19. Necklace of Durance [16.11.23]

1.1K 120 34
                                    

Game menemaninya ditengah kesepian. Menghabiskan waktu semalaman suntuk demi mengalihkan pikiran bertanya-tanya akan dimana ibunya. Niki tidak mengerti dan mungkin tidak akan pernah bisa memahami. Disaat ayahnya sibuk bekerja, kakaknya sibuk meratapi nasib mengontrol emosi diri dan Niki yang tidak tau harus berbuat apa. Masa-masa itu berjalan dengan kekosongan.

Barangkali dirinya terlihat hidup normal dengan segala keberuntungan lain yang dimililinya. Di sisi lain, Niki kehilangan sesuatu yang sangat berharga yang berpengaruh jangka panjang.

Tidurnya begitu nyenyak sampai dirasa sinar matahari yang datang menembus gorden menyilaukan. Niki sama sekali tidak ingin terbangun dari mimpi indahnya. Namun ternyata keindahan itu bukan hanya sebuah mimpi saat dirasa dadanya berat oleh kepala seseorang yang bersandar di sana, kepala Jungwon lebih tepatnya.

Reflek lengan Niki memeluknya, membawa tubuh telanjang yang lebih kecil darinya itu ke dalam dekapan hangat.

"Sudah bangun?"

Ternyata Jungwon tersadar lebih dulu darinya. Pria itu bergerak, mendongakkan kepalanya ke atas hingga kini wajahnya dapat Niki lihat. Senyum manis merekah dari bibirnya, diiringi mata menyipit yang menyatakan ketulusan atas senyumnya.

Indah. Pagi paling indah yang pernah Niki temukan. Pemuda itu berniat bergerak menciumi kekasihnya, sayangnya rasa sakit kian menyerang di sekujur tubuhnya.

Niki menelan ringisan yang hampir keluar. Perih menyerang badannya karena gesekan luka bakar pada selimut, belum lagi memar di bahu, area tulang rusuk, pinggang, dan sisa perih tamparan di wajah. Entah apa saja yang dilakukan Jungwon terhadapnya.

Malam tadi cukup gila. Niki dikenalkan akan rasa sakit bercampur kenikmatan yang menjadi satu. Entah bagaimana itu semakin memancing gairahnya sampai membuat Jungwon puas mendesah.

Semalam Niki barangkali setengah sadar. Matanya tertutup, segala sesuatu dalam kendali Jungwon, banyak hal yang pria itu lakukan sampai-sampai Niki kegilaan. Rasanya sungguh gila ketika dirimu dicumbu dan dilukai.

Apa yang paling membekas bagi Niki adalah ketika Jungwon dihimpitnya ke dinding dan Niki menyetubuhinya lumayan brutal dari belakang. Masih bukan Niki pemegang kendalinya karena sempat-sempatnya Jungwon mencekik lehernya sesekali mencakar rahangnya selama persenggamaan itu terjadi.

"Mau mencari sarapan?" Pertanyaan Jungwon ada benarnya untuk memutuskan makan di luar. Kamar ini telah tercemari oleh banyak hal kotor.

Niki menggeliat ringan saat tubuh Jungwon bangkit dari atasnya. "Aku masih malas."

"Tapi aku lapar."

Kata lapar bisa bermaksud lain bagi Jungwon. Terlebih ketika pria itu mulai menarik selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka. Beruntungnya Niki memiliki reflek yang bagus untuk menahannya.

"Won.. apakah semalam belum cukup?" Niki mengeluh lantaran ia tidak ingat berapa kali dirinya keluar. Itu sangat melelahkan jujur sampai sekujur badannya kini terasa seperti remuk. Niki bertanya-tanya mengapa bisa-bisanya Jungwon bisa seriang itu pagi ini setelah semalaman digagahi olehnya.

"Sekali lagi."

"Won." Kepala Niki mendadak pusing. Ia terlalu muda untuk melayani nafsu besar kekasihnya. "Aku sudah tidak berdaya lagi."

Nampak wajah cemberut dari pria berusia 26 tahun itu. "Tapi-" Ia hendak protes sampai matanya melihat luka dan memar di badan Niki yang tidak terbalut oleh selimut. "Astaga! Niki, maafkan aku."

Suaranya terdengar menyesal, tapi wajahnya tidak, malahan menyiratkan kebanggaan.

"Aku tidak mengira akan separah ini."

MONTAGE - NIKWONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang