27

2.6K 362 4
                                    

Diamond tournament diadakan sekali setahun di akademi J'Hester. Turnamen ini digelar oleh akademi dengan disponsori oleh Kekaisaran dan Menara Charisma.

Pesertanya bukan hanya dari dalam akademi saja. Tapi juga murid akademi lain. Selama terdaftar dalam salah satu akademi maka bisa mengikuti turnamen. Berbeda dengan aturan bagi murid akademi yang diwajibkan lulus ujian teori agar bisa ikut, untuk siswa akademi lain mereka hanya perlu registrasi saja dan memberi biaya pendaftaran.

Biaya pendaftarannya pun terbilang lumayan murah, sehingga banyak dari kalangan bawah juga ikut serta. Turnamen ini hadiahnya memang cukup menggiurkan sehingga para siswa akademi berbondong-bondong untuk ikut.

Tentu saja perlakuan khusus untuk kelas alpha yang langsung lolos ke semifinal melalui persetujuan Kaisar dan yang lainnya. Karena kemampuan mereka telah diakui oleh khalayak banyak. Keberadaan mereka di kelas alpha bukan hanya sekedar peringkat belaka.

Disaat musim turnamen begini, akademi sangatlah ramai. Karena banyaknya siswa dari akademi lain dan juga para bangsawan dan pedagang yang berdatangan. Turnamen ini juga merupakan salah satu ajang untuk memperkuat koneksi dikarenakan banyaknya hadir orang-orang penting yang mencari talenta muda untuk mereka rekrut.

Hari pertama di babak penyisihan, Liam berencana untuk tidur dengan maksimal. Dia ingin beristirahat. Karena mendekati hari turnamen, dia juga dibuat sibuk oleh tugas-tugas dari Mihail.

Lebih lagi Liam satu-satunya yang tersisa di divisi 0. Karena Klein, Hera dan Derryl sekarang adalah anggota LE, mereka tentu disibukkan dengan turnamen. Liam sekarang memimpin satu unit pasukan khusus yang bertugas mengamankan jalannya acara.

Karena banyak orang penting yang hadir, tentu keamanannya harus dijaga ketat. Dari semua tugas merepotkan itu dia juga masih harus mengikuti perjamuan saat pembukaan resmi dan berbaur dalam lingkup sosial sebagai calon pemimpin menara di masa depan. Mihail ternyata benar-benar serius soal hal ini.

Kurang melelahkan apalagi hidupnya ini? Sudah begitu dia masih juga dipaksa ikut turnamen. Sialan. Liam tak bisa berleha-leha seperti dulu lagi.

"Kau serius mau tidur sepanjang hari?" Javier menatap tak percaya Liam yang sudah diambang batas antara mimpi dan kenyataan.

"Sudahlah biarkan saja. Lagipula dia tak bertanding sekarang," ujar Xavier. Sembari membawa Deric bersamanya. Kucing itu malah melompat dan naik ke ranjang Liam.

"Ric, kau mau menemani Liam disini?"

"Miaw...."

Xavier mengedikkan bahu dan berlalu pergi bersama Javier. Setelah mereka pergi, Deric naik ke dada Liam dan menepuk-nepuk wajahnya.

"Aku merasakan keberadaan iblis kecil di dekat sini."

"Hm?" Mata Liam setengah terbuka. "Xander?"

"Ya, aku disini."

Yang disebut namanya muncul di jendela. Dia melompat masuk dengan susah payah karena tubuh pendeknya.

Liam melengos malas, "Mau apa kau kesini?" Gumamnya malas.

"Kau tidak merindukan ku?"

"Tidak. Enyahlah."

"Jahat sekali," ujar Xander tak acuh. Dia melompat ke ranjang Liam membuat pria itu mengerang karena kakinya terinjak. "Ups maaf."

"Serius, pergilah."

Xander mendekat dan menatap khawatir wajah Liam, "Ada apa? Kau sakit?" Dia lalu menatap Deric, "Dia keracunan ya?"

Kucing itu menggeleng, "Tidak tau." Kaki depannya menepuk-nepuk wajah Liam, "Iblis besar sudah tak bersemangat sejak pagi."

Panggilan macam apa itu? Pikir Xander. Tapi dia mengabaikannya. "Hei, apa Mihail mengeksploitasi mu habis-habisan?"

"Ya. Pergilah," sahut Liam lemah. Dia benar-benar mengantuk saat ini. "Sembunyikan auramu jangan sampai Mihail atau siapapun menyadarinya. Tetaplah bersama dengan Duke Aegus."

"Oke. Aku pinjam kucing ini ya untuk alasan karena tadi menghilang tiba-tiba."

Liam mengibaskan tangannya,"Hm. Bawa saja."

Deric hanya bisa pasrah dengan Liam yang seenak hati mengopernya kepada sembarang orang kesana-sini.

Sementara Xander pergi dengan semangat membawa kucing abu-abu bersamanya. Dia meloncat dari jendela. Setelah merapihkan pakaiannya dia berjalan sembari bersenandung kecil.

"Xander."

Xander menoleh. Dia berseru dengan semangat begitu melihat siapa yang memanggilnya, "Ayah!"

"Kau darimana saja?" Tanya Sam. Terlihat wajahnya perlahan berangsur lega setelah menelisik dan menemui Xander baik-baik saja.

"Aku tadi melihat kucing ini dan mengejarnya," ujarnya memperlihatkan kucing di pangkuannya.

Sam menghela nafas lalu menepuk kepala anak itu dengan lembut, "Lain kali katakan pada ayah kemana kau ingin pergi. Jangan pergi begitu saja seorang diri. Itu berbahaya."

"Baik. Maaf sudah membuat ayah khawatir," ujarnya tersenyum manis.

Sam membalas dengan senyum teduh. Sementara itu Deric yang memperhatikan interaksi mereka terdiam cukup lama. Dia lalu menatap Xander lamat-lamat.

'Iblis kecil terlihat hidup.'

||||||||||

"Dimana Liam?" Tanya Emerald begitu melihat Javier dan Xavier berdiri di sampingnya menonton pertandingan babak penyisihan.

"Dia tidur," jawab Xavier.

"Dengan lelap," Javier menambahkan. "Bagaimana pertandingannya?" Tanyanya kemudian.

Emerald mengedikkan dagunya ke seberang arena, "Wanita itu sepertinya cukup misterius. Aku yakin dia menyembunyikan banyak hal."

Javier dan Xavier menatap orang yang dimaksud. Pada seorang wanita dengan pakaian serba hitam serta cadar yang menutupi setengah wajahnya.

"Dia menyelesaikan pertarungan hanya dalam hitungan detik," ujar Emerald kemudian.

"Dari akademi mana?" Tanya Xavier.

Emerald mengedikkan bahu, "Dia dari Zephyr, tapi entah akademi mana, aku lupa. Sepertinya akademinya tak terlalu terkenal."

"Bagaimana dengan yang lain?" Tanya Javier melihat daftar di tangan Emerald. Sebagai salah seorang anggota LE Emerald memang mendapat tugas mencatat jalannya pertandingan. Dia memperlihatkan daftar di tangannya.

"Peter lolos dengan mudah."

"Memang harus begitu biar dia bertemu dengan Liam nanti atau taruhan Eugene akan menjadi sia-sia," Javier terkikik.

"Aku mau melihat-lihat pertandingan yang lain," ujar Xavier sembari berjalan menjauh setelah mendapat acungan jempol dari Javier.

Dia menuju arena lain. Disana terlihat Sena sedang bertugas (dia juga anggota LE) dan ada Sergio serta Luna menonton.

"Apa ada sesuatu yang menarik?" Tanya Xavier menepuk bahu Sergio yang entah mempertaruhkan apa dengan Luna.

"Kau datang Xav, mau bergabung?" Tawar Luna melambaikan beberapa lembar uang di tangannya.

"Apa yang kalian pertaruhkan?"

"Tadi ada seorang kontraktor, aunenya fenrir gila keren sekali! Sena juga ikut bertaruh kalau dia akan sampai ke final."

Xavier menatap aneh pada Sena yang bisa-bisanya bertaruh bersama kedua temannya yang konyol ini. Tapi kemudian dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Fenrir kan? Itu langka. Dia akan sampai final dan bertemu dengan Liam."

Luna dan Sergio tertawa, "Kau sama saja menyumpahi Liam kena sial."

Luna tersenyum senang melihat taruhan ditangannya. Oke, dia harus mengumpulkan lebih banyak. Makanya dia pergi mencari teman-temannya yang lain untuk ikut bertaruh. Kalau perlu Luna mau menyesatkan Eugene juga.

|||||||||

Be The Devil PrinceWhere stories live. Discover now