8. Scarlet Phantom [23.09.23]

1.1K 180 90
                                    

Niki membeku di tempat. Ciuman pertamanya pada akhirnya tiba, di usia 15 tahun, di atas sebuah jembatan layang di malam hari yang dingin. Berbagi satu jaket demi kehangatan, singgah di atas kap mobil pinjaman. Lebih romantis dari apa yang tidak pernah Niki bayangkan.

Rasanya lembut, ingin Niki menekannya lebih dari ini. Seperti menahan tengkuk Jungwon agar ciuman itu semakin intim. Sayangnya nyali seorang remaja 15 tahun belum lah seberapa. Niki buru-buru menarik diri dan mendapati Jungwon melihatnya dengan tatapan bertanya-tanya.

"A-aku.." Niki kehabisan kata-kata. Ia malu sejadinya. Rasanya seperti alangkah baik bumi menelannya. "Maaf, Won, aku tidak bermaksud-"

"Aku tau." Jungwon memotong ucapannya. Pria itu mengulas senyum tipis demi menenangkan hati pemuda di hadapannya agar tidak merasa bersalah. "Situasinya memang mendukung sampai kau terbawa suasana. Tidak buruk." Jungwon menyentuh bibirnya sendiri yang membekas ciuman Niki. Ia tidak nampak marah maupun merasa aneh akan kejadian itu, sikapnya tenang. "Kau tidak boleh berheti."

"Apa?"

"Jika ini kencan sungguhan, kau tidak boleh berhenti begitu saja."

Lengan Jungwon terulur ke belakang kepala Niki, menarik leher roaster IROS tersebut untuk mempertemukan bibir mereka kembali. Kali ini tidak hanya menempel. Bibir Jungwon membelah dan mengapit bibir bawah Niki. Menghisapnya pelan seraya memberikan lumatan ringan yang berhasil membuat Niki terhanyut dalam. Rasanya bagi pemuda itu teramat menyenangkan. Mengapa hanya mempertemukan bibir dan saling mengapit sama lain bisa melebihi serunya bermain game?

Jungwon menarik diri. Niki pikir ini akan berakhir tapi tidak. Sebuah kecupan pada bibirnya diberikan lalu aksi melumat bibir berlangsung lagi, dan sebuah kecupan lain datang lagi. Ah, Niki ingat. Ini seperti di film-film western, hal lumrah yang dilakukan suami istri ketika pagi hari sebelum mereka pergi ke tempat kerja masing-masing.

"Bagaimana?" Jungwon bertanya disaat pangutan bibir mereka benar-benar berakhir. Pria itu menatap Niki tanpa rasa berdosa sama sekali. Berbeda dengan Niki yang mulai mempertanyakan kewarasannya. Barusan, Jungwon mengajarinya cara berciuman?

"Won.." Niki tidak tau harus menjawab bagaimana. Ia ingin mengakui bahwa dirinya tidak hanya menyukai ciuman itu tapi juga menyukai seorang Yang Jungwon. Niki sangat ingin mengatakannya namun kata-katanya tertelan mentah ke dalam mulut lalu larut turun ke kerongkongan.

"Lakukan seperti itu saat tiba waktumu berkencan nanti."

Sungguh Niki ingin membenarkan maksudnya. Sayangnya sekali lagi dirinya hanyalah bocah yang 10 tahun lebih muda dari orang yang disukainya.

"Ah..iya. Aku akan melakukannya." Pada akhirnya perasaan itu pun belum tersampaikan.

"Sepertinya kita harus segera kembali."

Tidak, jangan. Niki masih ingin di sini menghabiskan waktu sampai pagi bersama Jungwon.

"Kenapa? Kita baru sebentar."

Lirikan mata Jungwon tertuju pada perut Niki, bukan, melainkan sesuatu di bawahnya. Sialnya menggunakan celana training yang membuat ereksinya nampak jelas. Niki malu sampai ke ubun-ubun. Pasti Jungwon mengiranya payah karena baru dicumbu oleh ciuman di bibir saja sudah membuatnya bangun.

"Won.."

Bagaimana jika Niki lompat saja dan tenggelam di dasar sungai?

"Tidak perlu malu. Itu wajar."

Mengapa juga Jungwon semakin mirip seorang ayah yang sedang memberi pelajaran pada anaknya?

"Aku sangat memalukan. Maaf, Won."

MONTAGE - NIKWONWhere stories live. Discover now