Ch.56 | Conversation

18 10 2
                                    

Bak daun yang banyak dijumpai di musim gugur, wajah Mizuki bersemu merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bak daun yang banyak dijumpai di musim gugur, wajah Mizuki bersemu merah. 

          Ia sudah cukup banyak mendengar bisik-bisik warga sekolah sejak sejak pagi. Bukan hanya mengenai kondisi fisiknya. Tentu saja yang menjadi topik paling hot adalah: kedekatan si gadis penyuka bunga—dan suka mengurusi kebun sekolah—dengan si casanova sekolah sekaligus anggota tim bisbol paling menawan.

          Pembicaraan itu bahkan lebih jelas lagi saat di kelas, sampai dibahas pula oleh teman sebangku yang biasanya paling tidak suka ikut campur masalah orang lain. Belakangan Mizuki paham kalau Keiko memang menyukai Shiroichi seperti kebanyakan gadis lain.

          Tapi, kalau pembahasan itu diucapkan saat orang yang bersangkutan ada di depan matanya ... tentu Mizuki merasa sangat malu, walaupun mereka belum benar-benar berpapasan.

          "Aku merestui hubungan kalian. Tapi ingat, jangan berlebihan, oke? Jangan sampai membuat nilaimu yang sudah mulai naik jadi turun lagi. Kalau bisa isi waktu kalian saat bertemu itu untuk belajar," tutur Minna-sensei sedikit bergurau sembari terus mendorong kursi roda Mizuki ke arah Shiroichi.

          Selayaknya para siswa, Minna-sensei mengetahui kedekatan keduanya dari desas-desus yang beredar. Bahkan mungkin seluruh penghuni sekolah mengetahuinya. Entah dari mana kabar ini tersebar. Padahal sejauh yang dapat dipastikan, tidak ada yang pernah memergoki Shiroichi dan Mizuki saat sedang bersama.

          "Konnichiwa," sapa Minna-sensei setelah tepat berpapasan dengan Shiroichi, disertai sedikit bungkukan. Shiroichi juga melakukan hal yang sama. "Saya tahu kau ingin berbincang dengan Mizuki. Jadi kemarilah." Minna-sensei menarik lengan Shiroichi dan meletakkan tangan pemuda itu di pegangan kursi roda. "Saya titip gadis cantik ini, ya, Shiroichi-san. Awas saja kalau kau buatnya menangis." Ia kedipkan sebelah mata pada Mizuki, lantas membiarkan kedua muridnya mematung sejenak di sana.

          Beberapa saat lamanya Shiroichi hanya menggerak-gerakkan jemari pada pegangan kursi roda. Baik Shiroichi maupun Mizuki, keduanya sama-sama canggung. Semua ini karena berita yang beredar di sekolah.

          "Pulang sekolah nanti, kau ada waktu?" Pemuda berambut setengkuk itu mencoba mencairkan suasana sambil mendorong pelan kursi roda Mizuki. "Ah, pasti kau langsung dijemput, ya. Begini saja, bilang pada nenekmu tidak perlu repot-repot datang ke sini, karena kau akan diantar oleh pemuda perkasa yang siap menjagamu kapan saja."

          Mizuki mengulum senyum mendengar perkataan narsis dari Shiroichi. "Kalau aku tidak mau, bagaimana?"

          "Hmm ... bagaimana ya ...?" Shiroichi pura-pura berpikir, lalu menjawab, "Kalau tidak mau, aku akan menciummu."

          Mizuki melotot dan sontak menengok sedikit ke belakang. "Itu tidak boleh!"

          "Tidak peduli. Aku akan tetap menciummu di sini, di sini, dan di sini. Kau pasti akan luluh." Shiroichi berkata sambil menujukan telunjuknya di kening, pipi, dan bibir Mizuki secara bergantian. Perbuatan itu sukses membuatnya mengaduh kesakitan karena Mizuki mencubit pinggangnya sampai terpelintir.

You are My Dogwood [Extended Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang