67. Leader

960 67 2
                                    

🧡Happy Reading🧡

~Markas II achernar

"Kenapa kalian ninggalin azel?"

"Ini gak seharusnya kayak gini"

"Gue gak percaya kalo azel ngasih posisinya sama dea"

"Kita udah di jalan buntu"

"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya"

Suara lea, alma, diyah dan ve saling bersahut-sahutan.

BRAK
"DIAM!" bentakan dea mampu membuat suasana menjadi hening.

Ini pertama kalinya mereka melihat dea dengan wujud penuh kewibawaan tanpa ada celah untuk di rendahkan.

"Siapa yang gak setuju gue ambil alin kepemimpinan sementara?" tanya dea.

Hening.

"Jawab aja!"

Dengan perlahan lea, alma, diyah dan alin mengangkan tangan mereka.

"Alin, lo juga?" tanya hanna.

Alin mengangguk yakin.
"Gue rasa diva lebih pantas"

"Gue setuju" ujar lea dengan lantang.
"Lagi pula gue wakilnya, seharusnya pendapat gue lebih berpengaruh" lanjut lea dengan yakin.

"Gua gak bisa, pengalaman gue gak sebanyak azel ataupun dea" ujar diva.

"Tapi kemampuan berpikir lo lebih baik" ujar diyah.

"Kita dukung dea, karena kita udah tau gimana kemampuan dea yang sebenarnya, iya kan hanna" ujar ve.

Hanna mengangguk setuju.

"Suaranya berat sebelah, kebanyakan dari kita memilih diva jadi gue bakal nyerahin kursi leader sementara achernar ke diva" ucapan dea langsung mendapat tatapan terkejut dari ve dan hanna.

Diva pun sama terkejutnya.
"T-tapi kan--"

"Nah gitu dong" ujar alma dengan antusias.

"De! Lo gimana sih" bisik hanna.

Dea mengangguk kecil menatap hanna seakan menyuruhnya untuk tetap tenang.

"Apa rencana berikutnya? Leader?" tanya dea.

Diva menarik napasnya berusaha tetap tenang. Ia pun mulai memutar otak untuk mencari solusi terbaik untuk achernar.
"Gimana kalo beberapa dari kita ke markas BD buat persiapan perang besok?"

"Trus kalo para boys tanya tentang azel kalian bakal jawab apa?" tanya ve.

"Ya bilang aja kalo azel nya sibuk" ujar alma.

"Atau, bilang aja kalo azel lagi siapin strategi baru buat perang besok" ujar diyah.

"Mereka gak bakal percaya" ujar dea, hanna dan ve bersamaan.

"Kenapa?" tanya lea.

"Pertama karena ada alan, sagara, bang zevan, dan bang denies yang punya insting tajam, mereka gak mudah percaya gitu aja dan lagi azel gak pernah bikin strategi misi rank S sehari sebelum perang, tapi strategi itu udah tersimpan di otaknya tepat saat semua ini di mulai, ya walau terkadang suka ada rencana dadakan sih" jelas hanna.

Dark Princess (End) Where stories live. Discover now