06

6.8K 912 6
                                    

Up!!
.
.
.

06

Karena perkenalan kemarin belum tuntas, jadi hari ini Liam lanjut berkenalan dengan saudaranya yang lain. Mereka bertemu lagi saat sarapan. Rasanya aneh, karena mereka saudara seayah seibu tapi harus berkenalan layaknya orang asing yang baru saling bersua.

Tapi mau bagaimana lagi, keadaan membuat mereka terpisah dan harus berada dalam kondisi ini.

Yang pertama adalah Niels, anak ke-3. Selisihnya dua setengah tahun dari Liam. Yang mana itu artinya anak itu berumur hampir 5 tahun sekarang. Seperti Emerald, Niels mewariskan rambut hitam ibu mereka. Mungkin, Niels yang tak mewarisi sedikitpun ciri fisik Astra, sebab netranya juga bewarna emas seperti Nereida. Begitupun garis wajahnya yang mirip dengan sang ibu.

Niels adalah anak dengan pembawaan yang tenang. Tak banyak bicara. Tapi tak datar dan dingin seperti Lionel. Liam lumayan suka dengan shura saudaranya yang itu.

Dan terakhir adalah Emerald. Sudah dibilang dia mirip dengan Liam, dengan surai bewarna hitam alih-alih perak seperti Liam. Emerald tak jauh beda dengan Alice. Pembawaannya lembut dan hangat. Dia murah senyum dan ramah namun dengan hawa tengil yang terselubung.

Selesai dengan perkenalan dan sesi sarapan, masing-masing orang mulai dengan kesibukan sendiri. Liam seperti biasa, dia menghabiskan waktu dengan membaca buku. Namun kali ini Liam membaca di perpustakaan. Untuk pertama kalinya, melihat ruangan yang luas dengan buku-buku berderet sampai langit-langit Liam merasa benar-benar bersemangat.

Ia melangkah masuk dengan mata berbinar diiringi Nico di belakangnya. Setelah keluar dari paviliun, Nico masih menjadi pengawal pribadi Liam. Ada juga dua orang lagi yang berjaga di depan pintu perpustakaan tak ikut masuk. Yaitu Dale dan Elinor.

Sementara Ksatria lain yang dulunya bertugas menjaga paviliun Liam  bergabung dengan pasukan di perbatasan. Katanya ada sedikit masalah di perbatasan akhir-akhir ini.

"Nic, angkat aku," kata Liam merentangkan tangannya pada Nico, "Aku mau melihat-lihat buku di atas."

Nico menuruti. Ia mengangkat tubuh mungil itu. Membiarkan Liam memilah-milah sampai menjatuhkan pilihan pada tiga buah buku dengan sampul kusam. Nico menurunkan Liam di kursi yang ada di perpustakaan.

Bocah itu tampak antusias ketika meletakkan bukunya di atas meja dan mulai dengan salah satu buku dengan sampul yang terbuat dari kulit. Menunjukkan kalau buku itu telah lama ada dan lumayan berumur.

Dari dulu Liam suka sekali membaca. Ada banyak hal yang bisa ia temukan dalam buku. Dan menurut Liam, buku adalah sumber pengetahuan paling praktis di dunia. Dan juga, Liam bukan sembarang membaca selama ini. Berdasarkan arahan dari Killion dan petunjuk Lucia, Liam memperoleh banyak informasi tentang dunia ini dan mulai menganalisis untuk langkah yang akan ia ambil ke depannya.

"Eh?"

Nico yang berdiri di belakang Liam mendekat, "Ada apa pangeran?"

"Tak apa," sahut Liam. Ia menutup bukunya dan turun dari kursi. "Bawakan ketiga buku itu ke kamarku. Aku ingin jalan-jalan sebentar."

Nico memungut ketiga buku di meja dan membawa bersamanya. Sedikit heran juga karena tak biasanya Liam berhenti membaca buku setelah baru sampai beberapa halaman saja.

Liam keluar dari perpustakaan bersama Nico. Pria itu memberi isyarat pada Dale dan Elinor untuk mengikuti Liam. Sementara dia sendiri memilih jalan yang berbeda untuk meletakkan buku-buku si pangeran di kamarnya.

Bocah dua tahun itu berjalan di sepanjang koridor dengan  pikiran yang tak sepenuhnya fokus. Sebelah tangannya menyentuh dinding yang ia lalui. Sementara kepalanya mereka ulang kejadian di perpustakaan tadi.

Be The Devil PrinceOnde histórias criam vida. Descubra agora