21

6.6K 550 38
                                    

Evano menatap tajam kedua orang dihadapannya, kedua tangannya mengepal. Amarah itu meliputinya saat ini, panas ibaratkan darah yang mendidih saat Jeano mengatakan hal yang dimana itu syarat dia diterima menikah dengannya.

"Bukankah ini janjimu? Janji kau tak akan menikahi Ola juga, makanya aku setuju saat kau mau menikahiku?" ucap Evano penuh penekanan.

Jeano menghela napas, ia menggenggam tangan Ola erat. Sepulang sekolah ia langsung membawa Ola ke rumah dan mengatakan semuanya pada Evano, ia tahu ini risikonya ia juga akan menerima kemarahan Marvin, biarlah ia akan menanggung segalanya.

"Mengertilah, jika kau benar hamil anakku, kau tak perlu sekhawatir ini Evano. Aku hanya perlu pembuktian," ucap Jeano.

"Pembuktian? Tapi dia licik! Yasudah jika kau ingin menikahinya, dari awal kau tak perlu berlutut dihadapan keluargaku! Kau keterlaluan Jean, kau terus menuduhku berdrama, sebenarnya siapa di sini yang berdrama?" Evano berucap dengan suara yang bergetar menahan amarah.

"Kau itu egois! Tentu saja kau yang banyak drama, kau bisa melakukan segala cara hanya untuk mendapatkan aku. kau menjijikan  Evan."

Evano menggertakkan giginya, ia menatap Ola sinis. Ia menghampiri Ola namun langkahnya terhenti saat ponselnya bergetar. Evano berusaha tenang saat mengangkat telepon.

"Hallo Dad?"

"Sayang, tadi pagi kau ingin laksa pedas kan?"

"Iya Dad, apa kau akan segera pulang?" Evano melirik kedua orang tadi, seakan mengatakan jika Marvin akan segera pulang dan ia akan mengadu.

"Iya Daddy akan segera pulang, tunggu ya,"

Senyuman tercetak dibibirnya, Evano menutup telepon setelahnya.

"Aku akan mengadu pada Daddy dan mengatakan segalanya," ucap Evano dengan amarah yang masih menggebu. Jeano mendengus, terus saja Evano menggunakan tamengnya seakan jika tanpa Marvin ia akan hancur.

"Dasar anak Daddy," cibirnya. "Apa kau tak bisa mengambil keputusan sendiri selain bersama dengan Daddymu, kau terlalu kekanak-kanakan Evan, ini yang aku tak suka darimu. Kau itu berlebihan, angkuh dan kau selalu bersembunyi dibalik punggung Daddymu, seakan anak itik yang tak bisa jauh dari induknya," tutur Jeano.

"Aku tak akan mengadu pada Daddy dari mulai sekarang, jika kau memang ingin menikah dengannya, menikah saja! Aku tak peduli, tapi asal kau tahu aku tak berbohong atau berdrama, gadis sialanmu ini yang selalu drama, katakanlah Ola katakan padanya, apa yang sebenarnya," ucap Evano.

Ola menunduk sesekali ia mengusap air matanya yang terjatuh seakan perkataan Evano benar-benar melukainya.

"Aku tahu Evan, aku hanya gadis biasa dan aku tak pantas untuk Jeano. Tapi mau bagaimana lagi? Aku hamil anak Jeano, malam itu Jeano bersamaku." Ola berucap dengan linangan air mata.

"Gadis ini." Evano terkekeh sinis, ia selangkah lebih maju mendekati Ola. "Aku mungkin selalu berbohong saat menjadi kekasih Jean, tapi tentang hal besar ini hanya orang gila penuh tipu muslihat yang melakukannya," ucap Evano.

"Kau itu sama seperti Papamu Evan, kau perebut,"

Plak

Evano menampar pipi Ola, gadis itu terlalu lancang dengan membawa-bawa Samuel, ia akui saat ia memaksa Jeano bersamanya itu seakan ia merebut Jeano tapi apa Gress mengatakan jika Jeano sudah memiliki kekasih saat itu? Evano tak tahu jika Jeano tengah memiliki hubungan dengan Ola.

"Lancang!" ucap Evano, ia akan kembali melayangkan tamparan tapi tangannya dicekal Jeano.

"Kau menyakitinya brengsek! Apa dia main tangan padamu? Menjijikan." Jeano menepis tangan sang submisif.

"Apa aku harus diam saja saat gadis itu menghina orang tuaku?!" Evano berteriak.

Jeano memejamkan matanya, ia tahu ini salah Ola juga karena telah membawa-bawa Samuel.

"Tapi sesuai gosip diluar sana, Papamu memang perebut! Sama sepertimu, kau dan Papamu sama saja, kalian berdua keterlaluan!"

Evano bersiap akan menghajar Ola tapi ponselnya kembali berdering, nama Daddy tertera dilayar ponselnya, Evano berharap Marvin segera pulang.

"Hallo Dad, kapan kau akan pulang? Cepatlah pulang," ucap evano sedikit bergetar, ia tak bisa untuk tenang disaat emosinya tengah membucah.

"Hallo dengan keluarga Tuan Marvin?"

Evano mengerutkan keningnya, saat suara lain yang ia dengar dari seberang sana.

"Iya saya putranya, dimana ayah saya? Kenapa ponselnya berada ditangan Anda?"

Terdengar helaan napas diseberang telepon, Evano merasa jantungnya terpacu lebih cepat saat mendengar kericuhan di sana.

"Hallo? Apa ada masalah?"

"Tuan bisakah Anda datang ke rumah sakit kota, karena pemilik ponsel mengalami kecelakaan lalu lintas,"

Hati Evano mencelos, jantungnya seakan berhenti berdetak. Ia mematikan sambungan telepon.

Jeano mengerutkan keningnya melihat Evano yang berkaca-kaca, bahkan submisif itu pergi keluar dengan susah payah menggunakan kruknya.

"Evan!" Jeano mengikuti Evano, ia menarik tangan Evano agar berhenti. "Kita belum selesai, mau kemana kau?" tanyanya.

"Sialan! Bisakah kau diam dulu Jean, Daddy kecelakaan, kau terus memikirkan dirimu!" Evano menyentakkan tangannya, ia langsung meminta supir untuk mengantarnya.

Jeano terdiam ia menatap kepergian Evano dengan supir tanpa ekspresi, Marvin kecelakaan? Bukankah tadi pria itu masih menghubungi Evano, kenapa begitu tiba-tiba takdir memang selucu itu.

"Ada apa Jean?" Ola menghampiri Jeano.

"Daddynya kecelakaan oleh karena itu dia pergi, Ola bisa kau pulang sendiri naik taxi? Aku harus menyusulnya akan tidak baik saat ada musibah aku tak bersamanya," tutur Jeano, membuat Ola merengut namun gadis itu mengangguk.

"Baiklah kuharap semuanya segera selesai, agar kita bisa bersama." Ola mencium bibir Jeano sekilas, ia langsung pergi menunggu taxi.

Jeano dengan terburu-buru menyusul Evano dengan motornya, ia sedikit khawatir pria manis itu pergi di saat keadaannya belum pulih.

Jeano memacu motornya dengan cepat, ia ingin menyusul Evano yang mungkin akan pergi ke rumah sakit kota. Tepat saat mobil yang ditumpangi Evano parkir Jeano masuk ke kawasan rumah sakit, ia langsung turun dari motornya saat melihat Evano turun dan sudah masuk ke dalam.

"Evan!" Jeano menghampiri Evano, ia memegangi tangan sang submisif.

"Kau tak mengantar Ola? Kenapa kau menyusulku?" ucap Evano ketus, tapi ucapannya tak digubris Jeano, pria itu memilih bertanya pada resepsionis ruangan Marvin.

Keduanya pergi ke ruang gawat darurat,  Evano tak bisa tenang saat ia sampai ke ruang gawat darurat Marvin masih ditangani karena terluka parah.

"Semua akan baik-baik saja," ucap Jeano, untuk pertama kalinya dalam pernikahan Jeano mengatakan hal yang mungkin bisa menenangkan Evano.


Rain [sekuel Astrophile]Where stories live. Discover now