Bagian 22: Jadi Anak Baik

4K 288 14
                                    

Setelah menyetujui kesepakatan dengan abangnya, Aren benar-benar menjadi anak yang baik sesuai perintah Ken kemarin. Hari ini anak itu bersikap baik dan belum mengucapkan kata-kata kasar yang biasanya diucapkan. Lia bahkan heran namun senang melihat putranya sudah mulai bisa beradaptasi, menurutnya.

Sam juga terheran-heran dengan sikap putra bungsunya pagi ini. Remaja nakal itu bahkan mengucapkan selamat pagi padanya dan memberikan senyum cerah yang membuatnya gemas juga sedikit curiga.

"Kau terlihat bahagia sekali pagi ini. Ada hal apa?" tanya Sam karena tidak tahan dengan perubahan putra bungsunya. Tidak mungkin hanya karena dia sudah mengijinkan anak itu sekolah langsung berubah drastis seperti ini.

Iya, Sam yang mengijinkan Aren sekolah hari ini dan Ken yang memberitahu pada adiknya itu. Namun Sam tidak berpikir anak bungsunya akan sebahagia ini.

"Nggak ada apa-apa," jawab Aren.

Sam tersenyum tipis begitu juga Lia. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika memang anak bungsu mereka bahagia karena Aren itu sedang berada di masa labilnya remaja. Perasaan anak remaja memang sulit ditebak.

"Hari ini berangkat dengan Ken, oke? Papa dan mama tidak bisa mengantarmu."

"Okee!"

"Anak baik," Sam mengusak pelan surai anak bungsunya. Senang karena Aren mulai menjadi anak baik seperti yang diharapkannya.

Setelah mereka semua selesai sarapan, Sam dan Lia berangkat lebih dulu kemudian disusul oleh Ken dan Aren yang berangkat ke sekolah bersama.

Di dalam mobil, Aren tampak menikmati perjalanan menuju sekolah. Ken menyetir dengan kecepatan sedang sehingga ia bisa melihat-lihat suasana jalan raya pagi ini, ramai dengan orang-orang yang memiliki kegiatan masing-masing.

"Abang, Aren boleh temenan sama Gian, Avin, kan?" tanya Aren, kemarin ia lupa menanyakan hal ini karena ini juga salah satu keinginannya.

"Ya, tapi jangan melakukan hal yang melanggar aturan. Jika berani, kakak tidak segan menghukum mu."

Aren meringis mendengar ucapan Ken, "Oke-oke."

Ken memarkirkan mobilnya di area kampusnya dan itu membuat Aren harus bertemu dengan kedua teman abangnya yang menyebalkan itu. Siapa lagi jika bukan Dion si kulkas dan Dewa keturunan gorila. Aren tidak suka keduanya. Namun kini ia sudah dirangkul oleh Dewa yang membuatnya tak bisa ke mana-mana dan juga ia tidak bisa berontak! Ia sudah berjanji untuk jadi anak baik hari ini.

"Tumben anteng, lo apain dia Ken?" tanya Dewa yang heran karena Aren yang diam saja dirangkul olehnya. Padahal ia sudah merangkul dengan erat agar saat bocah nakal itu memberontak tetap tak bisa lepas darinya.

Aren mendengus sebal dan memaki Dewa dalam hati.

Ken hanya mengangkat bahunya menanggapi pertanyaan Dewa.

"Sering-sering begini, bocah. Kan bisa gue unyel-unyel sepuasnya," Dewa mencubit gemas pipi Aren yang tak bisa mengelak dan hanya bisa memaki dalam hati.

Saat sudah berada di depan kelasnya baru Dewa melepaskan rangkulannya dan itu membuat Aren mengumpat pelan namun itu terdengar oleh Ken yang langsung menatapnya tajam. Aren meringis dan tersenyum tanpa dosa pada abangnya itu.

"Maaf, abang.." ujarnya agar tidak terkena masalah di percobaan pertamanya ini.

"Ingat untuk menjadi anak baik, jika tidak, kau akan terima sendiri konsekuensinya." ucap Ken memperingatkan.

Dewa dan Dion yang mendengarnya, baru memahami kenapa adik temannya itu berubah jadi anak baik. Keduanya ternyata membuat kesepakatan.

"Oke-oke, tenang! Hari ini Aren bakal jadi anak baik!"

"Hanya hari ini?" sahut Dion, matanya mengintimidasi remaja di hadapannya.

"Nggak gitu.. maksudnya, mulai dari hari ini sampai hari berikutnya, iya, maksudnya selamanya!"

Dewa memutar bola matanya mendengar ucapan yang berbelit-belit Aren sedangkan Dion dan Dewa hanya menatap datar si paling kecil di antara mereka itu.

"Udah ya? Bentar lagi masuk, Aren mau siap-siap belajar!"

Aren langsung masuk ke dalam kelasnya setelah mendapat persetujuan dari Ken. Ia baru bisa bernapas lega begitu melihat kedua temannya sudah duduk di kursi masing-masing. Aren menghampiri Gian dan Avin.

"Tegang amat, abis ketemu jurik lo?" tanya Avin asal.

"Ya kali! Mendingan ketemu jurik gue daripada ketemu tiga manusia kulkas!"

"Ha?"

"Abangnya," sahut Gian.

"Ohh, setuju! Abang lo emang serem banget, temen-temennya juga."

Aren merengut sebal karena mengingat Ken dan teman-temannya yang menyebalkan itu. Mana ia saat istirahat nanti harus makan bersama mereka lagi.

"Istirahat nanti mau ke rooftop nggak?" tanya Gian.

"Nggak bisa, gue harus makan bareng para kulkas,"

Avin dan Gian tidak ingin ikut campur masalah antara kakak-beradik itu, jadi mereka tidak akan memaksa Aren untuk ikut dengan mereka.

"Kalian harus ikut gue!"

"Haa?"

______________
Tbc..

Haloo, Aren up lagi nih!!

Masih pada nungguin kan ya? Mulai sekarang aku usahain Aren updatenya nggak lama-lama lagi, do'a in aku ya semoga idenya ngalir terus dan moodnya baik juga biar sama-sama enak wkwk.

Nggak lupa buat bilang makasih sama kalian yang selalu support aku dan tetep nungguin walaupun lama banget updatenya.

See you next part guys 👋








Story Of Arendra Where stories live. Discover now