Ch.41 | Hope

18 11 0
                                    

Wajah tersebut masih terhalangi oleh sinar matahari senja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wajah tersebut masih terhalangi oleh sinar matahari senja. Kala ia kian mendekat dan bergerak memasuki kebun lebih dalam, perlahan-lahan sosoknya yang sudah tak tertutupi sinar lagi, terlihat.

          Dan keduanya terpaku setelah dapat menatap rupa masing-masing dengan jelas. Baik Mizuki maupun orang itu sama-sama mengerjap sebagai manifestasi keterkejutan mereka.

          "Kau ...." Orang itu, Shiroichi, membuka mulutnya sambil mencari-cari kata yang tepat untuk kehadiran tamu tak diundang ini. Lantas menyadari netra yang ditatapnya terlihat amat sembab. 

          Berbagai spekulasi bermunculan dalam benak Shiroichi. Gadis ini sedang berpura-purakah? Terlihat lemah dan ingin dikasihani kah? Sebetulnya segala perkataan pedas ingin ia tumpahkan. Apalagi dengan kehadiran yang tiba-tiba dan memasuki wilayahnya tanpa permisi begini.

          Shiroichi sudah tidak mau berpura-pura manis di hadapan wanita lagi. Semua harapan dan impiannya sudah sirna, jadi biarkan saja semua orang tahu bagaimana watak aslinya. Ia sudah tidak peduli.

          Tapi kemudian, ia teringat lagi dengan selentingan kabar tentang gadis ini. Ah ... kalau tidak salah gadis si penyuka bunga ini, izin tidak masuk sekolah satu minggu karena sakit.

          Sosok gadis di hadapannya ini bukanlah orang yang populer di sekolah. Tapi terkadang, ada saja perkumpulan siswa di kelasnya yang suka membicarakan detail tiap inci kejadian sekolah, sampai ke pembahasan yang sama sekali tidak penting. Jadi, Shiroichi tahu kabar mengenai 'siswa yang suka berkebun di sekolah izin sakit satu minggu' tentunya hasil curi-dengar dari mereka yang selalu berbicara secara terang-terangan.

          Kini Shiroichi ingin berbaik hati dulu. Meski belum bisa menyingkirkan kesinisan dari sorot mata, ia berkata dengan nada yang cukup lembut, "Kau habis menangis?"

          Sontak Mizuki menundukkan wajah dan mengelap sisa air yang mungkin saja masih berada di pelupuk matanya sambil berkata, "Tidak mungkin menangis." Lalu ia atur nada suara agar tak terdengar serak, juga mengatur intonasinya agar tak seperti orang yang bergumam, meski keraguan masih belum hilang dari cara ia berbicara.

          "Aku ... bukan anak kecil, kok. Tadi ada debu yang masuk ke mataku."

          Sedikit liuk sinis terbit di bibir Shiroichi. Gadis ini tidak pintar berbohong. Jika hanya karena debu tidak mungkin sampai sembab begitu.

          Dan Shiroichi menertawai prasangkanya sebelum ini, yang mengira bahwa Mizuki pura-pura terlihat lemah. Kenyataannya gadis itu justru sok tegar dan kuat. Di tengah perjuangan melawan penyakit entah apa, masih disempatkan pula berbelasungkawa melalui simbolisasi bunga yang diberikan ke loker Shiroichi. Padahal menurutnya, sama sekali tidak perlu berlaku begitu jika mereka bukan orang yang saling kenal dekat, atau tentu saja jika bukan pengagum garis kerasnya.

You are My Dogwood [Extended Ver.]Where stories live. Discover now