20

4.6K 628 8
                                    

WiFi cem t*i kuota pun sekarat🥲🥲 bagi kalian yg senggang mampir ke karyakarsa ya untuk mengobati diriku yang memprihatinkan ini🥲link ad di bio🥲🥲 tengkyuuu beibeeh😘

.........

Langit-langit coklat tua yang dihiasi ornamen klasik adalah hal pertama yang Emerald lihat ketika membuka mata. Dia tak bergerak. Matanya menatap lurus. Seolah apa yang ia lihat lebih jauh dari sekedar langit-langit yang berada 4 meter di atasnya itu.

"Ugh...."

Tanpa sadar tangan Emerald menuju tempat dimana jantungnya berada. Detakannya begitu kuat dan nyata. Tapi masih tak cukup untuk membuat Emerald menghela nafas lega ketika bayangan mimpinya barusan muncul dibenaknya.

Sebuah mimpi buruk membangunkannya. Mimpi dimana disebuah hari yang cerah, dapur istana dipenuhi darah. Dan Emerald terduduk di sudut ruangan dengan dada berlubang yang mengucurkan darah.

"Emer, kau sudah bangun?"

Dari balik tirai putih yang membatasi tiap ranjang diruang kesehatan sosok Sena muncul. Dari suara jernihnya saja Emerald sudah bisa menebak itu dia. Apalagi ketika perempuan itu terlihat dimatanya. Emerald langsung beranjak duduk.

"Ah, ya. Terimakasih sudah datang Sena."

Sena tersenyum. Sementara orang dibelakangnya memasang tampang buruk.

"Oi yang datang kesini bukan hanya dia lho."

Wajah Emerald yang semula berseri langsung berubah datar ketika melirik sekilas pada eksistensi yang dianggapnya 'mengganggu' di belakang Sena itu.

"Oh, Eugene, ada kau kemari?"

"Wah," Eugene takjub bercampur frustasi. "Darah memang tak pernah bohong. Kau dan dia sama-sama membuat ku ingin membakar hangus kalian saja."

"Dia...." Kata-kata Eugene mengingatkan Emerald pada Liam. Dia jadi mengingat kembali mata merah menyala yang membuatnya merinding. Sebenarnya ada apa dengan adiknya itu?

"Kau tak perlu mengikuti kelas hari ini. Jadi gunakanlah waktu ini untuk beristirahat. Aku tak mau dikatai wali kelas keji yang mengeksploitasi muridnya habis-habisan lagi oleh guru-guru lain. Tck, memikirkan itu saja sudah membuat ku kesal."

Emerald menatap aneh Eugene yang pergi sambil menggerutu. Dia menatap Sena penuh tanya.

"Guru-guru melakukan protes pada Eugene karena mereka kira Eugene jadi penyebab murid kebanggaan mereka jadi begini," papar Sena tersenyum tipis. Tapi senyumnya tampak agak menyeramkan sebab dibalik itu dia menikmati saat ketika Eugene tak berdaya menghadapi Omelan guru-guru wanita yang memprotesnya. Ah, dari Sena memang sudah punya dendam pada wali kelasnya itu.

"Bagaimana dengan kelas bawah?" Emerald bertanya.

"Eugene membatalkannya. Wakil akademi juga menegurnya karena terlalu sering mengirim kelas kita kesana."

"Lalu Liam...."

"Ada apa dengan Liam?"

Emerald tampak ragu. Kemudian dia menggeleng pelan, "Tidak, bukan apa-apa. Lupakan saja."

||||||

Sementara itu di kelas bawah di lantai 77, terdapat sebuah arena berbentuk lingkaran dengan dinding tinggi yang mengelilinginya. Dan ditengah-tengah arena itu kini Liam berbaring sembari menikmati coklat yang dibawakan Hera untuknya. Satu kakinya yang dinaikkan ke atas lutut yang ditekuk ia gerakkan dengan gestur bosan.

"Derryl."

"Hadir!"

Liam masih menatap lurus ke atas. Dimana terdapat pemandangan langit yang tampak jauh disana. Padahal lantai ini berada jauh dibawah tanah, tapi langit terlihat jelas dari sini. Itu salah satu bentuk keajaiban yang diciptakan dengan shura.

Be The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang