24

6.5K 554 59
                                    

Sudah sebulan setelah kepergian Marvin, rasa kehilangan masih ada tapi Evano tetap berusaha menata dirinya kembali.

Minggu depan adalah acara kelulusan Jeano yang seharusnya ia juga naik kelas. Evano tak akan menjadikan pikiran di saat orang lain lulus dan naik kelas soal pendidikan tak ada yang terlambat ia bisa menyusul.

Evano sudah bisa berjalan kembali walaupun belum bisa beraktivas aktif seperti dulu, tapi kini ia sudah tak membutuhkan kruk. Evano juga sudah belajar masak, ia banyak menyibukkan diri dengan masak, merawat bunga, dan terkadang berjalan-jalan di taman.

"Aku pulang." Jeano menghampiri sang submisif yang tengah fokus pada ponselnya, ia terpaksa ke swalayan hanya demi Evano yang minta dibelikan telur dan terigu padahal ia sangat ingin menghabiskan waktu liburnya dengan malas-malasan.

"Simpan di meja." Evano masih fokus menonton siaran video yang menjelaskan cara membuat cake.

Jeano menghela napas, selama kepergian Marvin yang dilakukan Evano tak ada yang menjengkelkan bahkan Evano tak menyinggung persoalannya dengan Ola.

Jeano merasa bersalah saat melihat bagaimana Evano mati-matian menyembunyikan kesedihannya, apalagi setelah kelulusan Jeano akan menikahi Ola, sudah banyak yang dipersiapkan.

"Aku akan membuat cake, agar saat baby lahir nanti dan sudah bisa makan makanan berat, aku akan membuatkan cake untuknya," tutur Evano, ia menutup ponselnya.

Jeano hanya diam menatap mata teduh itu, mata yang sudah kehilangan binarnya.

"Jean, aku tahu kau masih tak menerima keadaan kita saat ini. Tapi aku mohon tunggu aku sampai aku bisa membuktikan jika aku tak bohong, aku akan membuktikannya." Evano mengelus tangan Jeano, helaan napas terdengar berat. Jujur saja Evano lelah, tapi jika ia menyerah ini sudah setengah jalan, banyak perjuangan dan banyak keringat begitupun air mata yang ia keluarkan untuk berada dititik ini.

Semua orang bisa mengatakan dengan mudah jika ia bisa mencari yang lebih dari Jeano, lalu siapa? Siapa memangnya pria yang lebih dari Jeano dan mau dengannya? Bahkan Jeano yang jelas bisa ia kendalikan saja terus-terusan menolak, Evano merasa insecure, ia merasa dunia memandangnya buruk apalagi saat berita kehamilannya mengguncamg sekolah, bahkan Evano mengubah pengaturan akun instagramnya menjadi private, karena terlalu banyak hate komen di kolom komentar postingannya.

"Baiklah, aku akan membuat cake nya. Kau mau menemaniku?" Evano berdiri dari duduknya.

"Tidak," ucap Jeano, menolak.

Evano hanya tersenyum, ia segera pergi ke dapur. Bahan-bahan sudah siap, ia mulai melakukan apa yang diajarkan video.

Sedangkan Jeano asik berbalas pesan dengan Ola, tentang dimana mereka akan menikah, lalu apa saja yang harus disiapkan, banyak yang mereka bahas sampai Jeano terkekeh geli dengan pesan-pesan Ola yang menurutnya lucu.

Ola bahkan mengganti nama kontak Jeano menjadi 'ayah' terlihat manis dan membuat Jeano merasa senang, tanpa ia sadari Evano melihat tingkah Jeano yang tertawa dengan ponselnya.

"Apa ia masih berhubungan dengan Ola?" gumam Evano, tapi ia segera menggelengkan kepalanya. Tak baik berpikiran yang tidak-tidak, ia juga harus menjaga kesehatan dan tak terlalu berpikir berat untuk kesehatan sang anak.

Evano si manja mulai merubah dirinya dengan banyak hal, dulu ia sangat malas masuk ke dapur apalagi masak, tapi saat ini Evano rasa tempat yang paling sering ia kunjungi adalah dapur.

Ia belajar membuat cake bukan hanya untuk sang anak kelak, melainkan ia berusaha mati-matian untuk membuat kejutan dihari kelulusan Jeano, ia akan membuat cake terenak dan orang pertama yang akan merasakan kejutan dengan cake tersebut adalah Jeano. Memikirkan hal itu membuat Evano tersenyum, ia semakin semangat untuk terus belajar.

Evano menghabiskan waktu hampir tiga jam hanya untuk membuat cake gagal karena terlalu lembek, ia rasanya ingin menangis, pinggangnya terasa sakit tapi hasilnya tak memuaskan. Evano mendudukan dirinya, menatap cake lembek dan terlalu manis itu dengan sendu.

"Apa sudah selesai?" Jeano yang sudah banyak melakukan banyak hal selama Evano membuat cake, ia menatap heran dengan ekspresi muram sang submisif.

"Apa hanya ini?" tanyanya, menatap cake kecil di atas meja, ia pikir Evano membuat banyak cake karena menghabiskan waktu lama, ternyata hanya satu cetakan saja?

"Ya dan ini gagal, lembek dan terlalu manis," ucap Evano lemas, ia melepas celemeknya.

Jeano duduk dihadapan Evano. "Begitu ya, oh ya Van ... aku akan keluar malam ini, teman-teman mengajakku nongkrong karena itung-itung acara sebelum perpisahan," tuturnya.

Evano ingin melarang, tapi kembali lagi itu adalah hak Jeano. Ia tak mau melarang ataupun membatasi Jeano dengan teman-temannya.

"Pergi saja, lagipula malam ini aku akan tidur cepat," ucap Evano setengah hati.

Sebenarnya Jeano bohong, ia sama sekali tak ada janji dengan teman-temannya melainkan ia ada janji dengan Ola, ia berjanji akan mengajak Ola kencan malam ini.

"Kira-kira jam berapa kau akan pulang?" tanya Evano, ia mulai membereskan peralatan yang kotor.

"Eum sedikit larut mungkin," jawab Jeano.

"Saat pulang kau telepon saja, aku akan mengunci pintu dan saat kau telepon baru akan kubuka, karena aku sedikit penakut," tutur Evano. Ia tak terbiasa tinggal sendirian di rumah, ia akan mengunci semua jendela dan pintu agar tak ada celah untuk maling.

"Baiklah, aku pergi sekarang. Tidurlah, jangan terlalu larut." Jeano pergi setelah mengatakan itu.

Sehari-hari seperti inilah hubungan mereka, dingin dan monoton tak ada kata romantis maupun sebaliknya, Jeano bahkan sudah lama tak memaki atau mengumpat pada Evano.

Pria dominan itu memilih diam-diam menjalankan hubungannya dengan Ola. Selain ia menepati janjinya pada Ola, ia juga tak akan melukai Evano selama submisif itu tak tahu.

Awalnya ia ingin memberi tahu Evano dan meminta pengertian tapi jika dipikir kembali Evano baru saja kehilangan, Jeano tak mau mengambil risiko. Saat acara perpisahan minggu depan, besoknya setelah itu ia akan menikah dengan Ola. Terdengar jahat, tapi Jeano juga bingung, ia ingin percaya pada Evano tapi entah kenapa di saat ia berusaha percaya bayangan tingkah Evano yang sering berbohong hanya ingin simpati darinya, membuat Jeano kesal dan tak bisa percaya pada Evano.

Jeano akan menjalan segalanya secara sembunyi-sembunyi, itu demi kesalamatannya juga bukan karena Marvin sudah pergi ia bisa aman, dikeluarga Evano masih banyak dominan-dominan yang akan melindungi submisif itu, paman kembar, Darel, dan juga Kai mungkin. Jeano tak akan ceroboh untuk kedua kalinya.

Rain [sekuel Astrophile]Where stories live. Discover now