END

12.6K 720 70
                                    

Evan ...

Jika nanti kita bertemu lagi, kuharap kamu sudah lebih baik dan sembuh. Itu pasti sakit ya? Maaf Evan, aku bingung harus melakukan apa, jika dengan pergi adalah permintaanmu, maka akan aku lakukan.

Tunggu aku, hanya tunggu sebentar saja. Aku akan menyelesaikan studiku, lalu akan mencari pekerjaan layak, bagaimana bisa aku bersanding dengan seorang Evano yang hebat bahkan sudah belajar menjadi pemimpin perusahaan.

Sebenarnya aku malu, malu akan diriku yang tidak ada apa-apanya dibanding dirimu Van. Tapi aku tak bisa, aku tak bisa lagi meninggalkanmu, aku mau kita bersama, berbagi tawa, merawat si kembar dan juga bahagia bersama tentunya.

Aku akan belajar percaya kuat pada pasangan, aku akan belajar membuat pondasi kepercayaan. Jaga dirimu dan juga anak-anak. Oh ya Tuhan, aku masih muda tapi aku sudah memiliki putra, bukankah kita hebat?

Jika setelah studiku selesai dan aku tak bisa menemuimu karena kekuranganku yang belum bisa kututupi kau bisa pergi Van, kau bisa memilih dengan dominan lain. Aku tak apa, jangan menungguku jika nanti setelah studi aku belum juga kembali. Hanya saja, aku benar-benar akan mencintaimu. Aku ingin merasa layak tapi jika ada yang lebih layak dariku kau bisa pergi dengannya.

Sampai jumpa Evano ... ini akan sedikit lama, tapi aku akan berusaha giat agar mendapat hasil memuaskan.

Jeano

Evano meremas kertas itu, sudah seminggu tak ada lagi Jeano yang duduk di lantai depan pintu utama. Jeano pergi dan hanya menitipkan surat itu pada Darel.

Rasanya aneh, rasanya ia tak terima Jeano pergi begitu saja. Tak bisakah pria itu berjuang sedikit? Evano kesal dibuatnya, benar-benar keterlalun. Ia mengirim surat cerai agar Jeano datang tapi yang datang hanya surat berisi tulisan menyedihkan.

"Evan ... jika kamu tak bisa melepasnya jangan dipaksa, bukankah lebih baik berdamai dengan luka?" Samuel mengusap bahu sang putra.

"Maksudku, aku ingin dia berjuang lebih keras lagi. Bukan malah pergi, aku menyuruhnya pergi bukan berarti benar-benar pergi." Evano memeluk Samuel, ia tak tahu jika Jeano sebodoh itu.

Tapi Jeano bilang ia harus menunggu bukan? Maka Evano akan menunggu, tapi jika sampai Jeano berbohong ia bersumpah tak akan sudi memaafkan pria itu.

"Evan akan menunggunya pa," ucap Evano lirih.

Samuel tersenyum tipis, ia setuju akan keputusan Jeano yang berjuang di luar sana mengejar studinya dan juga ingin mensejajarkan dirinya dengan Evano agar ia sendiri tak merasa insecure dikemudian hari. Keduanya akan bertemu setelah luka itu sudah sembuh.

Kehidupan penuh warna dan liku-liku, banyak jalan yang harus dipilih. Tapi kita harus pandai memilih jalan, jalan mana yang akan mempertemukan kita dengan sebuha kebahagiaan. Dunia itu pahit, hidup itu banyak menyakitkan tapi semua itu ada ujungnya, kebahagiaan.

Menyerah di tengah jalan hanya untuk pengecut penakut yang tak mau lelah dan banyak mengeluh, mengakhiri perjuangan sendiri sama dengan kalah dalam pertempuran. Semua juga mendapatkan luka, jangan anggap diri sendiri orang paling menyedihkan di dunia, orang paling tersakiti di dunia. Hey, jika ada orang yang porsi lukanya lebih banyak mendengar keluhan sampahmu, mereka akan tertawa. Menertawai kelemahan dan kebodohan dari dirimu.

Garis takdir tak akan tertukar, jangan merebut apa yang bukan hak mu, jangan melupakan apa kewajibanmu jika kelak bahagia itu ingin kau raih. Berhenti mengeluarkan keluhan sampah yang akan memperlihatkan dirimu begitu lemah.

Cukup jika kau terluka maka menangislah, jika bahagia maka tertawalah. Jangan bersembunyi dibalik topeng yang akan menyakiti dirimu sendiri. Jika di dunia ia jahat maka jadilah orang yang baik, semua sudah di takar, hukum tabur tuai itu nyata.

Orang berprilaku baik tak akan selamanya mendapatkan luka, berbeda dengan mereka yang menanam hal keburukan mungkin terlihat selalu menang dan menyenangkan tanpa mereka sadari mereka akan hidup dalam ketakutan, takut akan ketahuan, takut akan karma yang menimpa begitu berat banyak hal yang merugikan bagi orang seperti itu.

Semua orang bisa memaafkan tapi tak bisa melupakan, jika hari ini prilakumu menyakiti orang lain maka dikemudian hari akan ada tokoh jahat lain yang akan lebih menyakitimu. Bahkan kejahatan sebiji sawipun akan dibalas dengan kepedihan yang setimpal begitupun sebaliknya, walaupun kebaikanmu hanya menyingkirkan duri di jalan maka kelak jalanmu tak akan berduri. Jangan menabur duri di jalan orang lain, siapa tahu kelak kita akan berjalan ke arahnya dan meminta bantuannya.

Jeano pria yang baru saja 19 tahun itu menatap langit malam dengan sendu, ribuan bintang terlihat biasa saja di saat ia menyukai bulan. Ia menanamkan pada dirinya jika ia tengah menikmati hukuman atas tindakannya. Jeano berjanji akan kembali dengan Jeano yang layak dan pantas untuk Evano. Ia ingin menjadi ayah yang hebat, ia ingin menjadi suami yang baik.

Ia menggulir matanya menatap surat cerai yang sama sekali tak ia sentuh, ia sudah memegang teguh prinsipnya selama empat tahun ke depan ia akan memperbaiki segalanya.

"Tunggu aku Van, hanya tunggu walau sedikit lama aku akan berjuang," gumam Jeano.

Rasanya sakit dan menyiksa, menahan rindu yang begitu menyesakkan. Ia benar-benar bajingan tengik yang meninggalkan keluarganya begitu saja, meninggalkan buah hati yang masih kecil dan membebankan segalanya pada sang submisif.

Meski begitu Jeano tak akan telat mengirim surat untuk mereka, karena semua sosial medianya di blokir oleh Evano. Hanya surat yang mungkin akan dibaca Evano walau tak dibalas tak apa, yang terpenting Evano membacanya.

"Sampai jumpa Evan, tunggu aku. Jaga dirimu dan si kembar, aku akan sangat merindukan kalian. Tunggu walau sedikit lama, jangan pernah pergi."

Rain [sekuel Astrophile]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang