Bagian 16: Kelakuan

5.4K 385 27
                                    

Hari ini Aren tidak pergi ke sekolah dan tidak juga sekolah di rumah. Anak itu sudah memutuskan untuk libur sekolah dari pada harus homeschooling. Bagusnya keinginannya itu disetujui saja oleh Sam.

Sam tentu saja setuju. Aren diam di rumah lebih baik dari pada anak nakal itu harus berkeliaran di luar. Ngomong-ngomong Sam menolak permintaan istrinya yang ia tahu sebenarnya itu adalah permintaan Aren. Sam tidak akan berubah pikiran, jika ia sudah mengatakannya maka itu lah yang akan terjadi.

Karena Sam menolak, Aren benar-benar murka pada pria itu. Sebagai bentuk kekesalannya, ia melampiaskannya pada Jion yang tidak tahu apa-apa.

Iya, Jion yang jadi pelampiasan tuan mudanya. Sekarang ini, Jion sudah basah kuyup karena disiram oleh Aren dengan air yang biasa digunakan untuk menyiram taman samping.

"Tuan muda, berhenti. Nanti anda bisa sakit jika terus bermain air." ujar Jion mengingatkan padahal jelas-jelas dia lah yang paling basah.

"Mending lo mikirin diri lo sendiri Jon!"

Aren terus mengarahkan selang air ke arah Jion agar pria itu tidak terus-menerus mengawasinya. Sejak tadi dia sudah jenuh karena hanya berdiam diri di rumah serta masih kesal dengan Sam dan Jion dengan seenaknya menyuruhnya untuk tidur siang.

Berhubung dia terkurung di rumah besarnya, Sam dan Lia juga sedang tidak ada di rumah jadi ia harus menggunakan waktunya sebaik mungkin untuk membuat Jion berhenti mengganggunya.

"Gue udah berkali-kali bilang kalau lo itu mending berhenti jadi patung pribadi gue, tapi lo nolak. Jadi sekarang terima aja apa yang gue lakuin ke lo, Jon!" ocehnya.

Jion bisa terima dirinya disiram oleh Aren. Hanya saja ia tidak ingin tuan mudanya sakit karena bermain air. Ia bisa habis oleh Sam jika sampai putra bungsunya itu sakit nanti.

"Tuan muda, berhenti sekarang. Saya akan bermain dengan anda nanti, tapi saat ini anda harus berhenti lebih dulu."

Berkat ucapannya itu, Aren berhenti menyemprotkan air padanya dan mulai menatapnya dengan penuh selidik.

"Serius lo?" tanya Aren curiga.

"Saya serius tuan muda, anda bisa bermain lagi nanti setelah anda tidur siang." jelas Jion.

"Tapi terserah gue mau main apa sama lo. Deal nggak?"

"Iya tuan.."

"Deal atau nggak?"

Jion akhirnya pasrah. "Deal." timpalnya yang membuat Aren tersenyum senang.

Aren melepaskan selang yang tadi ia pegang kemudian berjalan santai ke dalam rumah dengan senyum merekah.

Jion yang merasa usahanya membujuk tuan muda itu berhasil pun merasa lega. Dengan baju yang masih basah, Jion mengikuti Aren untuk memastikan anak itu benar-benar pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Namun, sesampainya di dalam ia malah terkejut melihat kondisi ruang tamu hingga dapur.

Semuanya basah dan penuh dengan tanah. Tanpa berlama-lama, Jion segera menuju dapur untuk melihat apa lagi yang dilakukan tuan mudanya.

Saat ia sampai di dapur, Aren dengan santainya berujar, "Apa? Gue mau minum dulu sebelum tidur siang. Mau marah lo?"

"Tuan muda, anda membuat lantai menjadi kotor." ucap Jion memberitahu.

"Ya terus? Lo mau gue ngebersihin nih rumah? Gue harus ngepel gitu?"

"Tidak, tuan. Saya tidak bermaksud menyuruh anda membersihkan rumah. Hanya saja, seharusnya anda mencuci kaki lebih dulu sebelum memasuki rumah."

"Tadi lo bilang gue harus buruan tidur siang, sekarang lo malah marahin gue!"

Jion menghela nafasnya pelan. Bicara dengan Aren itu sulit, anak itu pandai sekali berdebat dan akan membuatnya menjadi lebih rumit. Jion akhirnya mengalah.

"Jika tuan muda sudah selesai minum sebaiknya tuan segera kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Jika tuan Ken melihat ini, ia tidak akan menyukainya."

Mendengar nama Ken disebut, ekspresi wajah Aren langsung berubah.

"Gak peduli gue." ketusnya.

"Tuan muda, tolong, untuk hari saja tuan. Saya hanya tidak ingin tuan muda mendapatkan hukuman." bujuk Jion lagi.

"Iya iya! Cerewet lo!!"

Aren meletakkan gelas yang sejak tadi ia pegang dengan agak kasar sehingga menimbulkan suara yang cukup keras. Ia keluar dari dapur dengan menabrak Jion yang menghalangi jalannya. Entah ia sedang marah atau hanya sekedar kesal, bisa juga keduanya.

Walaupun ia tahu tuan mudanya sedang marah, Jion tetap merasa lega karena akhirnya Aren mau menuruti nya.

Jion menyuruh beberapa pembantu untuk membersihkan lantai yang kotor karena Aren. Semua itu harus bersih sebelum Ken kembali karena pemuda satu itu sangat membenci sesuatu yang kotor dan berantakan. Jika Aren tidak menurut padanya mungkin mereka berdua akan mendapatkan amukan dari Ken. Untungnya kali ini ia aman dan Aren juga tidak akan mendapatkan masalah karena ulahnya hari ini.

Tapi yang jadi masalahnya sekarang ini adalah bagaimana menghadapi emosi remaja seperti Aren.

Jion harus memikirkan itu karena ia penyebab tuan mudanya marah.

____________
Tbc.

Haloo, gimana kabar kalian? Masih nungguin Aren kan ya..?

Maaf yaa, belakangan ini emang lagi down banget di rl nya jadi gak bisa mikir mau nulis apa. Maaf banget karena aku nggak profesional dalam membagi waktu aku yang seharusnya bisa buat update cerita ini. Selanjutnya aku bakal usahain lebih baik lagi dari ini.

Terimakasih buat yang selalu support aku, masih selalu setia nungguin Aren update. Kalian jadi sumber semangat aku buat tetep bisa lanjutin cerita ini.

Jangan bosen-bosen ya..

See you next part 👋


Story Of Arendra Where stories live. Discover now