47

1.4K 193 15
                                    

Kapok deh bikin genre ini...
Jujur ya saya ndak bisa banget kalau harus masuk bagian kelahinya
Makanya pas nyampe episod yang mesti ada berantemnya otakku mampet sehingga update nya pun ngaret...

Skip aja terus langsung tamat bolee ndk sih? Cavek

.
.
.
.

"Apa sudah selesai?"

"Apa itu pertanyaan?"

"Apa itu juga sebuah pertanyaan?"

Javier menatap jengah Sergio dan Allen yang saling melemparkan pertanyaan tak berfaedah. Ia menoleh pada Alexis yang tampak santai mengelap pisau kesayangannya dengan sapu tangan.

"Kenapa dengan para idiot itu?"

Alexis mengangkat pandagannya. Melihat saudara kembarnya sudah saling mencengkram kerah dengan Sergio ia memberi isyarat untuk mendekat, "Allen, duduklah dengan tenang dengan begitu energi mu tak akan terbuang percuma. Jangan membuat aku menyesal sudah memberimu makan lebih dengan mengorbankan milikku."

Biasanya Alexis itu orang yang tenang. Dia lebih banyak mengamati ketimbang berkomentar. Tapi tampaknya pertarungan mereka dengan sekelompok monster barusan amat menguras engergi secara fisik dan mental sehingga pria itu tampaknya sangat kesal dan sensitif.

Allen yang paham dengan sifat saudaranya, mau tak mau hanya bisa patuh.

Javier terkekeh pelan melihatnya. Lalu dia beralih menatap satu persatu teman sekelasnya yang tengah beristirahat di dekat sumber mata air yang mereka temukan setelah mencari nyaris seharian.

Gelombang monsters semakin menggila. Itu membuat resiko pertarungan semakin tinggi dan banyaknya berjatuhan korban. Pasukan yang semual bersama Emerald menyusuri area barat Calais yang menjadi titik terparah, perlahan berkurang satu persatu.

Hingga beberapa orang yang tersisa Emerald menyuruh mereka kembali. Karena bila terus dilanjutkan hanya akan berakhir tragis karena sebagian yang tersisa kondisinya tak bisa dibilang bagus karena pertarungan yang berkepanjangan.

Sementara Emerald masih terus melanjutkan perjalanan. Diikuti oleh Sena dan Javier. Mereka mulai memasuki kawasan hutan yang diselimuti hawa kegelapan paling pekat diantara semua tempat dikekaisaran hingga masih belum tersentuh sampai sekarang.

Dan disaat ketiganya mulai terpojok, para anggota kelas alpha yang harusnya berada di wilayah mereka masing-masing datang satu persatu hingga mereka berhasil mengamankan sebagian kecil wilayah di dalam hutan untuk dihuni selama pembasmian.

"Dunia sudah sehancur ini. Sewaktu-waktu kita bahkan bisa mati dengan tak terduga. Jadi kalau memang harus mati, kami ingin mati karena melakukan sesuatu yang memang ingin kami lakukan."

Begitu yang Alexis katakan saat Emerald mempertanyakan keberadaan mereka disana.

"Ngomong-ngomong," Sergio duduk di dekat Emerald yang tengah bersandar dengan mata terpejam pada sebuah batu besar. "Bagaimana kau mencari rute untuk pembasmian sejauh ini?"

Emerald yang membuka matanya. Bukan menatap sang lawan bicara, melainkan menatap lurus pada langit yang tampak begitu gelap sore itu.

"Pembasmian?" Gumamnya. "Apanya yang mau dibasmi? Semua sia-sia jika kau berpikir monster-monster itu akan berkurang selama kita terus memburu mereka."

"Kata-kata mu menyiratkan keputusasaan. Itu membuat ku merinding," sela Luna.

Tapi Emerald seolah tak peduli akan apapun dan terlarut dalam dunianya sendiri. Dari tatap matanya yang kosong mentap langit, siapapun tau ada tujuan besar dibalik semua yang dia lakukan sejauh ini.

Be The Devil PrinceWhere stories live. Discover now