Bagian 15: Anak Mama

6.7K 435 36
                                    

"Suami mama tuh ngeselin!"

Lia tersenyum kecil melihat tingkah putra kecilnya yang sedang mengadu mengenai Sam.

Setelah keluar dari ruangan Sam dengan raut wajah masam, Aren langsung menemui Lia yang berada di kamar. Ia langsung memeluk mama nya dan mengadukan hal apa yang telah dilakukan Sam padanya.

Lia mengusap lembut rambut Aren hingga anak itu merasa nyaman. Lia tidak marah mendengar Aren bolos. Dia hanya khawatir putra kecilnya hilang dari pengawasannya dan suaminya. Wajar kan dia bersikap seperti itu? Aren belum pernah seperti ini sebelumnya.

"Jangan bicara seperti itu sayang. Nanti kalau papa dengar, mau dihukum, hm?"

Aren berdecak kesal. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Lia hingga wanita itu gemas dengan tingkahnya.

"Jangan cepat besar ya? Mama ingin terus melihat Aren manja seperti ini sampai mama tua nanti."

"Kok gitu? Kalau Aren nggak tumbuh-tumbuh, nanti siapa yang rawat mama? Aren mau cepat tumbuh besar biar bisa jagain mama." Ujar Aren membalas ucapan Lia.

Lia mencium pipi Aren gemas. Sungguh, melihat Aren bicara seolah anak itu sudah mengerti segalanya padahal nyatanya Aren masih terlampau polos untuk mengerti kehidupan orang dewasa.

Lia ingin meminta pada tuhan agar putra kecilnya ini tidak cepat tumbuh. Dia ingin Aren tetap kecil, lugu, dan lucu seperti ini saja. Rasanya baru kemarin ia melahirkan Aren namun sekarang anak itu sudah berumur empat belas tahun saja.

"Ma.. Bujuk papa biar Aren nggak homeschooling. Aren nggak mau homeschooling~" Rengek Aren lagi. Ia benar-benar tidak ingin homeschooling.

"Tidak bisa sayang. Keputusan papamu itu tidak bisa dibantah. Salah sendiri, kenapa bolos?" Ujar Lia dengan tangan yang masih setia mengusap rambut Aren.

"Aren nggak bolos. Aren ketiduran gara-gara kabur dari temannya bang Ken tuh, Dewa kematian!" Sahut Aren mencoba membela diri.

"Sama saja. Sudah, jangan nakal lagi jika tidak ingin dihukum papa. Lagi pula, homeschooling tidak buruk untukmu. Mama jadi lebih tenang jika kamu ada di rumah."

Aren merengut sebal. Jika konsepnya di rumah bermanja dengan mama nya sih tak apa, tapi ini ia di rumah harus belajar dan dipantau terus-menerus oleh Sam. Dia tidak akan pernah nyaman. Siapa anak yang mau dikurung seperti dirinya? Pasti tidak ada!

"Mama beneran nggak mau bantu Aren? Aren nggak mau homeschooling ma.."

Lia menghela nafas pelan. Jika Aren sudah merengek seperti ini itu artinya Aren sangat tidak nyaman. Aren mudah sekali tidak nyaman dengan sesuatu, jika dia tidak ingin maka dia akan benar-benar menolaknya.

"Nanti mama coba bicara dengan papa. Tapi Aren harus janji tidak akan nakal lagi, oke?" Ujar Lia pada akhirnya.

"Oke!"

**

Aren menatap kesal Jion yang hanya berdiri tegap di dekat pintu kamarnya.

Tadi setelah membujuk mama nya, Aren berniat pergi ke garasi untuk mengunjungi motornya. Tapi baru ia melangkah sampai ruang tamu, Jion membawanya kembali ke kamarnya dan mengurungnya di kamar. Kata Jion itu adalah perintah Sam.

"Minggir! Gue mau liat motor gue doang!" teriak Aren.

"Tuan Sam melarang anda keluar dari kamar. Saya hanya menjalankan perintah dari tuan besar."

Aren memukul perut Jion namun tidak menimbulkan reaksi apapun dari pria itu. Jion tetap berdiri tegap menghadangnya.

"Lo itu manusia apa bukan sih? Batu banget perasaan." keluh Aren.

Ia berbalik dan melompat ke atas tempat tidurnya. Ia muak sekali dengan Sam. Muak dengan segala aturan Sam yang tak masuk akal dan sangat berlebihan. Parahnya lagi semua orang di rumah ini berada dipihak Sam. Ia tidak punya siapa pun yang bisa diajak bekerja sama kecuali, mama nya.

Aren ingat, ia masih punya mama nya.

Aren yang tadinya berbaring kini kembali pada posisi duduk. Ia menatap Jion dengan senyum sinis namun yang ditatap tetap menampilkan raut wajah kakunya.

Aren turun dari tempat tidurnya kemudian menghampiri Jion.

"Minggir. Gue mau ke kamar mama."

Seharusnya mendengar ucapannya itu Jion sudah tidak membantah lagi. Seharusnya begitu.

"Tidak bisa tuan muda. Tuan Sam tidak mengizinkan anda keluar dari kamar dengan alasan apapun."

Tapi kenapa pria ini sangat keras kepala!

"Lo budek? Gue bilang, gue mau ke kamar mama!" marahnya.

Jion terlihat menghela nafas berat. Ia bukannya melarang tuan mudanya ini menemui ibunya sendiri, tapi perintah tuan besarnya tak bisa dibantah.

"Tuan muda tunggu di sini saja. Saya akan panggilkan nyonya--"

"Bacot! Minggir lo!"

Aren mendorong Jion hingga pria itu terdorong menjauh dari pintu dan ia segera membuka pintu kamarnya hingga terdiam melihat Lia sudah berada di depannya.

Lia menatap putranya dengan raut wajah bingung.

"Kenapa sayang?" Tanya Lia.

Aren mendekati Lia dan langsung memeluk mama nya. Lia yang masih bingung hanya bisa mengangkat tangannya untuk mengelus rambut putra kecilnya itu.

"Jon nggak ngebolehin Aren ketemu mama." ucap Aren.

Lia menatap Jion meminta penjelasan atas ucapan putranya. Tentu Lia tidak akan semudah itu percaya perkataan Aren.

"Saya tidak bermaksud melarang tuan muda bertemu nyonya. Tapi sesuai perintah tuan besar, tuan muda tidak diizinkan keluar dari kamarnya." jelas Jion.

Lia mengangguk mengerti. Ia sehabis dari ruang kerja Sam tadi dan suaminya itu juga mengatakan kalau ia mengurung Aren di kamar. Setelah mendengar itu, ia bergegas pamit untuk mengunjungi putranya, berniat untuk menemani Aren hingga anak itu tertidur lelap. Saat sampai, ia malah melihat putranya memberontak Jion.

"Aren mau tidur sama mama," ujar Aren lagi.

"Iya sayang, hari ini mama temani Aren tidur. Tapi, minta maaf dulu pada Jion. Kamu pasti memukulnya tadi." titah Lia.

Aren menoleh pada Jion. Tatapannya masih sinis, namun mulutnya tetap bergerak mengucapkan kata maaf pada Jion.

"Tidak apa-apa, tuan muda."

"Saya akan berjaga di luar, nyonya." ujar Jion pada Lia sebelum ia keluar dari kamar Aren.

Lia segera membawa putranya masuk. Ini sudah waktunya Aren tidur dan dia tidak ingin waktu tidur putranya terlewat.

Aren berbaring dan memberi ruang untuk Lia agar mama nya itu bisa berbaring di dekatnya. Lia menempati ruang yang sudah diberikan Aren untuknya dan ia menarik putranya ke dalam dekapannya.

"Mama udah bilang ke papa belum?" tanya Aren penasaran.

"Belum. Besok mama akan bicara dengan papa masalah itu. Sekarang waktunya tidur." jawab Lia.

"Eum, good night, mom." ujar Aren sebelum memejamkan matanya.

"good night, baby." balas Lia.

Tangannya bergerak mengusap rambut Aren. Lia memberikan kecupan lembut di dekat pelipis putranya sebelum ikut memejamkan mata menyusul Aren yang sudah lebih dulu berkelana di alam mimpinya.

___________
Tbc.

Haloo

Masih ada yang nungguin Aren kan??

Maaf ya, updatenya nggak nentu. Belum bisa terjadwal soalnya emang waktu buat nulisnya malam doang dan itu pun keburu dipake buat tidur hehe.

Makasih udah selalu support karya ku, jangan bosen-bosen ya..

See you next part 👋







Story Of Arendra Onde as histórias ganham vida. Descobre agora