20. Corrosion Scythe [25.11.23]

835 106 26
                                    

Niki sangat berterimakasih kepada apapun yang telah mempertemukannya dengan Jungwon. Dadanya menghangat saat pertama kali mendengar suaranya, hatinya luluh disaat pertama kali diperlihatkan wujudnya. Mau bagaimana pun Niki teramat tidak menyangka akan bertemu dengan sosok sesempurna itu yang bersedia menjadi pasangannya.

Pagi ini mereka sarapan di hotel kemudian pergi ke pantai terdekat. Hotel itu memang dikhususkan untuk turis yang datang demi berlibur ke pantai. Niki hanya tidak menyangka bahwa ini akan menjadi momen liburan mereka karena pikirnya di sini hanya ada hotel tempat pasangan merakit nafsu.

"Aku sering datang ke sini saat masih kuliah dulu." Senyuman Jungwon merekah, dengan mata menyipit karena angin pria itu menghadap hambaran obak kecil di tepi pantai. Jingga menyorot wajahnya perlahan, bahkan matahari pun menyambut kedatangannya dengan membuat wajah itu semakin mempesona.

"Kau punya waktu luang selama kuliah dulu?" Niki bertanya agaknya heran mengingat sesibuk apa kakaknya menjadi mahasiswa sampai tidak memiliki waktu bersantai.

Jungwon tertawa kecil. "Lebih tepatnya aku melarikan diri dari siksaan tugas."

Rasanya Niki sangat ingin mengabadikan tawa itu. Sayangnya handphonenya harus ditinggal di kamar hotel karena harus diisi daya. "Won, aku punya pertanyaan."

"Apa itu?"

"Maaf jika menyinggungmu. Aku hanya ingin tau alasan mengapa kau bisa menikmati melakukan itu. Bukannya aku menolak, aku hanya ingin tau bagaimana perasaanmu saja."

"Itu? Ah.." Tentu cakaran, pukulan dan goresan bara rokok di tengah persenggamaan yang dimaksud. "Pernah kah kau di posisi terlemahmu, Niki? Di mana kau selalu diperlakukan tidak berdaya?"

Niki berpikir sejenak. "Kakakku terkadang memperlakukanku seperti itu."

"Menurutmu kenapa?"

"Karena dia kakakku, dia lebih tua dariku."

"Itu yang aku maksud." Senyum tipisnya yang menghipnotis semakin merekah. Dia seperti gambaran surga di tengah neraka di bawah jingga langit pagi. "Orang-orang sering menganggapku lemah, tidak berdaya, perlu uluran tangan. Aku menginginkan hubungan dimana aku bisa menjadi pengendalinya. Kau keberatan?"

Tidak ada kata keberatan dari Niki jika itu tentang Jungwon. Pemuda itu pun menggeleng, menyibak rambut pirangnya yang menutupi wajah karena terpaan angin. "Aku selalu ingin menjadi orang yang kau inginkan, Won."

"Aku ini brengsek."

"Tidak."

"Aku tidak ada bedanya dengan bajingan di luar sana. Aku hanya beruntung terlahir dengan wajah ini."

Wajah yang menyelamatkannya dari nasib menjadi pekerja ekspedisi dan joki rank game. Dengan wajah itu tanpa kehadiran sosok Niki pun tidak akan ada gunanya. Di tahun ini memang takdir besar sedang berpihak pada Won Dazzle.

"Menurutku kau orang baik, Won."

"Setelah melakukan hal seperti penyimpangan seksual padamu, kau masih bisa menyebutku orang baik?"

"Itu normal, aku menyukainya."

Ada yang lebih bodoh dari orang yang tidak bisa membaca google maps, itulah orang yang telah termakan oleh cinta.

Mendengar perkataan Niki, mata Jungwon menjadi berbinar. "Kau sungguh menyukainya?"

"Benar, aku menikmatinya."

"Kau semakin membuatku ingin memakanmu, Niki."

"Makan aku kapan pun kau mau, jangan sisakan tulang."

Kelakar yang hebat bisa menyamai selera Jungwon. Pria itu merasa bangga atas apa yang barusan didengarnya, seperti menemukan jarum diantara tumpukan mayat.

MONTAGE - NIKWONWhere stories live. Discover now