39

1.6K 251 18
                                    

Anjayy dah seratus rebu 😂
.
.
.
.

Chapter ini full konflik wkwkwk siapin diri aja
Ya maap juga kalau gaje
Buntu nih my brain mikirinnya!
50 harus tamat pokoknya!!
.
.

Sepasang netra semerah darah itu terbuka. Tampak olehnya tempat yang masih sama gelapnya sebelum ia menutup mata sebelumnya. Senyum tersungging di wajah rupawannya. Dan tatapnya teralih pada benda bulat di tangannya yang bersinar kemerahan.

"Dia sudah menyadarinya belum ya?" Tanyanya entah pada siapa.

Dia, Gaia. Gadis itu turun dari tempatnya duduk menuju sebuah peti putih yang ada ditengah-tengah gua gelap tempatnya berada. Penutup peti itu terbuka setengahnya. Memperlihatkan bagian dalam yang sama putihnya mendekap tulang belulang yang tersusun dengan lengkap.

"Lex, lagi-lagi kau terjerat oleh perangkap yang sama seperti dulu. Ah.. sepertinya aku akan menang kali ini."

|||||||||||

Setelah tak sadarkan diri hampir tiga hari penuh, Liam akhirnya membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah raut terkejut Mihail. Membuatnya spontan memejamkan mata berpikir hanya halusinasi semata.

'Ah, masa dia memburu ku sampai kesini?'

"Pangeran William? Anda bisa mendengar saya?"

Dia berbicara formal. Tampaknya pikiran Liam terpatahkan. Dia mengira Mihail datang karena mau menyeret ke menara untuk lanjut bekerja. Rupanya pria itu datang sebagai kepala menara atas permintaan raja.

Setelah yang satu itu tuntas, Liam baru sadar akan kondisi tubuhnya. Rasanya kaku dan dadanya bagai terhimpit sesuatu membuat nafasnya menjadi berat.

Liam berdehem dengan mata terpejam sebagai respon atas panggilan Mihail. Dapat ia dengar beberapa suara langkah kaki berdatangan. Suara-suara orang saling bicara.

Aneh. Tapi sekarang Liam rasanya mengantuk sekali. Mungkin dia akan tidur sedikit lebih lama lagi.

Selang dua jam, dia kembali terbangun. Mendapati ratu Nereida berada di samping tempat tidurnya sembari menggenggam tangannya. Wanita itu tampak menggumamkan banyak hal selagi dia menunduk mengecup pelan punggung tangan putranya.

"Cepatlah bangun.."

Liam memejamkan mata sejenak lalu menatap ibunya lagi, "Aku sudah bangun." Sahutnya pelan dan lirih.

Hal itu membuat sang ratu tersentak. Tak lama matanya yang sembab kembali basah begitu mendapati sepasang netra sekelam malam milik Liam benar-benar terbuka, meski tampak sayu.

Nereida membantu anak itu yang ingin beranjak duduk. Sebelum Liam sempat bicara, dia memeluknya erat. Mengusap punggungnya anaknya perlahan. Seakan dengan itu menggumamkan terimakasih entah pada siapa setelah melihat putranya berangsur membaik dari sebelumnya.

Sepertinya banyak hal terjadi hanya dalam waktu 3 hari. Bahkan beberapa saat setelah Liam terbangun ia kini telah dituntun menyusuri lorong istana. Menuju istana utama. Memasuki ruangan rahasia di bawah tanah, tempat para raja dan ksatria disumpah untuk mengabdikan hidup mereka dan menjanjikan loyalitas hanya untuk Calais.

Pintu berdaun dua itu dibuka. Memperlihatkan karpet merah membentang di depannya menuju altar. Dan di samping kiri kanan terdapat kursi-kursi yang diisi oleh orang-orang tertentu saja.

Anggota keluarga kerajaan ada disana. Beberapa pejabat tinggi di Calais. Petinggi menara. Dan bahkan Kaisar. Ah, benar-benar gila. Apa yang harus Liam hadapi setelah bangun dari tidurnya selama tiga hari ini?

Be The Devil PrinceWhere stories live. Discover now