7. Hunter Strike [22.09.23]

1K 181 60
                                    

Tidak perlu mencuri. Kunci mobil K diletakkan di atas lemari es, tempat kunci-kunci penting berada. Tidak tau mengapa anak gh suka menaruh benda-benda kecil di sana.

Jungwon mempunyai surat ijin mengemudi. Tidak perlu dikhawatirkan lagi skill menyetirnya. Ia membawa Niki berkeliling kota sambil mencari tempat makan yang kiranya pas dikunjungi tengah malam. Sembari mendengarkan alunan musik One Direction yang menurut Niki sudah kuno tapi Jungwon tidak. Karena kesibukannya sebagai orang dewasa, Jungwon tidak mempunyai waktu mengikuti updet musik yang ada. Ia bahkan baru tau jika One Direction sudah bubar dan masing-masing membernya melakukan solo karir.

"Aku kira mereka masih satu grup."

"Itu bahkan sudah hampir satu dekade yang lalu." Niki agaknya gemas karena sungguh Jungwon seperti orang yang baru saja keluar dari goa.

"Lama sekali."

"Bahkan Zayn sudah merilis banyak album."

"Kau mengikuti mereka?"

"Kakakku."

Sakura adalah penggemar berat One Direction. Niki mau tidak mau di rumah selalu mendengarnya menggalaukan tentang Zayn Malik.

Lagu What Makes You Beautiful sangat asik didengarkan saat berkendara malam hari. Mereka berdua bernyanyi bersama sambil mengelilingi kota melaju di jalanan malam yang sepi.

Jungwon memiliki sisi anak muda dan sisi dewasa sekaligus. Sejak awal Niki sudah merasakannya saat pertama kali mereka melakukan live streaming bersama. Jungwon itu asik juga peduli. Memperhatikan Niki dan memperingatkannya pada hal-hal kecil.

Pada akhirnya mereka drive thru. Memesan makanan bervariasi dan sebanyak mungkin untuk dimakan di suatu tempat. Lebih tepatnya di jembatan layang dimana mobil mereka diparkirkan di tepi. Keduanya duduk di atas kap mobil kuno milik K, bersama-sama menikmati santapan malam sambil melihat pemandangan kota pada malam hari. Langit gelap, dihiasi lampu dari gedung-gedung tinggi, lampu jalanan dan kendaraan malam saling menghiasi.

Niki merasa tidak ingin mengakhiri malam ini. Kenapa ide-ide Jungwon selalu membawanya pada kenyamanan tak berujung seperti ini.

"Kau suka onion ringnya?" Jungwon bertanya lantaran mendapati Niki memesan camilan itu lumayan banyak.

"Ibu ku sering membuatnya sendiri saat senggang. Jadi itu menjadi camilan favoriteku."

Jungwon pun memberikan bagiannya. Ia tidak terlalu menyukai bawang, itu bonus dari paket beef burger yang ia beli. Cara makannya sungguh ajaib. Memaksa makanan sebesar itu masuk ke dalam mulut kecilnya. Apapun yang dilakukan Jungwon mengapa terlihat menggemaskan di mata Niki?

"Pelan-pelan, Won." Entah mendapat dorongan darimana Niki berani mengusap tepi bibir Jungwon yang terkena saus burger.

"Aku sedang menaikkan berat badanku. Aku terlihat kecil, bukan?"

"Eumm.. ideal kok."

"Mungkin aku masih parno."

"Eh kenapa?"

"Jadi sewaktu sidang skripsi, dosen pengujiku bertanya apakah aku sedang menkonsumsi obat atau tidak. Aku kira itu termasuk prosedur ujian skripsi. Aku kira semua orang ditanya demikian. Ternyata setelah aku bertanya ke teman-teman yang lain, mereka tidak ada yang ditanya seperti itu sama sekali. Dari situlah aku baru menyadari bahwa mereka mencurigaiku menggunakan narkoba karena tubuhku sangat kurus saat itu."

Kasihan, tapi Niki terbahak mendengarnya. Karena cara Jungwon menceritakan terkesan asik dan memang ditujukan untuk ditertawakan. Mana mungkin wajah sepolos itu menkonsumsi obat-obatan terlarang.

"Kalau begitu makan yang banyak." Niki memberikan potongan sayap krispinya yang langsung ia suapkan ke mulut Jungwon.

"Twidak spwerti inwi jugwa." Jungwon mencoba protes dengan mulut penuh. Astaga lucunya.

"Makanmu harus 4x sehari." Tidak salah jika Niki tumbuh besar dan tinggi seperti raksasa. Makannya porsi pekerja cor jalan. "Makan itu adalah hal paling menyenangkan di dunia, Won."

"Masa?"

"Menurutmu apa hal paling menyenangkan?"

Jungwon nampak berpikir sejenak. "Tidak pantas aku membahasnya denganmu."

"Ah ayolah. Ini soal umur lagi?" Niki terdiam kemudian. Ia bau menyadari sesuatu. "I-itu?"

"Itu apa?"

Wajahnya memerah. "Maksudku hal yang biasa dilakukan orang dewasa pada malam hari di ranjang."

"Pikiranmu." Jungwon memukul bahu Niki agak pelan. "Club malam."

"O-oh."

"Cobalah saat usiamu sudah 17 tahun. Minum bersama teman-temanmu."

Niki tidak yakin akan mencobanya. Entah kenapa terdengar tidak menarik. Kecuali itu bersama Jungwon.

"Ah, Won, kau tidak membawa jaket." Niki melepas jaket bombernya. Malam ini terbilang dingin padahal tapi Jungwon seperti tidak masalah akan hal itu.

"Aku tidak apa-apa." Ia mencoba menolak jaket Niki tapi sudah terlanjur digantungkan di atas pundaknya.

Jungwon pun menghentikan makannya sejenak. Ia merapatkan diri pada Niki untuk membagi jaketnya. Kini jaket besar itu menaungi dua pundak orang yang mencoba saling menghangatkan.

Wajah Niki semakin memerah. Ia ingin berikir bahwa ini karena dingin. Tapi tidak, ini karena Jungwon.

Niki merasakan gejolak aneh di dalam tubuhnya. Seperti keinginan untuk bercumbu. Itulah mengapa wajahnya kini berada sangat dekat dengan Jungwon. Sampai dirasanya nafas pria itu menerpa permukaan wajahnya. Niki sama sekali tidak memaksa, bahkan kedua tangannya berada di pangkuannya sendiri sedang memegang makanan. Jika Jungwon menghindar maka biarlah. Tapi tidak, pria berusia 26 tahun itu hanya diam saat Niki mempertemukan kedua bibir mereka. []

.

.

AUTHOR NOTE:
Apakah sampai di sini saja?

Aku tidak ingin ini menjadi kisah tragedi.

Aku tidak ingin ini menjadi kisah tragedi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MONTAGE - NIKWONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang