46

1.7K 252 23
                                    

Saya lupa dulu bikin tagar romance di cerita ini bakal apaan🗿🗿
Sekarang benak ku bertanya-tanya 'apanya yang romanteeeessssss??!!' org bunuh-bunuhan doang🙂
.
.
.

Langit bewarna kemerahan saat matahari nyaris tenggelam di ufuk barat. Suasana senja yang biasanya menangkan itu menjadi berkali lipat mencekam karena kondisi sekitar yang menjadi gersang dan luluh lantak dalam sekejap mata.

Tumpukan aune- aune bertubuh besar tersebar disana. Dan dipuncak tumpukan tertinggi tampak makhluk besar dengan mata emas yang menyala. Bulu abu-abunya terkena noda darah begitu pun cakar dan taring yang tadinya ia gunakan untuk menundukkan para aune yang akan ia perbudak di medan perang nantinya.

Dan di atas bukit bebatuan tak jauh dari sana, Liam berpangku tangan. Matanya menatap puas dengan apa yang terjadi dibawah sana.

"Dia berevolusi."

Liam menoleh pada Killion yang baru saja bicara di sampignya. Bibirnya tersungging naik dengan bangga, "Bukan. Tapi itulah dia yang sebenarnya."

Killion menatapnya aneh, "Kenapa kau selalu saja mengeluarkan kata-kata misterius yang membuat orang bertanya-tanya?"

"Misterius apanya? Kau saja yang bodoh karena tak mengerti."

Serius, Killion ingin memukul kepala anak ini bahkan untuk sekali saja. Dia dan tingkah menyebalkannya bisa menguras kesabaran orang paling sabar sekalipun.

"Keturunan vampir dan aune yang bisa bertransformasi." Ujar Liam lagi dengan mata menatap kucing besar ganas yang adalah perwujudan dari Cedric di bawah sana. "Kau kira persilangan selangka itu akan menghasilkan sesuatu yang biasa saja?"

"Kau membicarakannya seolah mereka adalah hewan."

Liam tergelak, "Aune itu kan memang pada dasarnya kategori hewan juga. Mereka hanya terlahir lebih beruntung makanya memiliki kekuatan lebih dibanding spesies aslinya." Lalu dia menatap pria berambut putih itu dengan raut menyebalkan, "Begitu saja masa tidak tau. Aune macam apa kau ini."

Perempatan imajiner muncul di kening Killion. Ah, keinginannya untuk memukul bocah ini semakin bertambah berkali-kali lipat. Tapi saat ini dia harus mengesampingkan emosi-emosi yang tak penting semacam itu.

"Jadi.. sekarang kemana kau akan mencari pengganti prajurit yang telah babak belur itu?"

Pertanyaan Killion justru dibalas tatapan heran oleh Liam. Seolah itu adalah pertanyaan paling bodoh yang pernah ia dengar.

"Mereka kan tidak mati, kenapa harus diganti?"

'Dasar iblis!'

Sekumpulan kabut hitam terbentuk di dekat mereka dan perlahan membentuk portal yang darisana keluarlah Sion bersama dengan Nico.

"Yang mulia."

"Oh Sion. Ramuannya siap?"

Nico yang bersama Sion sepanjang hari ini menatap bingung, "Ramuan apa? Kau membuat ramuan?"

Dengan entengnya Liam menunjuk ke arah tumpukan aune di bawahnya. Dimana ukuran Cedric sudah kembali seperti semula dan kucing kecil itu tengah menjilati bulunya dengan santainya diantara darah- darah yang berceceran.

"Sembuhkan prajurit kita Sion."

Sion menghela nafas lelah, "Yang mulia, perang itu bukanlah suatu hal yang bisa dianggap remeh. Kalau anda main-main dengan nyawa pasukan anda begini dan membuang-buang sumber daya, bisa-bisa kita kalah duluan karena mengalami kebangkrutan."

Liam hanya melambaikan tangannya dengan ekspresi malas, "Kalian kan sudah ku suruh merampok Lionel. Apa hartanya masih kurang?"

Sion menggerutu namun tetap melaksanakan apa yang Liam perintahkan. Dia turun ke bawah dan mulai mengobati para aune satu demi satu.

Be The Devil PrinceWhere stories live. Discover now