07

6.4K 783 7
                                    

Rajin kan aku?. 


07

"Anda mau kemana pangeran?" Tanya Dale setelah mengangkat Liam ke dalam gendongannya.

"Ke dapur. Aku mau cari camilan yang tadi."

'Dia suka sekali rupanya,' batin Dale dan melangkah menuju dapur istana.

"Ngomong-ngomong Nico dan Elinor kemana?"

Rasanya akhir-akhir ini Liam jarang melihat dua orang itu. Terlebih Nico. Entah kenapa dia seolah sangat disibukkan sehingga sulit ditemui.

"Elinor sementara waktu menjadi guru untuk Putri Alice," kata Dale.

"Guru? Elinor yang 'itu' jadi guru?"

Dale tersenyum maklum, "Katanya Yang Mulia Putri tertarik dengan racun dan mulai mempelajari nya."

Liam tak dapat berkomentar lagi. Kalau soal racun memang sepertinya Elinor adalah guru yang tepat. Liam dengar Alice memang mempelajari tentang ilmu medis. Berbeda dengan Lionel yang masuk ke akademi, Alice mendalami ilmu kedokteran melalui ahli medis terbaik di Kekaisaran.

Lupakan tentang itu. Liam lebih ingin tau tentang Nico sekarang.

"Kalau Nico, sekarang menjadi guru pedang untuk Pangeran Niels," jelas Dale seolah membaca pikiran Liam.

Liam menatap Dale dengan pandangan tak terima, "Kenapa?"

"Eh?"

"Kenapa harus Nico yang jadi gurunya?! Dia itu kan pengawalku! Memangnya tidak ada orang lain?! Kerajaan ini kekurangan master pedang?! Ken—mmpph!!!"

Dale membekap mulut kecil Liam yang banyak protes itu, "Marah-marah tidak baik untuk kesehatan lho, pangeran."

Liam menepis kasar tangan Dale lalu bersedekap dada dengan wajah ditekuk.

"Kita hampir sampai di dapur istana, lho. Kebetulan kakak saya sedang shift hari ini, mungkin dia bisa sekalian membuatkan makanan-makanan enak lainnya untuk pangeran."

Kakak perempuan Dale, Riana, merupakan salah seorang koki senior di istana. Meski usianya terbilang masih muda, namun berkat kemampuan memasaknya yang luar biasa dia bisa menempati posisi kepala koki. Dan memang Liam akui, masakan Riana itu luar biasa enak.

'Mati.'

Liam terhenyak. Pikirannya jadi kosong setelah satu kata itu lewat di indra pendengarannya. Rasanya seolah sebagian ingatannya dipotong. Dan tau-tau ketika tersadar dia sudah duduk di bangku yang ada di dapur istana.

"Ini kuberikan untukmu. Jangan marah lagi."

Liam menatap ke samping. Ada Emerald yang ikut duduk bersamanya. Ia lalu menatap sekelilingnya. Ada Dale yang berbicara dengan Riana, ada pengawal pribadi Emerald yang berdiri di belakangnya. Ada para pelayan yang sibuk bekerja.

"Lho, kenapa tidak mau? Bukankah kau suka?"

"...."

"Tidak suka makanan manis? Sejak kapan? Perasaan tadi matamu sampai bling-bling begitu saking sukanya."

Eh? Liam menatap bingung pada Emerald. Padahal Liam tak bilang apa-apa. Tapi Emerald seolah tengah berbicara dengannya. Sebenarnya ada apa?

Dale datang pada Liam. Seperti tadi, dia bicara. Dan Liam menyahutinya.

'Tapi itu bukan aku!' Jerit Liam berusaha menghentikan tubuhnya yang berjalan sendiri tanpa bisa ia kendalikan.

'Usaha yang sia-sia, heh.'

Be The Devil PrinceWhere stories live. Discover now