31

2.6K 396 8
                                    

Beberapa jam sebelum semifinal dimulai......

Masih ingat dengan wanita misterius di babak penyisihan yang mengenakan pakaian serba hitam dan memakai cadar yang menutupi separuh wajahnya? Dia tengah berada di sebuah penginapan dengan seorang 'pasien' yang mengganggunya pagi-pagi buta.

"Jadi... kenapa yang mulia berpikir saya harus membantu anda?" Tanyanya seraya menyiapkan beberapa peralatan untuk operasi darurat.

"Aku tau tidak baik mengunjungi kamar seorang gadis malam—akh! Sion!"

Sion berwajah datar. Sama sekali tak merasa bersalah sudah menekan luka diperut pasien dadakannya secara sengaja.

"Sekali lagi kau bilang begitu akan ku sobek luka ini sampai kau mati kehilangan darah."

Pasiennya tertawa. Sion memang memiliki tampilan yang cantik. Ditambah lagi rambut panjangnya sering membuat orang-orang salah paham dan menganggap dia adalah seorang wanita. Padahal sebenarnya dia adalah seorang laki-laki tulen.

"Maaf, maaf. Bisakah kau segera menjahit lukanya? Serius rasanya semakin sakit sekarang."

Sion selesai dengan persiapannya dan memulai pengobatan dengan segera. (Ndak paham sih ngarang aja nih saya. Intinya diobatin lah.)

Beberapa jam kemudian fajar menyingsing. Hari sudah pagi. Dan Sion selesai dengan pasiennya. Dan sekarang orang itu tengah menguasai ranjang Sion untuk dirinya sendiri dengan perut diperban.

"Sion, berikan aku baju. Bajuku penuh darah dan sudah sobek. Kau bakar saja yang itu."

Sion duduk di kursi, "Biasanya orang akan meminjam bukannya meminta."

"Aku ini bukan orang biasa, kau tau?"

Menyerah berdebat, Sion memberikan sebuah kemeja hitam miliknya.

"Yang mulia, saya harap lain kali anda tidak gegabah dan membekukan luka anda seperti itu lagi. Cara yang ekstrim itu benar-benar gila. Tidakkah anda memikirkan resikonya?"

Mungkin kalian sudah menebak siapa pasien dadakan Sion ini. Benar dia adalah Liam. Alih-alih kembali ke akademi dia memilih mengusik salah satu kenalannya yang berada di penginapan.

Liam beranjak duduk dan mengenakan kemeja yang Sion berikan, "Itu cara paling efektif. Tutup rapat mulutmu tentang hari ini."

"Bisakah saya melaporkan pada ketua?"

"Justru karena aku tak ingin dia tau makanya aku datang padamu. Situasinya tidak tepat. Aku tak bisa membicarakan dengan Klein sekarang."

Sion terdiam. Dia cukup lama mengenal Liam. Sion berhutang nyawa padanya dan bersumpah mengabdikan hidupnya pada Liam. Jadi apapun yang Liam perintahkan akan dia turuti.

"Kau tau kenapa aku banyak berbagi rahasia denganmu Sion? Karena kau orang yang seperti ini. Kau hanya mendengarkan apa kataku dan mematuhi perintah. Dan tidak mencoba mengorek sesuatu yang tak ingin ku katakan. Kau sangat loyal dan amat sangat berguna."

Sion tak berekspresi banyak. Dia sudah terbiasa dengan Liam yang selalu blak-blakan. "Itu terdengar seperti saya hanya sebuah alat untuk anda."

Dengan tak bersalahnya Liam menyahut enteng, "Memang benar kan?"

"Ah, itu membuat sakit hati. Padahal anda bilang saya seperti adik bagi anda. Apakah hanya saya yang menganggap kita adalah keluarga?"

Liam memiliki ekspresi aneh di wajahnya, "Aku tak bisa membedakan saat kau serius atau bercanda."

"Saya bercanda."

Liam mengangguk acuh. Selesai memakai baju dia berbaring lagi. Mencoba untuk tidur.

"Saya akan ke akademi duluan. Anda bisa tidur karena turnamennya dimulai pukul 10 nanti. Saya akan meminta seseorang mengantarkan makanan nanti. Anda bisa memakannya begitu bangun."

Be The Devil PrinceWhere stories live. Discover now