41

1.6K 235 14
                                    

Just call me de or dev
telat bener dah ngasih taunya
heheh biar berasa makin akrab aja sii🤗
...
..
..

Liam terduduk pasrah memegangi luka di perutnya. Ia bersandar pada batu besar di belakangnya. Nafasnya patah-patah. Sementara itu sosok kecil berjongkok di hadapannya dengan memeluk seekor kucing abu-abu.

"Haha.. sialan. Bukannya kau ingin kebebasan? Kenapa malah datang lagi?"

"Kau sendiri yang memutuskan. Aku tak pernah memintanya."

Bocah itu, Xander menatap prihatin pada kondisi Liam yang berdarah-darah. Tangan kecilnya terulur mengelus-elus pelan kepala satu-satunya orang yang bisa membuatnya ketakutan itu.

Liam mengernyit, "Bagaimana caramu kabur dari ayahmu?"

Bibir Xander melengkung ke bawah, "Maaf ya. Dia melihatnya aku dimakan monster. Mungkin sekarang sedang mengamuk di sana. Aku tak bisa kembali lagi karena sudah mati."

Liam menghela nafas. Menyerah menutup aliran darah pada lukanya. Nyatanya memikirkan semua kekacauan yang terjadi membuat ia melupakan semua rasa sakit di tubuhnya begitu saja.

"Kau bilang akan menang," ujar Xander disaat Liam nyaris menutup mata. Membuat sepasang netra kelam pria itu kembali menghunus pada netra merah miliknya.

"Memangnya sekarang aku kalah?"

Xander mengangguk ringan, "Em. Sedikit lagi mati." Lalu dia menunjuk-nunjuk garis-garis hitam samar di sekitar rahang dan leher Liam, "Dan apa ini? Aku memberikan kekuatan itu bukan untuk digunakan begini, William."

"Panggil aku kakak."

"Katakan itu bila kau bisa menggerakkan seujung jari saja."

Memang tak bisa. Liam terlalu lemas, entah kehabisan darah, energi dan lainnya. Mungkin benar kata Xander, dia sedikit lagi akan mati.

"Hoi William," Xander lagi-lagi memanggil. Menyadarkan Liam yang hampir terlelap kesekian kalinya. Bocah itu menepuk-nepukkan kaki depan kucing di pelukannya ke pipi Liam. "Jangan tidur."

"Hm."

"Sion akan datang."

"..."

Xander mengerjap saat Liam tak menjawab. Hanya hela nafasnya yang makin lama terdengar makin tenang dan samar. Ia menunduk menatap si kucing alias Cedric, makhluk berbulu itu hanya mengeong singkat.

Xander menatap Liam lagi. Kali ini memukul kepalanya, satu-satunya bagian yang tak terluka di tubuh pria itu. "Jawab aku!"

"...ya..." Ingatkan Liam untuk memutilasi bocah sialan ini nanti.

Ah, tapi jangankan menganiaya Xander, Liam tak yakin akan terbangun lagi bila dia benar-benar jatuh tertidur saat ini. Matanya berat sekali. Dan tubuhnya terasa ringan. Telinganya hanya samar-samar menangkap suara Xander berteriak heboh disusul dengan suara tenang Sion.

Hingga setelahnya semua menjadi hening dan amat menenangkan bagi Liam. Sampai rasanya dia tak ingin bangun lagi dan selamanya seperti ini.

||||||||||||

"Sebenarnya kenapa jadi begini?" Tanya Xander yang duduk di sudut gua bersama Cedric yang setia dipeluknya. Matanya menatap api unggun yang menyala-nyala. Sementara di seberang sana, dibalik tirai yang dipasang dengan rapi oleh Sion, anak itu tengah mengobrak-abrik (re: mengobati) tubuh Liam. Memastikan si gila itu tidak mati. Setidaknya itu yang Xander pikirkan.

Di sebelahnya Killion, si serigala putih yang kali ini merubah tubuhnya dalam ukuran normal meringkuk nyaman menikmati hangat yang menjalar akibat api di dekatnya. Ekornya bergerak pelan sebelum kemudian menyahuti pertanyaan Xander.

Be The Devil PrinceWhere stories live. Discover now