49

1K 181 13
                                    

Hohohoho... 49 geesss

Gimanapun endingnya nanti terima ajalah ya.... Aku sudah kelewar trauma dengan genre fantasy kerajaan gini🥲🥲

.
.
.
.
.

Langit tampak begitu gelap dan suram namun hujan tak kunjung turun. Sementara api menjalar dimana-mana menyapu habis seluruh hutan membuatnya jadi lautan api yang kemudian hanya tersisa abu dan arang yang tampak mengenaskan.

Pertarungan yang menyebabkan kerusakan besar ini terjadi berjam-jam yang lalu. Dan setelah setengah mati berjuang melawan makhluk mengerikan yang tiba-tiba saja muncul itu, Emerald dan teman-temannya bahkan sudah kehilangan semangat bertarung.

Mereka yang awalnya mengira sudah akan menang, seketika dihadapkan dengan keputusasaan saat portal-portal hitam terbuka diangkasa. Dan puluhan monster yang sama kuatnya berjatuhan dan mulai menggila.

"Segila apa orang yang menciptakan monster-monser mengerikan itu?" ujar Javier dengan tatap hampa. Tangannya bahkan tak sanggup mengangkat pedang lagi. Dan mereka justru dihadapkan dengan kekuatan sebesar itu untuk dihentikan.

Di sebelahnya Sergio tertawa hambar, "Satu saja kita sudah nyaris mati. Lalu bagaimana caranya menghadapi mereka yang sebanyak ini?"

Makhluk-makhluk besar dengan sayap dan tanduk di kepala itu mengelilingi mereka. Mata-mata merah menyala yang tampak haus darah berkilat di tengah kabut sisa-sisa pertarungan sebelumnya. Kelompok Emerald tampak seperti kawanan rusa yang terjebak oleh para predator raksasa yang siap memangsa kapan saja.

"Tak ada gunanya menyesal sekarang," Emerald menyeka darah di sudut bibirnya. Ia pun sama dengan teman-temannya. Sudah terlanjur babak belur dan rasanya seluruh otot-ototnya akan meledak bila terus memaksakan lebih dari ini. Tapi, mati dalam kepasrahan bukanlah hal yang ingin ia lakukan setelah pergi sejauh ini.

"Tak ada jalan kembali. Kita hanya bisa memilih bertarung atau mati."

"Oh~~~ aku suka kata-kata itu."

Suara yang asing terdengar entah darimana. Lalu dari arah langit seperti ada sesuatu yang datang. Melesat cepat lalu mendarat.. di kepala Xavier.

Allen menelengkan kepalanya kebingungan, "Kucing???"

Kucing abu-abu di kepala Xavier itu mengibaskan ekornya dan membusungkan dada bangga. Dengan salah satu kaki depannya ia mengetuk-ngetuk kepala yang menjadi tempat pendaratannya, "Bersyukurlah manusia karena dulu kau memperlakukan ku dengan baik, fufufu..."

"Ric???" Xavier menyadari sosok kucing yang tampak familier itu. Ia menangkapnya dengan baik saat kucing itu melompat kepangkuannya.

"Bertambah satu ekor kucing tidak buruk juga," ujar Luna. Entah kenapa sesuatu bernama kematian tak lagi terasa mengerikan dibenaknya sejak kedatangan kucing itu. Mungkin ini yang disebut kesiapan untuk mati?

"Jangan meremehkan kucing nona. Suatu saat aku akan menguasai dunia, dan kalian akan jadi pengikut pertama. Jadi baik-baiklah padaku ya..."

Sementara itu gumpalan asap putih muncul di atas kepala salah satu monster dengan taring besar yang mencuat keluar dan berkulit hijau. Liam muncul disana bersama Killion. Dia mendengus.

"Menguasai dunia apanya.. dasar banyak omong."

Pupil Emerald melebar melihat sosok yang cukup lama tak ia temui itu muncul begitu saja. Setelah susah payah mencari hingga ke tempat ini, akhirnya anak itu datang juga. Emerald sudah menduga hari ini akan tiba. Tapi, dia sama sekali tak mengharapkan bahwa Liam berubah begitu banyak sejak terakhir kali dilihatnya.

Be The Devil PrinceWhere stories live. Discover now