berpikir bahwa Aren pasti anak yang nakal karena remaja itu cukup tidak sopan padanya tadi. Ken tidak suka dengan anak kecil yang tidak tahu aturan, jika adiknya ini seperti itu maka dia sendiri yang akan mendidiknya.

Mengingat umur Aren yang masih 14 tahun, wajar jika Aren memang nakal. Namun bagi Ken yang sejak kecil sudah menekuni banyak prinsip dan aturan keluarganya, ia tentu tidak bisa mentolerir. Apalagi saat ini Aren sudah menjadi bagian keluarganya, anak ini harus mengikuti setiap aturan di rumah ini.

_____________
Tbc.

Haloo..

Makasih buat kalian yang selalu support aku, semoga kalian suka sama cerita kali ini. Arendra juga mau dicariin sama kalian soalnya wkwk. Maaf updatenya agak telat kali ini 🙏

Please, enjoy with this story.

Btw, Ardan tersedia lewat pdf ya..

Thank you.



Story Of Arendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang