Bagian 2: Suasana Baru

11.1K 678 14
                                    

Suasana pagi ini terasa canggung bagi Arendra. Mulai dari membuka mata dan itu bukan lagi penampakan atap kamarnya, suasana yang harusnya ricuh karena suara mama nya yang memanggilnya untuk segera bersiap sarapan, kali ini mama nya membangunkan dengan menepuk pelan pipinya saja dia sudah langsung bangun.

Aren menatap mama nya yang sudah berpakaian rapi. Bingung karena seharusnya wanita itu masih memiliki cuti.

"Mama mau ke mana? "

Lia tersenyum, "Lupa? Kita harus kembali ke rumah untuk mengemas Barang-barang pentingmu." Ujar Lia. Karena gemas, ia mencium pipi putra kecilnya.

Aren tidak menolak karena dia sudah terbiasa dimanjakan oleh Lia. Awalnya dia mengira mama nya tidak akan memanjakannya lagi karena sudah memiliki suami. Ternyata mama nya tetap sama. Aren balik mencium pipi Lia.

"Mandi, setelah itu turun untuk sarapan. Papa menunggumu. "

Setelah mengatakan itu Lia mengusak surai Aren kemudian keluar dari kamar membiarkan Aren bersiap-siap. Suasana baru lainnya, kali ini ada satu orang lagi yang menjelma sebagai kepala keluarga dan akan ikut sarapan dengannya. Aren tidak tahu apakah hari ini lebih baik dari hari sebelumnya tapi yang pasti dia harus terbiasa karena memang segalanya sudah berubah sejak kemarin.

🍀🍀🍀

Sarapan pagi ini terlalu formal dan begitu sunyi. Aren tidak terbiasa, dia biasanya akan mengobrol dengan mama nya. Karena itu sekarang mulutnya mulai bicara.

"Ma, nanti sebelum balik ke sini kita ke toko roti mba Rumi dulu ya? Aren mau roti gandum yang kayak biasanya. "

"Dilarang bicara saat makan. Itu salah satu peraturan di rumah ini yang harus kau patuhi. "

"Hah? "

"Di rumah ini ada banyak peraturan yang harus kau ketahui dan patuhi mulai dari sekarang. Jika melanggar maka kau harus menerima konsekuensinya." Jelas Sam dengan tegas.

"Ribet. "

"Aren, jaga ucapanmu. Minta maaf ke Papa, " Tegur Lia.

"Aren nggak salah apa-apa. "

"Arendra.. "

Jika Lia sudah menyebut namanya seperti itu, itu artinya wanita itu sangat serius. Bukan marah, hanya saja itu bentuk sikap tegasnya. Sam ingin melihat apakah Aren masih mau melawan mama nya.

"Maaf, "

"Lakukan dengan benar Aren, dengan siapa kamu minta maaf? "

Aren menundukkan kepalanya sebelum berucap, "Aren minta maaf, Papa.. "

Saat itu Sam benar-benar merasa puas dengan didikan Lia. Walau wanita itu memanjakan namun ternyata tidak lupa juga bersikap tegas dan mendisiplinkan putranya. Itu artinya mungkin Sam tidak perlu terlalu keras pada Aren.

"Lain kali jangan diulangi. " Ujar Sam.

"Jawab Papa Aren," Titah Lia.

"Iya.. "

Sam benar-benar puas sedangkan Aren mati-matian menahan diri untuk tidak mengumpati Sam. Sialan, dia bahkan hampir menangis saat mama nya memarahinya.

🍀🍀🍀

Setelah mengambil koleksi mainan Aren yang memenuhi dua koper besar. Sekarang mereka menuju toko roti yang Aren sebutkan. Itu toko roti favorit Aren karena pemiliknya adalah teman Lia dan tentu saja karena roti buatannya yang sangat enak bagi Aren.

Mereka tiba saat hari sudah mulai tenggelam. Sebelum kemari, Lia sudah menghubungi temannya itu, jadi dia tidak perlu mengantri lagi dan itu membuat Aren senang.

Sam tidak masalah dengan semua ini karena dia tentu tahu Aren masih remaja dan wajar jika meminta banyak hal. Walaupun saat ini seharusnya mereka sudah kembali ke rumah karena nanti malam Sam memiliki pertemuan dengan rekan bisnisnya, tapi tak ada salahnya menuruti keinginan Aren sekarang karena nanti remaja itu akan sulit berkunjung kemari.

Setelah mendapatkan roti yang diinginkannya, wajah anak itu kini lebih cerah dari biasanya. Bahkan senyum itu membuat beberapa pengunjung yang melihatnya merasa gemas, sangat manis.

Lia hanya bisa mengusak gemas surai putranya. Aren memang selalu seperti ini jika mengenai hal-hal yang disukainya. Anak itu bahkan tidak sadar bahwa sikapnya terlampau menggemaskan membuatnya kembali seperti saat balita.

"Sudah?" Tanya Sam.

Aren yang masih sibuk dengan rotinya hanya mengangguk cepat. Sam tersenyum tipis, sikap seperti ini lah yang Sam inginkan dari putra kecilnya ini.

Setelahnya mereka masuk ke mobil dan segera pergi meninggalkan toko roti Rumi itu.

Di perjalanan, Sam dan Lia sibuk berbicara mengenai perusahaan sehingga mereka tidak sadar Aren sudah terlelap setelah menghabiskan dua roti favoritnya.

"Kita bisa pergi. Dia akan pulang malam ini dan aku bisa pastikan Aren masih tidur. "

"Baiklah. Jika Aren bangun mungkin dia akan terkejut. "

Sam tertawa pelan begitupun dengan Lia. Entah apa yang mereka tertawakan namun sepertinya mengenai Aren dan orang lain. Aren yang sedang tidur tentu tidak mengetahui apa yang kedua orang tuanya bicarakan.

Setelah sampai di rumah, Sam dan Lia bersyukur karena jam baru menunjukkan pukul 9 dan Aren juga masih terlelap. Itu artinya mereka bisa pergi meninggalkan Aren untuk perjalanan bisnis. Tidak lama, esok hari mereka akan kembali. Hanya saja memang tadi mereka sempat takut Aren akan terbangun namun nyatanya tidak.

Sam menggendong Aren dan membawanya ke kamar diikuti oleh Lia. Setelah dipindahkan ke tempat tidur, Aren semakin bergelung dengan selimut seolah menemukan apa yang ia cari.

"Kita bisa pergi sekarang. Dia sudah dalam perjalanan." Ujar Sam.

Setelah mengecup pucuk kepala Aren, mereka segera keluar dari kamar anak itu, kemudian bersiap-siap untuk pergi. Mereka harap Aren tidak akan terbangun sebelum pagi datang.

_______________
Tbc.

Haloo..

Makasih buat kalian yang selalu support aku, semoga kalian suka sama cerita kali ini. Arendra juga mau dicariin sama kalian soalnya wkwk.

Please, enjoy with this story.

Btw, Ardan tersedia lewat pdf ya..

Thank you.

Story Of Arendra Where stories live. Discover now