38. IRELIA [21.05.24]

444 59 5
                                    

Heeseung telah menunggunya di ruang tamu. Duduk di sofa sambil menyilangkan kaki, kedua lengannya bersedekap dengan kepala mendongak menatap dengan penuh menghakimi terhadap pasangan hidupnya yang baru saja pulang. Jam dinding pada ruangan itu menunjukkan pukul 11 malam yang terpampang nyata seolah ada untuk menyindir kehadiran Jungwon yang baru saja datang.

"Darimana saja?" Pertanyaan Heeseung menyapa dengan dingin. Memberi tatapan mengintimidasi pada Jungwon yang masih berdiri di hadapannya.

Jungwon meletakkan kunci mobil dan sebuah buku tebal di meja ruang tamu, mencoba menunjukkan itu pada suaminya. "Maaf, aku terlalu larut dalam pembahasan buku ini bersama komunitas membaca."

"Sampai hampir tengah malam?"

"Ya, kami sempat bersenang-senang mampir ke berbagai kafe dan restoran. Dua dari mereka menumpang mobilku dan tidak sengaja menumpahkan saus keju. Jadi aku pergi mencuci mobil terlebih dahulu sebelum pulang. Tapi antri. Seharusnya aku tiba kurang dari jam 10." jelas Jungwon dengan wajah lelahnya yang ia perlihatkan pada suaminya. Namun Heeseung nampak masih kurang puas.

"Mengapa nomormu tidak bisa dihubungi?"

"Chargerku rusak, baterai handphoneku habis."

"Mengapa kau tidak berusaha mengabariku, Jungwon?"

Jungwon merasa kantuknya mulai menyerang. Melelahkan harus menanggapi Heeseung yang seperti ini. "Tidak bisakah aku hidup sehari saja tanpa memikirkanmu, Hee? Aku hanya ingin bersenang-senang. Kau pikir aku tidak bosan terus berada di rumah?!"

"Kau membuatku khawatir!" Heeseung menghembuskan nafas panjang. Segera berdiri untuk memeluk Jungwon dengan lembut. Membawa tubuh kecil nan dingin itu tenggelam di dalam dadanya. Aroma lain datang dari tubuh itu yang tercium tidak asing di penciuman Heeseung. "Aku tidak tau kau pergi kemana saja. Mengapa GPSnya dimatikan?"

Jungwon memperlihatkan wajah kebingungan. "Aku tidak mematikannya. Aku bahkan tidak tau caranya."

"Mungkin rusak. Kalau begitu kau sudah makan, sayang?"

"Sudah. Kami mampir ke beberapa kafe dan tempat makan." Jungwon mengulang penjelasannya tidak lama tadi tentang hangout bersama komunitas membacanya. "Aku akan pergi mandi saja lalu tidur." Ia melepaskan diri dari pelukan suaminya.

"Berapa orang menumpang di mobilmu, sayang?"

"Tiga."

Mata Heeseung memicing. Kemampuannya tidak hanya mencium aroma masakan kemudian menjabarkan bumbu apa saja yang terkandung di dalamnya, menjabarkan dua aroma parfum yang berbeda dari tubuh satu orang pun sama mudahnya.

Heeseung menatap kepergian punggung Jungwon dalam diam. Pandangannya kemudian beralih pada buku tebal bersampul hitam yang tadinya Jungwon letakkan di atas meja.

.

⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙

.

Jika boleh jujur, Heeseung merasa terancam. Sebanyak apa pun usaha yang telah dilakukannya, ia tau bahwa Jungwon bukanlah tipe orang yang akan pasrah dengan keadaan. Hal ini memancing paranoid yang mengusik pria berusia 33 tahun itu hampir setiap harinya. Meskipun begitu ia tetap terus harus menjalankan pekerjaan.

"Ada yang mengganggu pikiranmu?" Seorang chef di restorannya bertanya. Selagi mereka belum banyak pelanggan pagi ini. "Aku sering melihatmu melamun."

"Tidak." Heeseung menggeleng cepat, segera meletakkan pisau yang habis dicucinya ke tempatnya.

"Kau terlihat lebih bahagia saat pasanganmu masih dipenjara, bos."

Mulut bawahannya ini memang tidak ada remnya. Heeseung terpaksa harus menaruh perhatian pada orang itu agar bungkam. "Beomgyu, kembali bekerja."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MONTAGE - NIKWONWhere stories live. Discover now